Beranda / Romansa / Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu / Bab 5 Uangku Dikuras Habis Suamiku

Share

Bab 5 Uangku Dikuras Habis Suamiku

Penulis: Rose_roshella
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-24 06:03:55

Aku terpaksa menerima keputusan ini, karena aku tidak ingin merepotkan ibuku untuk menanggung kerusakan rumah yang aku timbulkan saat ini.

Apalagi Mas Raka tengah menuntut banyak kepadaku saat ini, aku pun tidak mau merepotkan ibuku dengan masalah yang sudah aku timbulkan saat ini.

Ku tatap Ibuku yang saat ini tampak sangat prihatin dengan apa yang terjadi kepada diriku saat ini.

'Maafkan Rania Ibu, ini adalah keputusan yang terbaik. Aku tidak ingin menyusahkan ibu,' gumamku dalam hati. 

Tak ingin ibuku akan kepikiran dengan masalah yang aku hadapi ini, aku pun setuju untuk ikut dengan Mas Raka pulang ke rumah dan sementara harus mengganti DP kerusakan rumah itu dengan tenagaku. Sementara, ibuku tidak setuju dengan keputusanku saat ini.

Saat aku hendak melangkahkan kakiku pergi bersama dengan Mas Raka, tiba-tiba aku mendengar suara parau dari belakang, seketika ku hentikan langkah kakiku dan aku menoleh ke belakang, aku terkejut saat ibu berlari mengejar diriku dan langsung memeluk tubuhku.

"Jangan pergi, Rania! Pakai saja uang tabungan haji ibu, ada emas batangan yang bisa kau berikan itu kepada lelaki yang tak bertanggung jawab ini, aku tidak rela jika kau tinggal bersama dengan lelaki ini dengan istri barunya. Aku tidak mau melihatmu sakit hati dan bersedih saat melihat mereka menikmati kebahagiaan di atas penderitaanmu," kata ibuku sembari menahan diriku pergi dari rumahnya.

Aku merasa bimbang, apakah keputusan ini benar? Aku memikirkan apa yang baru saja dikatakan ibuku, 'Apakah aku harus mengambil uang tabungan haji ibu demi menyelesaikan masalah ini? Atau apakah aku harus mengambil tanggung jawab dan menghadapi konsekuensinya sendiri?'. Rasa bersalah kian menyelimuti hatiku. 'bu... maafkan aku,' bisikku dalam hati.

Kembali aku berpikir ulang lagi, wajah rentanya yang membuatku tidak tega untuk mengubur semua impian ibuku yang sejak lama ingin berangkat ke tanah suci. Padahal aku sudah mengirimkan uang untuk ibuku setiap bulan, yang sudah aku titipkan kepada Mas Raka, tanpa aku ketahui uangku akhirnya ditilep olehnya.

Ku tahan perasaan luka di hatiku dan aku perlihatkan ketegaran wajahku kepada ibuku, agar ibuku mau melepaskan kepergian ku bersama dengan dirinya.

"Bu, tolong biarkan aku pergi, Bu. Berikan Rania kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini. Inshaallah Rania akan kuat dan bisa menghadapi ini dengan ikhlas," ucapku sambil ku mencoba untuk meyakinkan ibuku.

"Tapi Nak, di sana kau akan mendapatkan perlakuan buruk pastinya, apalagi saat ini kau sudah menghancurkan rumah itu," kata ibuku yang sedang mengkhawatirkan diriku.

"Inshaallah Rania bisa mengatasi situasi itu, Bu. Rania tidak mungkin tinggal diam saja dan tertindas, jika mereka berlaku semena-mena kepadaku, segala tindakan kejahatan, akan mendapatkan proses hukum nantinya," ujarku mencoba untuk menenangkan kekhawatiran ibuku.

Beberapa menit kemudian, ibuku akhirnya setuju melepaskan diriku, setelah dia mulai mempertimbangkan apa yang saat ini aku katakan kepada dirinya.

"Baiklah, Nak, jika itu adalah keputusanmu yang terbaik, ini akan melepaskan dirimu. Namun, kau harus tau, jika kau sudah tidak kuat lagi tinggal di sana, rumah ini akan selalu terbuka lebar untuk dirimu, Nak," kata ibuku sembari mengelus wajahku dengan telapak tangannya.

