Share

Bab 7 Minta Talak

Penulis: Rose_roshella
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Saat aku berada di dalam kamarku cukup lama, Mas Raka tampak menggedor pintu kamarku yang sedari tadi aku kunci pintunya.

"Rania! Cepat kamu buka pintunya! Jangan banyak bertingkah di sini! Cepat keluar atau aku akan dobrak pintu kamarmu!" seru Mas Raka dengan menaikkan dua oktav nada bicaranya.

Rasanya telingaku mau pecah saat itu, hingga akhirnya aku pun membuka pintu kamarku.

"Ada apa Mas?" sungutku dengan menatap kesal wajah Mas Raka.

"Apa aku tadi membawamu ke sini untuk menyuruhmu tidur saja? Banyak perkejaan yang harus kau bereskan! Setelah itu, kamu masaklah sesuatu untuk Kalea. Sebentar lagi dia waktunya makan," titah Mas Raka yang membuatku seketika langsung menggelengkan kepalaku.

"Manja sekali istrimu itu? Apa dia tidak bisa masak sesuatu untuk dirinya sendiri?" sahutku dengan menatap kesal ke arahnya.

"Apa kamu tidak lihat? Saat ini dia sedang hamil?" sahut Mas Raka dengan menatap marah kepadaku.

"Aku lihat banyak wanita hamil tapi bisa melakukan aktivitas sehari-hari kok Mas, jangan karena lagi hamil, lantas dijadikan sebuah alasan tidak bisa melakukan apa-apa. Itu namanya istrimu yang manja," cibirku dengan nada sedikit kesal.

"Tahu apa kau tentang wanita hamil? Memangnya kamu pernah hamil sejak menikah denganku? Dasar wanita mandul!" Olok Mas Raka sambil menatapku sinis.

Begitu mendengar kata-kata itu, amarah membanjiri hatiku yang terluka dan tertekan. Dalam kegelapan hati, aku merenungi perasaan yang sulit kubendung.

Aku mencoba menahan diri, mengepalkan tangan, dan memandang Mas Raka dengan penuh amarah.

"Bisakah dia benar-benar mengerti betapa sulitnya posisiku saat itu?" gumamku dalam hati. 

Menyuarakan apa yang kurasakan di depannya hanya akan menyulut pertengkaran lebih lanjut dan aku memilih untuk menahan emosiku.

Mas Raka yang begitu tidak peka menuduhku mandul, padahal aku telah berkorban begitu jauh, bekerja di negeri orang demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Bukankah itu hal yang sangat berarti? Mengapa dia tega menghujatku seperti ini? Bagaimana bisa aku hamil jika sepanjang hidupku hingga sekarang lebih banyak kuhabiskan berkerja daripada bersamanya? Mungkin seandainya dia lebih peka dan pengertian, mungkin saja nasibku tidak akan seburuk ini.

Tapi, mengapa Tuhan memilihnya sebagai pasanganku? Apakah ini salah satu bentuk ujian dari-Nya? Meski demikian, aku akan berjuang untuk membuktikan kalau aku bukan wanita mandul seperti yang dia sebut-sebut. Kedepannya, jika ada kesempatan, aku akan membuktikan jika aku bukanlah wanita mandul, tapi bukan dengan Mas Raka.

Namun, pada saat ini, yang kuperlukan hanyalah kekuatan dan ketabahan untuk menjalani hari-hari yang penuh tantangan ini.

"Apa kamu bilang, Mas? Aku mandul? Tega kamu bicara seperti itu sama diriku, Mas! Aku tidak mandul, Mas. Dokter mengatakan aku baik-baik saja. Apa kamu tidak berpikir jika aku tidak hamil-hamil karena kita sudah  lama berjauhan, Mas," ucapku mencoba untuk mengingatkan itu kepada suamiku.

Mas Raka seketika langsung terdiam, ada banyak hal yang membuat dirinya akhirnya bungkam.

"Sudahlah, aku tidak mau bicara lagi tentang masalah ini. Semuanya sudah usai! Sekarang, aku minta kamu bereskan rumah ini sekarang!" seru Mas Raka lalu segera meninggalkanku sendiri di sana.

Aku hanya bisa memegangi dadaku dan kemudian segera menyelesaikan tugasku, daripada Mas Raka akan ngamuk-ngamuk lagi kepadaku.

Beberapa jam kemudian, aku pun sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah ini, aku meminta Mas Raka untuk mencatat semua yang aku lakukan sebagai DP untuk membayar ganti rugi.

Setelah Mas Raka mencatat semua itu, aku pun mengambil buku catatan itu dan segera ku simpan dengan baik di tas pakaian milikku.

Sementara itu, aku melihat Kalea yang saat itu tampak dengan manjanya minta disuapi oleh Mas Raka, ketika mereka berada di ruang meja makan.

"Mas, suapi Kalea dong," pinta Kalea dengan manja, yang seketika membuatku pingin muntah.

"Iya, Sayang, aku suapi kamu," balas Mas Raka dengan menunjukkan kemesraannya kepadaku.

Aku menahan perasaan sakit hatiku, ketika melihat suamiku sedang bermesraan dengan maduku di depanku.

Ku tahan air mataku agar tidak keluar saat itu, dan aku berpura-pura melihat aksinya mereka biasa saja, meskipun aku merasakan betapa sakitnya diriku saat ini kepada dirinya.

****

Satu Bulan Kemudian 

Sudah satu bulan lamanya, aku berada di rumah seperti neraka ini. Ku tahan sakit hatiku saat melihat mereka bermesraan setiap hari di depan mataku.

Tak sanggup aku melihat itu, aku pun memutuskan untuk segera mengakhiri permainan Mas Raka.

"Maaf Mas, sepertinya sudah cukup aku di sini! Aku akan mencicil rumah ibumu dengan cara yang lain," kataku dengan menatap penuh wajah Mas Raka.

"Apa maksudmu? Kamu ingin lari dari tanggung jawab? Kamu lihat saja, pelunasan hutangmu masih jauh," ujar Mas Raka dengan menunjukkan buku tentang hutang-hutangku.

"Aku tau Mas, tolong berikan aku kesempatan untuk mencari kerja, aku janji akan melunasi semua hutang-hutangku kepadamu," ucapku dengan nada sedikit mengiba.

"Memangnya kamu akan bekerja di mana?" tanya Mas Raka dengan menatap wajahku dengan tatapan sinisnya.

"Tentu saja aku akan ke kota besar untuk mencari pekerjaan di sana. Setiap bulan, aku akan membayarkan cicilanku kepadamu, Mas," ucapku dengan meyakinkan dirinya.

"Apa kamu bisa dipercaya?" tanya Mas Raka yang saat ini sedang meragukan ucapanku.

"Inshaallah bisa Mas. Aku bukan tipe orang pembohong sepertimu, Mas," cibirku dengan menoleh ke arah lain.

Mas Raka hanya terdiam untuk beberapa waktu saat itu. Tak ingin mengulur waktu, aku pun meminta Mas Raka untuk segera memberikan talak kepadaku.

"Mas Raka, aku minta cerai darimu! Tolong talak tiga kepadaku sebelum aku pergi, Mas," pintaku sambil kukepalkan telapak tanganku dengan erat.

Mendengar permintaanku, seketika Mas Raka menatap wajahku, seolah ada sesuatu yang mulai berat dia rasakan saat akan melepaskanku.

"Apa maksudmu? Kamu ingin bercerai dariku?" tanya Mas Raka yang saat ini terlihat berat mengatakan itu kepadaku.

"Maaf Mas, aku tidak mau dimadu, jika Kamu berat melepaskan diriku, sebaiknya Mas Raka memilih satu diantara kami, aku atau Kalea," pintak memberikan sebuah pilihan kepada Mas Raka.