Aku pun semakin terharu dan mencium punggung tangan ibuku dengan penuh kasih sayang. Setelah itu, aku pun berpamitan kepada ibuku untuk segera melangkah pergi mengikuti langkah Mas Raka yang sudah melangkah pergi.

"Bu, Rania pamit dulu, do'akan agar Tania bisa secepatnya menyelesaikan semua ini," pamitku dengan ku peluk tubuh ibuku.

Ibuku tampak menangis haru, ketika dia melepaskan diriku.

"Iya Nak, semoga Allah senantiasa melindungi dirimu dan kamu bisa menyelesaikan urusanmu. Do'a ibu menyertai dirimu, Nak," ujar ibuku dengan mencium keningku.

"Terima kasih, Bu, Rania pamit dulu, assalamualaikum," pamitku dengan mencium punggung tangan ibuku.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab salam ibuku.

Bergegas aku pun melangkahkan kakiku pergi dari rumah ibuku, setelah aku berpamitan dengan ibuku.

Aku pun menuju ke arah Mas Raka yang saat ini sudah menungguku di sebuah mobil SUV yang terparkir di halaman rumah ibuku.

Entah mengapa aku sedikit mempertanyakan dari mana Mas Raka membeli kendaraan mobil seperti ini. Apakah itu semua adalah uang yang aku kirimkan kepada Mas Raka selama ini? Ya Allah, jika semua itu benar, aku tidak ikhlas uangku dipakai untuk dirinya sendiri dan wanita itu, rutukku dalam hati.

Saat mobil itu melaju, ku tahan pertanyaanku sampai Mas Raka membuka obrolannya.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Ra?" tanya Mas Raka dengan fokus mengemudikan kendaraannya.

"Aku cuma berpikir saja Mas, dari man kau mendapatkan kendaraan seperti ini? Aku rasa jika kau bekerja, tidak mungkin kau bisa secepat itu membeli kendaraan roda empat, kecuali kau memiliki posisi jabatan yang tinggi," sahutku sudah tidak tahan lagi untuk menyembunyikan rasa penasaranku.

Mas Raka tersenyum miring, dia tampak terdiam dan tidak mengatakan sesuatu saat itu, rasa penasaranku semakin tertahan menunggu jawaban dari Mas Raka.

"Aku rasa memang benar apa yang kau pikirkan Rania, tapi terima kasih karena sudah mengirimkan uang kepadaku setiap bulan ke rekening ayahmu, Rania. Dengan begitu, aku bisa membeli semua keinginanku," jawab Mas Raka yang seketika membuat diriku seketika merasakan sesak napas saat mendengar apa yang dia katakan kali ini kepadaku.

"Apa? Jadi ..., semua ini adalah hasil kerja kerasku selama ini?" tanyaku menatap marah kepadanya.

"Tentu saja, ini adalah uang biaya haji plus ibumu, yang kau titipkan kepadaku. Buat apa aku berikan kepada ibumu, hambur-hamburkan uang saja, pergi ke Mekkah hanya empat puluh hari saja," kata Mas Raka seketika membuat aliran darahku seketika mendidih.

"Apa? Jadi ini adalah uang yang aku titipkan kepadamu untuk biaya haji ibuku? Tega kamu, Mas! Aku tidak akan pernah ridho jika kau menggunakan uangku untuk membeli semua ini, Mas!" seru ku menatap marah wajah suamiku.

"Terserah apa yang kau katakan Ra. Saat ini kau bisa apa? Menuntutku? Atas dasar apa? Rekening itu juga milik almarhum ayahmu yang kau berikan kepadaku sebelum ayahmu meninggal beberapa bulan yang lalu, beruntung, dihari sebelum kematian ayahmu, aku sudah memintamu untuk mentransfer ke rekeningku," kata Mas Raka yang seketika membuat hatiku benar-benar geram dan hancur seketika.

Aku hanya bisa menatap wajahnya dengan marah, ku tahan amarahku saat ini, dan aku berjanji akan membalas apa yang dia lakukan kepadaku saat ini.

Beberapa menit kemudian, kami pun sudah sampai di sebuah rumah yang aku sendiri tidak tau itu rumah siapa.

Aku pun keluar dari mobil dan menatap bangunan rumah yang baru selesai dibangun itu dengan wajah penuh keheranan.

Saat aku tatap wajah Mas Raka, aku melihat Mas Raka tampak tersenyum melihat diriku yang saat ini sedang bingung.