Saat kami sedang berbicara, aku tidak menyadari ada Kalea yang sejak tadi menguping pembicaraan kami, hingga akhirnya dia pun keluar dari tempat persembunyiannya dan kini berjalan menghampiri kami.

"Ya sudah, ceraikan saja dia, Mas! Kenapa kamu harus ragu? Kamu dan aku sudah menikah, bukan? Lagipula kita akan memiliki anak sebentar lagi," sahut Kalea dengan melipatkan kedua tangannya ke arah depan dadaku.

Mas Raka tampak tersentak dengan apa yang dikatakan oleh Kalea saat itu, tapi kemudian, ia pun mengucapkan kata talak kepadaku, setelah Kalea sudah mulai bisa mempengaruhi pikiran Mas Raka.

"Baiklah, jika itu maumu, Rania. Mulai hari ini aku akan memberikan talak tiga kepadamu. Kamu bukan istriku lagi!" kata Mas Raka dengan tegas, ketika ia mengucapkan kata talak kepadaku.

Seketika air mataku sudah tidak bisa aku bendung, rasa sesak di dadaku aku rasakan begitu menyakitkan.

Pupus sudah rumah tangga yang aku bina bersama dengan dirinya karena kehadiran sahabatku yang bermain di belakangku bersama dengan suamiku setelah aku bekerja menjadi TKW di luar negri.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
emosi aku bacanya sumpah knp yg jd pmeran utamanya gini bngt wlpun akhirnya nnti happy ending tp diawal aca z udah kya gini.
goodnovel comment avatar
Ai Warikah
laki2 pengecut bisanya mampatin perempuan
goodnovel comment avatar
Ira Tinkerbel Tambunan
GK suka ceritanya Krn wanita nya lemah dan terlalu gegabah, hrsnya dia bsa laporkan k polisii kan ada bukti TF dia,,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 8 Ditagih Mas Raka

    Hampir satu bulan lamanya aku berada di sana, dan aku pun sudah tak tahan lagi melihat kemesraan mereka yang sengaja mereka umbar di hadapanku, aku pun memutuskan untuk mengakhiri biduk rumah tanggaku.Saat itu Mas Raka tidak mau melepaskan aku, karena DP belum sepenuhnya tuntas aku berikan.Tak tahan dengan semua itu, aku pun terpaksa memberikan kalung emasku seberat 10 gram sebagai pembayaran sisa DP dan juga uang cicilan ganti rugi rumah yang sudah aku hancurkan.Saat aku hendak berpamitan, aku meminta sesuatu kepada Mas Raka dan saat itu juga permintaanku telah dikabulkan oleh Mas Raka.Lega, kecewa dan sekaligus sangat sedih tentunya. Namun, dengan perceraian ini, aku akan bebas dari ikatan yang akan menghantuiku dan membuatku semakin tidak ikhlas menerima pernikahan mereka.Aku akhirnya keluar dari rumah itu dengan status janda.Perdih rasanya saat aku harus mengakhiri pernikahan ini dengan laki-laki yang aku cintai sepenuh hati. Namun, takdir membawa kami pada perceraian yang t

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 9 Pergi Merantau

    Setelah memperoleh restu dari ibuku, aku segera mengambil keputusan untuk melamar pekerjaan di Perusahaan PT. Bintang Gemilang Abadi.Dalam waktu singkat, lamaran kerja yang kukirimkan melalui email mendapatkan balasan.Mereka menantikanku untuk datang mengikuti wawancara pekan depan. Betapa bersyukurnya hatiku saat itu, seolah Allah telah mengabulkan doa yang terpanjat di bibirku.Seketika itu juga aku pun segera memberitahukan kepadaku ibuku dan, aku pun berkemas dan mempersiapkan semua keperluanku untuk pergi merantau."Bu, Rania dapat panggilan wawancara minggu depan," ucapku seraya menunjukkan email tersebut kepada ibuku.Raut wajah bahagia terpancar dari ibuku. Namun, ada kepedihan yang tersembunyi di belakang senyumnya.Aku tahu apa yang ibuku rasakan saat ini, tentu karena hatinya belum sepenuhnya rela untuk melepaskan aku merantau jauh darinya.Mencoba mencari tahu perasaan ibu, aku bertanya padanya, "Ibu, kenapa wajahmu sedih? Bukankah Ibu seharusnya bahagia karena Rania bis

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 10 Bertemu Pria Tampan

    Tubuhku bergetar saat mendengar caci makian dari Mas Raka saat itu, sungguh aku tidak menyangka dia akan menelepon diriku dan hanya untuk mencaci maki diriku.Tubuhku benar-benar bergetar saat mendengar caci makian dari mulut Mas Raka."Apa maksudmu, Mas? Kenapa Mas Raka tiba-tiba mencaci makiku seperti itu? Apa Mas Raka menelpon diriku hanya untuk mencaci mamkiku saja?" tanyaku dengan kutahan emosiku yang hampir siap meledak saat itu."Kau memang pantas untuk dicaci-maki. Apakah ini adalah alasanmu untuk meminta cerai dariku? Dasar gatel kamu Ra, baru juga minta cerai, sekarang kamu mencari pria lain," olok Mas Raka yang seketika membuat hatiku mulai meradang."Apa yang kau katakan Mas? Kau jangan fitnah, Mas! Aku ke kota ini untuk mencari pekerjaan dan membayar uang ganti rugi kepadamu. Sebaiknya Mas Raka urusi saja istrimu itu, kau tidak berhak atas diriku lagi, Mas! Jadi, jangan pernah kau memfitnah diriku lagi!" pungkasku lalu segera ku tutup teleponku.Hancur hatiku mendengar el

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 11 Kecewa

    Aku benar-benar sangat terkejut saat melihat sosok lelaki yang aku temui di Bus beberapa jam yang lalu adalah bos di mana saat ini aku sedang melakukan interview.Jantungku berdegub dengan kencangnya saat Mas Attala akan memulai interviewnya kepada diriku."Duduklah, Rania! Kau jangan tegang seperti itu," kata Mas Attala saat sepintas dia melihat wajahku yang tampak sangat gugup saat itu.Aku pun menganggukkan kepalaku dan mulai duduk di atas kursiku.Kulihat Mas Attala tampak sibuk membuka laptopnya dan melihat Curriculum Vitae yang aku email saat itu."Rania Salsabila, rupanya kau cukup berpengalaman bekerja di luar negeri," puji Mas Attala sambil melirik wajahku.Aku hanya tersenyum tipis, merasa sedikit bangga akan pencapaian yang sudah kulewati. Tidak terasa, obrolan kami berlanjut, dan Mas Attala mulai menanyakan tentang banyak hal yang berhubungan dengan kantor tempatku bekerja sebelumnya.Sejenak, aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengingat segala pengalaman dan kisah yan

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 12 Teman Kantor Rese

    Mengawali pagi hari di tempat kerja yang baru, aku sengaja bangun lebih awal dan berangkat ke kantor dengan penuh semangat.Meskipun saat ini aku hanya diterima sebagai OB untuk bosku, tapi aku tetap bersemangat untuk memberikan yang terbaik."Sudah waktunya aku membuktikan diri, dan kali ini aku akan menunjukan kepada Pak Attala bagaimana aku bisa bekerja dengan baik dan menerima tantangannya kali ini," gumamku sembari mempersiapkan keperluan hari ini. Mungkin saat ini Mas Attala sedang menguji ketahanan dan kemampuanku, tapi aku yakin suatu hari nanti aku bisa meraih impianku dan mendapatkan posisi yang lebih baik di tempat ini.Aku berharap Mas Attala akan melihat usaha dan kerja keras yang aku tunjukkan nanti."Ini bukan akhir dari perjuanganku, ini adalah awal yang baru," bisikku semangat di dalam hati.Dengan langkah pasti, aku segera berangkat ke kantor agar tidak terlambat di hari pertama bekerja. Aku ingin menunjukkan bahwa aku serius dan berdedikasi pada pekerjaan ini, wala