Tak ingin membuat diriku terus bertanya-tanya, aku pun segera melayangkan pertanyaan kepada Mas Raka.

"Rumah siapa ini, Mas? Kenapa kamu membawaku ke sini?" tanyaku dengan menatap heran ke arahnya.

"Selamat datang di rumah baruku, Rania. Rumah yang akan aku tempati dengan Kalea, untuk membina rumah tangga kami yang baru," jawab Mas Raka tersenyum mengejek ke arahku.

Seketika jantungku langsung berdebar saat mendengar apa yang dikatakan oleh Mas Raka saat ini.

"Apa? Rumah baru kalian?"

Bab terkait

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 6 Kenyataan Pahit

    Aku terkejut mendengar ucapan Mas Raka. Di saat aku tengah berusaha memikirkan bagaimana mengganti kerugian dari rumah yang hancur karena keringatku sendiri, Mas Raka justru dengan santai mengajakku ke rumah barunya yang juga dibangun berkat jerih payahku."Ini rumah baru Mas Raka? Apakah dia juga membangun ini dari hasil keringatku? Ya Allah, selama ini uang yang aku dapatkan dari keringatku sendiri dia gunakan untuk apa saja? Jika hasil dari keringatku, bukankah seharusnya aku yang tinggal di rumah semewah ini?" gumamku dalam hati.Aku bertanya dengan wajah geram, "Dari mana Mas Raka mendapatkan uang untuk membangun rumah ini?" Mas Raka hanya tersenyum mengejek, tanpa rasa bersalah sedikit pun kepadaku."Apa aku salah? Apa aku terlalu naif dalam melihat kebaikan orang?" pikirku semakin marah. "Kenapa kamu masih bertanya, Ra? Apa perlu aku mengatakan ini padamu?" tantang Mas Raka sambil menatap wajahku.Saat itu aku merasa seperti mendapatkan tamparan keras, mengingat betapa besar p

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 7 Minta Talak

    Saat aku berada di dalam kamarku cukup lama, Mas Raka tampak menggedor pintu kamarku yang sedari tadi aku kunci pintunya. "Rania! Cepat kamu buka pintunya! Jangan banyak bertingkah di sini! Cepat keluar atau aku akan dobrak pintu kamarmu!" seru Mas Raka dengan menaikkan dua oktav nada bicaranya. Rasanya telingaku mau pecah saat itu, hingga akhirnya aku pun membuka pintu kamarku. "Ada apa Mas?" sungutku dengan menatap kesal wajah Mas Raka. "Apa aku tadi membawamu ke sini untuk menyuruhmu tidur saja? Banyak perkejaan yang harus kau bereskan! Setelah itu, kamu masaklah sesuatu untuk Kalea. Sebentar lagi dia waktunya makan," titah Mas Raka yang membuatku seketika langsung menggelengkan kepalaku. "Manja sekali istrimu itu? Apa dia tidak bisa masak sesuatu untuk dirinya sendiri?" sahutku dengan menatap kesal ke arahnya. "Apa kamu tidak lihat? Saat ini dia sedang hamil?" sahut Mas Raka dengan menatap marah kepadaku. "Aku lihat banyak wanita hamil tapi bisa melakukan aktivitas sehari-ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 8 Ditagih Mas Raka

    Hampir satu bulan lamanya aku berada di sana, dan aku pun sudah tak tahan lagi melihat kemesraan mereka yang sengaja mereka umbar di hadapanku, aku pun memutuskan untuk mengakhiri biduk rumah tanggaku.Saat itu Mas Raka tidak mau melepaskan aku, karena DP belum sepenuhnya tuntas aku berikan.Tak tahan dengan semua itu, aku pun terpaksa memberikan kalung emasku seberat 10 gram sebagai pembayaran sisa DP dan juga uang cicilan ganti rugi rumah yang sudah aku hancurkan.Saat aku hendak berpamitan, aku meminta sesuatu kepada Mas Raka dan saat itu juga permintaanku telah dikabulkan oleh Mas Raka.Lega, kecewa dan sekaligus sangat sedih tentunya. Namun, dengan perceraian ini, aku akan bebas dari ikatan yang akan menghantuiku dan membuatku semakin tidak ikhlas menerima pernikahan mereka.Aku akhirnya keluar dari rumah itu dengan status janda.Perdih rasanya saat aku harus mengakhiri pernikahan ini dengan laki-laki yang aku cintai sepenuh hati. Namun, takdir membawa kami pada perceraian yang t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 9 Pergi Merantau