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 13 Fitnah Mas Raka

    Aku terkejut saat mendengar ucapan Mbak Rima di depan Pak Attala. Rasanya seolah-olah aku ditampar cukup keras. Bagaimana mungkin Mbak Rima bisa mengatakan hal seperti itu di hadapan Pak Attala? Aku pun mencoba untuk membela diriku yang telah difitnah oleh Mbak Rima."Apa maksud Mbak Rima? Ini pasti salah! Bukankah tadi Mbak Rima yang bilang kalau Pak Attala lebih suka minum kopi manis?" elakku dengan nada marah, seakan merasa tersudut oleh ucapan Mbak Rima.Mbak Rima menatapku dengan sorotan mata yang begitu tajam, seolah ingin menegaskan bahwa dia tidak pernah mengatakan hal tersebut kepadaku. Aku merasa kebingungan semakin menjadi, bagaimana bisa kesalahpahaman ini terjadi? Apa yang sebenarnya Mbak Rima maksudkan? Sementara itu, Pak Attala hanya menyaksikan perselisihan kami dengan tenang. Ia tampak seperti menilai kami dari ekspresi wajah yang tersirat di wajah kami berdua. Adakah maksud tertentu di balik pandangan Pak Attala yang begitu mendalam? Atau ia hanya ingin melihat se

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 14 Perhatian Mas Attala

    Melihat story Mas Raka di media sosial yang tiba-tiba viral, seketika membuat hatiku seperti disambar petir.Pikiran-pikiran buruk mulai menghampiri dan air mata menggenang di pelupuk mataku.Aku bertanya dalam hati, "Mengapa ini harus terjadi padaku?" Aku merasakan kemarahan bercampur sedih sementara tanganku bergetar seketika memegangi ponsel milik Mbak Rima.Mbak Rima, yang seperti sengaja mendekatiku, menatapku dengan raut wajah penuh kepuasan seolah merasakan kebahagiaan dari kesedihan yang tengah kualami.Fitnah dari Mas Raka bagai racun yang merayap, mempengaruhi pikiranku dan perasaanku.Namun, aku tidak ingin Mbak Rima semakin berbahagia melihat penderitaanku, secepatnya aku menghapus air mata yang belum sempat jatuh dan kembali membungkam emosiku.Aku menarik nafas dalam-dalam sambil berkata pada diriku sendiri, "Aku harus tetap kuat. Aku tidak boleh terpengaruh dengan fitnah ini. Ini bukan diriku yang sebenarnya."Dengan tekad yang bulat, aku segera melanjutkan pekerjaanku

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 15 Tawaran Menikah Mas Attala

    Aku terharu saat mendengar Pak Attala akan membantuku untuk membalas perbuatan Mas Raka saat itu. Namun, aku belum tau dengan cara apa Pak Attala akan membantuku."Bapak akan membantu saya?" tanyaku dengan menatap wajah Pak Attala.Pak Attala lalu tersenyum ke arahku dan seketika membuat jantungku berdegup dengan kencangnya."Tentu saja aku mau membantumu, asal kau juga mau membantuku," balas Pak Attala sambil menatap wajahku. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari tatapannya kali ini, membuatku tidak bisa memahami maksudnya. "Maksud Bapak?" tanyaku dengan rasa ingin tahu yang bercampur rasa was-was. Pak Attala tersenyum tipis, lalu memutar kursi yang kupakai hingga menghadap ke arahnya. Dia pun menarik kursi yang ada di belakangnya dan duduk di sana. Suasana semakin terasa tidak nyaman dan aku pun mulai gugup dibuatnya."Ini bukan karena aku memanfaatkan situasi, tapi saat ini aku memang sedang mencari seorang istri," jelas Pak Attala yang semakin membuatku terkejut dan bingung.

Bab terbaru

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 134 TAMAT

    Setelah pemakaman ibuku, aku hanya duduk di dekat pusaranya, memandangi gundukan tanah yang masih basah. Airmataku tak tertahankan jatuh mengalir deras dari pelupuk mataku. "Mama... kenapa harus sekarang mama meninggalkan Raka sendirian? Raka masih butuh mama," bisik hatiku, tenggelam dalam kepedihan. Aku meratapi semua kenangan yang kulewati bersama ibuku, mengingat betapa besar pengorbanannya untukku.Meskipun ibuku memiliki sifat jahat. Namun, kasih sayang dan perhatian yang dia berikan kepadaku tidak lekang oleh waktu."Kenapa mama meninggalkan aku saat aku seperti ini?" tanyaku pada pusara mamaku yang masih basah, mencari jawaban yang tidak akan pernah kudapat. Seiring berjalannya waktu, aku tetap enggan beranjak dari sisi pusara ibuku. Hingga akhirnya, Attala datang menghampiriku, menepuk pundakku pelan. "Bersedih boleh, Raka, tapi jangan kamu sampai meratapi kematian ibumu di tanah yang masih basah," ucapnya, mencoba membawaku kembali ke kenyataan. Merasa sakit yang tidak

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 133 Bu Mirna Meninggal

    Suasana menjadi semakin haru saat aku melihat ibuku meneteskan air mata, tanda penyesalan yang begitu dalam. Saat aku mendengar ucapan ibuku yang seolah sedang memberikan sebuah pesan terakhir untuk semua orang, seketika membuat tubuhku merinding.Entah mengapa aku merasa sesuatu yang tak enak di sana.Tak lama kemudian, ibuku kembali berkata pada Kalea, "Ibu minta maaf atas apa yang sudah ibu lakukan kepadamu, Kalea. Ibu telah menyakiti dirimu dan membuatmu menerima fitnah yang sengaja ibu buat bersama Andini demi memisahkan kalian berdua." Isak tangis ibuku semakin keras, seiring dengan penyesalan yang saat ini dia rasakan.Hatiku terenyuh, teriris oleh kesedihan yang kini harus ibu rasakan. Tapi apa boleh buat, semua ini akibat perbuatan ibuku sendiri di masa lalu.Namun, aku mencoba memahami apa yang sebenarnya ibu rasakan saat ini. Ibuku melanjutkan, "Ibu tahu bahwa kesalahan yang sudah ibu lakukan tidak pantas untuk mendapatkan maaf. Namun, saat ini ibu sudah menerima hukuman a

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 132 Permainan Maaf Bu Mirna

    Aku terkejut saat mendengar apa yang diucapkan oleh mamaku, seolah apa yang dikatakannya itu adalah sebuah pesan terakhir untuk diriku. "Mama, jangan bicara aneh-aneh. Mama pasti akan sembuh setelah ini," ucapku, mencoba menguatkan mamaku yang tampak lemah.Mama menatapku dengan sorot mata yang berkaca-kaca, dan tangisan tak mampu lagi ditahannya. Ia bahkan meminta maaf kepadaku, membuat hatiku sangat terharu dan sedih. Aku pun larut dalam suasana kesedihan ketika mamaku mengatakan itu dengan penuh penyesalan."Maafkan Mama, Raka. Mama sudah membuat keluargamu hancur, dan kini kamu telah kehilangan semuanya. Mungkin ini balasan yang seharusnya Mama terima," ujar mamaku dengan isak tangis yang membuatku seketika larut dalam tangisan."Tidak, Ma. Jangan bicara begitu lagi. Raka juga bersalah dalam hal ini, semuanya karena Raka yang terlalu egois dan terlalu mengejar dunia hingga Raka menjadi orang tampak," ungkapku, tak mampu menahan air mata. Aku mencium punggung ibuku, mencoba untu