    Setelah memperoleh restu dari ibuku, aku segera mengambil keputusan untuk melamar pekerjaan di Perusahaan PT. Bintang Gemilang Abadi.Dalam waktu singkat, lamaran kerja yang kukirimkan melalui email mendapatkan balasan.Mereka menantikanku untuk datang mengikuti wawancara pekan depan. Betapa bersyukurnya hatiku saat itu, seolah Allah telah mengabulkan doa yang terpanjat di bibirku.Seketika itu juga aku pun segera memberitahukan kepadaku ibuku dan, aku pun berkemas dan mempersiapkan semua keperluanku untuk pergi merantau."Bu, Rania dapat panggilan wawancara minggu depan," ucapku seraya menunjukkan email tersebut kepada ibuku.Raut wajah bahagia terpancar dari ibuku. Namun, ada kepedihan yang tersembunyi di belakang senyumnya.Aku tahu apa yang ibuku rasakan saat ini, tentu karena hatinya belum sepenuhnya rela untuk melepaskan aku merantau jauh darinya.Mencoba mencari tahu perasaan ibu, aku bertanya padanya, "Ibu, kenapa wajahmu sedih? Bukankah Ibu seharusnya bahagia karena Rania bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 10 Bertemu Pria Tampan

    Tubuhku bergetar saat mendengar caci makian dari Mas Raka saat itu, sungguh aku tidak menyangka dia akan menelepon diriku dan hanya untuk mencaci maki diriku.Tubuhku benar-benar bergetar saat mendengar caci makian dari mulut Mas Raka."Apa maksudmu, Mas? Kenapa Mas Raka tiba-tiba mencaci makiku seperti itu? Apa Mas Raka menelpon diriku hanya untuk mencaci mamkiku saja?" tanyaku dengan kutahan emosiku yang hampir siap meledak saat itu."Kau memang pantas untuk dicaci-maki. Apakah ini adalah alasanmu untuk meminta cerai dariku? Dasar gatel kamu Ra, baru juga minta cerai, sekarang kamu mencari pria lain," olok Mas Raka yang seketika membuat hatiku mulai meradang."Apa yang kau katakan Mas? Kau jangan fitnah, Mas! Aku ke kota ini untuk mencari pekerjaan dan membayar uang ganti rugi kepadamu. Sebaiknya Mas Raka urusi saja istrimu itu, kau tidak berhak atas diriku lagi, Mas! Jadi, jangan pernah kau memfitnah diriku lagi!" pungkasku lalu segera ku tutup teleponku.Hancur hatiku mendengar el

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 11 Kecewa

    Aku benar-benar sangat terkejut saat melihat sosok lelaki yang aku temui di Bus beberapa jam yang lalu adalah bos di mana saat ini aku sedang melakukan interview.Jantungku berdegub dengan kencangnya saat Mas Attala akan memulai interviewnya kepada diriku."Duduklah, Rania! Kau jangan tegang seperti itu," kata Mas Attala saat sepintas dia melihat wajahku yang tampak sangat gugup saat itu.Aku pun menganggukkan kepalaku dan mulai duduk di atas kursiku.Kulihat Mas Attala tampak sibuk membuka laptopnya dan melihat Curriculum Vitae yang aku email saat itu."Rania Salsabila, rupanya kau cukup berpengalaman bekerja di luar negeri," puji Mas Attala sambil melirik wajahku.Aku hanya tersenyum tipis, merasa sedikit bangga akan pencapaian yang sudah kulewati. Tidak terasa, obrolan kami berlanjut, dan Mas Attala mulai menanyakan tentang banyak hal yang berhubungan dengan kantor tempatku bekerja sebelumnya.Sejenak, aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengingat segala pengalaman dan kisah yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 12 Teman Kantor Rese