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 131 Penyesalan Bu Mirna

    Aku terdiam sejenak, mencerna apa yang Arif katakan kepadaku. Saat ini, ekonomi benar-benar menurun drastis dan tawaran Arif terasa sangat aku butuhkan saat-saat seperti ini."Apakah dia mau membantuku? Tapi, bagaimana kalau Rania menolak membantu?" gumamku penuh kekhawatiran.Arif tampak tahu apa yang ada di benakku, dia tahu jika saat ini aku ragu akan Rania dan Attala mau membantuku.Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi antara diriku, Kalea dan Rania di masa lalu."Aku sedikit ragu jika dia akan membantuku setelah apa yang aku lakukan di masa lalu. Kesalahan yang aku lakukan benar-benar sangat fatal, hingga aku membuat dirinya benar-benar kubuat sangat menderita. Entah mengapa aku tidak yakin jika dia mau membantu diriku saat ini," ungkapku penuh penyesalan.Arif menatap simpati kepadaku, dia berusaha untuk meyakinkan diriku saat ini, meskipun aku masih ragu jika Rania dan Attala mau memberikan bantuannya kepadaku."Jangan berpikiran buruk soal Rania dan Pak Attala. Mereka orang

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 130 Penyesalan Mas Raka

    Aku merasa terkejut sekaligus bingung saat mendengar tawaran yang diberikan Arif. Sebenarnya, dalam diriku ingin menolak tawaran tersebut. Namun, situasi yang sedang aku alami saat ini membuatku merasa tidak punya pilihan lain. "Benarkah ini satu-satunya jalan untuk keluar dari kondisi ini? Aku harus menerima tawaran Arif untuk bekerja menjadi sopir kantor Attala, suami Rania? Apa yang mereka pikirkan setelah tahu aku mau melamar bekerja di sana? Apakah mereka akan mentertawakan nasibku?" batinku sedih sekaligus bingung menentukan pilihanku. Tapi aku berpikir kembali, sudah seminggu ini aku lelah menjadi tukang parkir yang harus selalu bersaing dengan preman-preman untuk mendapatkan lahan. "Jika aku tidak menerima tawaran ini, aku akan menjadi tukang parkir dengan penghasilan tak menentu dan aku akan mengecewakan ibuku," pikirku lagi penuh kebimbangan.Akhirnya, dengan perasaan berat, aku menerima tawaran Arif. "Baiklah, aku mau, kapan aku bisa bekerja?" tanyaku dengan tatapan ma

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 129 Perubahan Nasib Raka

    Aku merasa bingung saat melihat ibuku yang tampak sangat gugup ketika aku memintanya untuk meminta maaf kepada Kalea. "Mama belum siap, Raka. Mama takut jika dia tidak akan memaafkan Mama," ujar mamaku sambil menatap wajahku bingung.Aku pun berusaha untuk mengerti perasaan ibuku, tapi aku tak bisa menahan rasa ingin tahu, apa yang sebenarnya membuatnya begitu takut. "Apa yang membuat Mama takut? Apakah ini karena dia merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan?" gumamku dalam hati. Mungkin aku memang harus memberikan waktu untuk ibuku meminta maaf kepada Kalea. Akhirnya, setelah kami berbicara cukup lama, aku putuskan untuk mencari kos yang murah di dekat sini. Namun, sayangnya kos yang ada di depan rumahku harganya cukup mahal. Seolah tak ada pilihan lain, aku terpaksa mencari kos di dekat rumah yang sekarang sudah kujual kepada Arif. Saat kami tiba di depan tempat kos tersebut, beberapa tetangga yang mengenal kami tampak terkejut melihat kami di sana.Mereka sepertinya sedang

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 128 Penyesalan Bu Mirna

    Aku mencoba menenangkan perasaanku ketika melihat ibuku sudah mulai gugup dan terlihat dia sedang menyembunyikan sesuatu. Mungkinkah saat ini ibuku mulai cemas saat Nadia mengatakan itu kepada ibuku?Apakah ibuku saat ini mulai merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan kepada Nadia? Aku benar-benar sangat malu dan menyesal ketika tahu ibuku sendiri yang tega melakukan itu kepada Nadia.Demi memisahkan diriku dengan Nadia, dia rela berbuat fitnah dan membuatku percaya dengan apa yang dia katakan.Nadia tampak menatap penuh amarah, ketika dia baru saja mengatakan sesuatu yang membuat ibuku menjadi sangat gugup. Hatiku semakin percaya jika selama ini ibu yang berperan dalam penderitaan Nadia.Apakah benar ibuku telah membuat Nadia merasa seolah-olah kehilangan rahimnya karena bekerja sama dengan Andien waktu itu?Ketika kesadaran itu menerjang benakku, rasa menyesal pun menyusul, membuatku ingin segera meminta maaf kepada Nadia. "Nadia," kataku dengan suara serak,"Sebenarnya aku i

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 127 Bertemu Nadia

    Aku, Raka, saat itu mendengar sekilas tentang Arif yang sedang menelpon seseorang. Entah mengapa, perasaan aneh muncul di benakku, seolah yang dia telpon adalah Attala, suami Rania.Aku ingin sekali mengonfirmasi perasaan ini, ingin menanyakan kepada Arif siapa sebenarnya yang sedang dia telpon. Namun, aku ragu. Aku takut jika nanti Arif tersinggung dan membuat diriku kehilangan kesempatan untuk bekerja di perusahaan tempat Arif bekerja saat ini. Apakah benar yang dia telpon adalah suami Rania? Ataukah ini hanya perasaanku saja? Arif mulai berpamitan kepadaku. "Maaf Raka, aku harus kembali ke tempat kerja, bosku sedang menelpon," ujarnya. Aku tersenyum tipis, menahan rasa penasaran yang mengusik hatiku.Tak lama kemudian Arif pergi meninggalkanku. Aku terdiam, melihat punggung Arif yang semakin menjauh. Entah apa yang harus kulakukan, mungkinkah aku salah? Aku tersentak dari lamunan, sejenak melupakan perasaan cemas yang tadi menggangguku. Kemudian aku kembali untuk menyusul ibuku,

  • Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu    Bab 126 Sesal Arif

    Aku, Raka, terperangah saat mendengar pengakuan yang Arif sampaikan kepadaku. Betapa tidak, kebenaran mengenai rahim Kalea yang sebenarnya tidak diangkat membuatku terpukul dan sulit untuk mempercayainya.Ternyata selama ini, ibuku telah berbohong kepadaku. Bagaimana mungkin aku bisa begitu percaya dengan ucapan ibuku yang, waktu itu, bersekongkol dengan seorang dokter yang menggantikan dokter Ridwan di rumah sakit itu. Aku merasa frustrasi dan hampir tak bisa menerima kenyataan saat Arif mengungkapkan semua itu kepadaku. "Mengapa Mama begitu tega melakukan ini padaku dan Kalea? Apakah ini memang rencananya sejak awal?" gumamku dalam hati, merasa tertipu oleh orang yang seharusnya paling aku percayai. Arif menceritakan secara detail kejadian saat itu, tak ada yang dia sembunyikan ketika dia mengungkapkan semuanya. Di dalam hati, aku merasa semakin hancur mendengar kebenaran ini. "Bagaimana aku bisa memaafkan Mama setelah kejadian ini? Apakah Kalea akan mampu melupakan semuanya d

DMCA.com Protection Status