    Mengawali pagi hari di tempat kerja yang baru, aku sengaja bangun lebih awal dan berangkat ke kantor dengan penuh semangat.Meskipun saat ini aku hanya diterima sebagai OB untuk bosku, tapi aku tetap bersemangat untuk memberikan yang terbaik."Sudah waktunya aku membuktikan diri, dan kali ini aku akan menunjukan kepada Pak Attala bagaimana aku bisa bekerja dengan baik dan menerima tantangannya kali ini," gumamku sembari mempersiapkan keperluan hari ini. Mungkin saat ini Mas Attala sedang menguji ketahanan dan kemampuanku, tapi aku yakin suatu hari nanti aku bisa meraih impianku dan mendapatkan posisi yang lebih baik di tempat ini.Aku berharap Mas Attala akan melihat usaha dan kerja keras yang aku tunjukkan nanti."Ini bukan akhir dari perjuanganku, ini adalah awal yang baru," bisikku semangat di dalam hati.Dengan langkah pasti, aku segera berangkat ke kantor agar tidak terlambat di hari pertama bekerja. Aku ingin menunjukkan bahwa aku serius dan berdedikasi pada pekerjaan ini, wala

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 13 Fitnah Mas Raka

    Aku terkejut saat mendengar ucapan Mbak Rima di depan Pak Attala. Rasanya seolah-olah aku ditampar cukup keras. Bagaimana mungkin Mbak Rima bisa mengatakan hal seperti itu di hadapan Pak Attala? Aku pun mencoba untuk membela diriku yang telah difitnah oleh Mbak Rima."Apa maksud Mbak Rima? Ini pasti salah! Bukankah tadi Mbak Rima yang bilang kalau Pak Attala lebih suka minum kopi manis?" elakku dengan nada marah, seakan merasa tersudut oleh ucapan Mbak Rima.Mbak Rima menatapku dengan sorotan mata yang begitu tajam, seolah ingin menegaskan bahwa dia tidak pernah mengatakan hal tersebut kepadaku. Aku merasa kebingungan semakin menjadi, bagaimana bisa kesalahpahaman ini terjadi? Apa yang sebenarnya Mbak Rima maksudkan? Sementara itu, Pak Attala hanya menyaksikan perselisihan kami dengan tenang. Ia tampak seperti menilai kami dari ekspresi wajah yang tersirat di wajah kami berdua. Adakah maksud tertentu di balik pandangan Pak Attala yang begitu mendalam? Atau ia hanya ingin melihat se

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06

Bab terbaru

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 134 TAMAT

    Setelah pemakaman ibuku, aku hanya duduk di dekat pusaranya, memandangi gundukan tanah yang masih basah. Airmataku tak tertahankan jatuh mengalir deras dari pelupuk mataku. "Mama... kenapa harus sekarang mama meninggalkan Raka sendirian? Raka masih butuh mama," bisik hatiku, tenggelam dalam kepedihan. Aku meratapi semua kenangan yang kulewati bersama ibuku, mengingat betapa besar pengorbanannya untukku.Meskipun ibuku memiliki sifat jahat. Namun, kasih sayang dan perhatian yang dia berikan kepadaku tidak lekang oleh waktu."Kenapa mama meninggalkan aku saat aku seperti ini?" tanyaku pada pusara mamaku yang masih basah, mencari jawaban yang tidak akan pernah kudapat. Seiring berjalannya waktu, aku tetap enggan beranjak dari sisi pusara ibuku. Hingga akhirnya, Attala datang menghampiriku, menepuk pundakku pelan. "Bersedih boleh, Raka, tapi jangan kamu sampai meratapi kematian ibumu di tanah yang masih basah," ucapnya, mencoba membawaku kembali ke kenyataan. Merasa sakit yang tidak

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 133 Bu Mirna Meninggal

    Suasana menjadi semakin haru saat aku melihat ibuku meneteskan air mata, tanda penyesalan yang begitu dalam. Saat aku mendengar ucapan ibuku yang seolah sedang memberikan sebuah pesan terakhir untuk semua orang, seketika membuat tubuhku merinding.Entah mengapa aku merasa sesuatu yang tak enak di sana.Tak lama kemudian, ibuku kembali berkata pada Kalea, "Ibu minta maaf atas apa yang sudah ibu lakukan kepadamu, Kalea. Ibu telah menyakiti dirimu dan membuatmu menerima fitnah yang sengaja ibu buat bersama Andini demi memisahkan kalian berdua." Isak tangis ibuku semakin keras, seiring dengan penyesalan yang saat ini dia rasakan.Hatiku terenyuh, teriris oleh kesedihan yang kini harus ibu rasakan. Tapi apa boleh buat, semua ini akibat perbuatan ibuku sendiri di masa lalu.Namun, aku mencoba memahami apa yang sebenarnya ibu rasakan saat ini. Ibuku melanjutkan, "Ibu tahu bahwa kesalahan yang sudah ibu lakukan tidak pantas untuk mendapatkan maaf. Namun, saat ini ibu sudah menerima hukuman a

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 132 Permainan Maaf Bu Mirna

    Aku terkejut saat mendengar apa yang diucapkan oleh mamaku, seolah apa yang dikatakannya itu adalah sebuah pesan terakhir untuk diriku. "Mama, jangan bicara aneh-aneh. Mama pasti akan sembuh setelah ini," ucapku, mencoba menguatkan mamaku yang tampak lemah.Mama menatapku dengan sorot mata yang berkaca-kaca, dan tangisan tak mampu lagi ditahannya. Ia bahkan meminta maaf kepadaku, membuat hatiku sangat terharu dan sedih. Aku pun larut dalam suasana kesedihan ketika mamaku mengatakan itu dengan penuh penyesalan."Maafkan Mama, Raka. Mama sudah membuat keluargamu hancur, dan kini kamu telah kehilangan semuanya. Mungkin ini balasan yang seharusnya Mama terima," ujar mamaku dengan isak tangis yang membuatku seketika larut dalam tangisan."Tidak, Ma. Jangan bicara begitu lagi. Raka juga bersalah dalam hal ini, semuanya karena Raka yang terlalu egois dan terlalu mengejar dunia hingga Raka menjadi orang tampak," ungkapku, tak mampu menahan air mata. Aku mencium punggung ibuku, mencoba untu

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 131 Penyesalan Bu Mirna

    Aku terdiam sejenak, mencerna apa yang Arif katakan kepadaku. Saat ini, ekonomi benar-benar menurun drastis dan tawaran Arif terasa sangat aku butuhkan saat-saat seperti ini."Apakah dia mau membantuku? Tapi, bagaimana kalau Rania menolak membantu?" gumamku penuh kekhawatiran.Arif tampak tahu apa yang ada di benakku, dia tahu jika saat ini aku ragu akan Rania dan Attala mau membantuku.Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi antara diriku, Kalea dan Rania di masa lalu."Aku sedikit ragu jika dia akan membantuku setelah apa yang aku lakukan di masa lalu. Kesalahan yang aku lakukan benar-benar sangat fatal, hingga aku membuat dirinya benar-benar kubuat sangat menderita. Entah mengapa aku tidak yakin jika dia mau membantu diriku saat ini," ungkapku penuh penyesalan.Arif menatap simpati kepadaku, dia berusaha untuk meyakinkan diriku saat ini, meskipun aku masih ragu jika Rania dan Attala mau memberikan bantuannya kepadaku."Jangan berpikiran buruk soal Rania dan Pak Attala. Mereka orang

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 130 Penyesalan Mas Raka

    Aku merasa terkejut sekaligus bingung saat mendengar tawaran yang diberikan Arif. Sebenarnya, dalam diriku ingin menolak tawaran tersebut. Namun, situasi yang sedang aku alami saat ini membuatku merasa tidak punya pilihan lain. "Benarkah ini satu-satunya jalan untuk keluar dari kondisi ini? Aku harus menerima tawaran Arif untuk bekerja menjadi sopir kantor Attala, suami Rania? Apa yang mereka pikirkan setelah tahu aku mau melamar bekerja di sana? Apakah mereka akan mentertawakan nasibku?" batinku sedih sekaligus bingung menentukan pilihanku. Tapi aku berpikir kembali, sudah seminggu ini aku lelah menjadi tukang parkir yang harus selalu bersaing dengan preman-preman untuk mendapatkan lahan. "Jika aku tidak menerima tawaran ini, aku akan menjadi tukang parkir dengan penghasilan tak menentu dan aku akan mengecewakan ibuku," pikirku lagi penuh kebimbangan.Akhirnya, dengan perasaan berat, aku menerima tawaran Arif. "Baiklah, aku mau, kapan aku bisa bekerja?" tanyaku dengan tatapan ma

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 129 Perubahan Nasib Raka

    Aku merasa bingung saat melihat ibuku yang tampak sangat gugup ketika aku memintanya untuk meminta maaf kepada Kalea. "Mama belum siap, Raka. Mama takut jika dia tidak akan memaafkan Mama," ujar mamaku sambil menatap wajahku bingung.Aku pun berusaha untuk mengerti perasaan ibuku, tapi aku tak bisa menahan rasa ingin tahu, apa yang sebenarnya membuatnya begitu takut. "Apa yang membuat Mama takut? Apakah ini karena dia merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan?" gumamku dalam hati. Mungkin aku memang harus memberikan waktu untuk ibuku meminta maaf kepada Kalea. Akhirnya, setelah kami berbicara cukup lama, aku putuskan untuk mencari kos yang murah di dekat sini. Namun, sayangnya kos yang ada di depan rumahku harganya cukup mahal. Seolah tak ada pilihan lain, aku terpaksa mencari kos di dekat rumah yang sekarang sudah kujual kepada Arif. Saat kami tiba di depan tempat kos tersebut, beberapa tetangga yang mengenal kami tampak terkejut melihat kami di sana.Mereka sepertinya sedang

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 128 Penyesalan Bu Mirna

    Aku mencoba menenangkan perasaanku ketika melihat ibuku sudah mulai gugup dan terlihat dia sedang menyembunyikan sesuatu. Mungkinkah saat ini ibuku mulai cemas saat Nadia mengatakan itu kepada ibuku?Apakah ibuku saat ini mulai merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan kepada Nadia? Aku benar-benar sangat malu dan menyesal ketika tahu ibuku sendiri yang tega melakukan itu kepada Nadia.Demi memisahkan diriku dengan Nadia, dia rela berbuat fitnah dan membuatku percaya dengan apa yang dia katakan.Nadia tampak menatap penuh amarah, ketika dia baru saja mengatakan sesuatu yang membuat ibuku menjadi sangat gugup. Hatiku semakin percaya jika selama ini ibu yang berperan dalam penderitaan Nadia.Apakah benar ibuku telah membuat Nadia merasa seolah-olah kehilangan rahimnya karena bekerja sama dengan Andien waktu itu?Ketika kesadaran itu menerjang benakku, rasa menyesal pun menyusul, membuatku ingin segera meminta maaf kepada Nadia. "Nadia," kataku dengan suara serak,"Sebenarnya aku i

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 127 Bertemu Nadia

    Aku, Raka, saat itu mendengar sekilas tentang Arif yang sedang menelpon seseorang. Entah mengapa, perasaan aneh muncul di benakku, seolah yang dia telpon adalah Attala, suami Rania.Aku ingin sekali mengonfirmasi perasaan ini, ingin menanyakan kepada Arif siapa sebenarnya yang sedang dia telpon. Namun, aku ragu. Aku takut jika nanti Arif tersinggung dan membuat diriku kehilangan kesempatan untuk bekerja di perusahaan tempat Arif bekerja saat ini. Apakah benar yang dia telpon adalah suami Rania? Ataukah ini hanya perasaanku saja? Arif mulai berpamitan kepadaku. "Maaf Raka, aku harus kembali ke tempat kerja, bosku sedang menelpon," ujarnya. Aku tersenyum tipis, menahan rasa penasaran yang mengusik hatiku.Tak lama kemudian Arif pergi meninggalkanku. Aku terdiam, melihat punggung Arif yang semakin menjauh. Entah apa yang harus kulakukan, mungkinkah aku salah? Aku tersentak dari lamunan, sejenak melupakan perasaan cemas yang tadi menggangguku. Kemudian aku kembali untuk menyusul ibuku,

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 126 Sesal Arif

    Aku, Raka, terperangah saat mendengar pengakuan yang Arif sampaikan kepadaku. Betapa tidak, kebenaran mengenai rahim Kalea yang sebenarnya tidak diangkat membuatku terpukul dan sulit untuk mempercayainya.Ternyata selama ini, ibuku telah berbohong kepadaku. Bagaimana mungkin aku bisa begitu percaya dengan ucapan ibuku yang, waktu itu, bersekongkol dengan seorang dokter yang menggantikan dokter Ridwan di rumah sakit itu. Aku merasa frustrasi dan hampir tak bisa menerima kenyataan saat Arif mengungkapkan semua itu kepadaku. "Mengapa Mama begitu tega melakukan ini padaku dan Kalea? Apakah ini memang rencananya sejak awal?" gumamku dalam hati, merasa tertipu oleh orang yang seharusnya paling aku percayai. Arif menceritakan secara detail kejadian saat itu, tak ada yang dia sembunyikan ketika dia mengungkapkan semuanya. Di dalam hati, aku merasa semakin hancur mendengar kebenaran ini. "Bagaimana aku bisa memaafkan Mama setelah kejadian ini? Apakah Kalea akan mampu melupakan semuanya d

DMCA.com Protection Status