Share

Part 68. Mencurigakan

last update Last Updated: 2023-01-23 23:22:08

Arjuna menyudahi menyantap sarapannya dengan meminum air putih hangat setengah gelas.

"Kita bicarakan nanti pas aku sudah pulang kerja, Mi. Aku harap mami mengerti dan paham," ucapnya sebelum akhirnya beranjak. Sama sekali Arjuna tak melempar pandangan pada Santi ataupun Dara.

"Arjuna! Arjuna! Kamu dengar mami manggil nggak?" teriak Santi, akan tetapi Arjuna sama sekali tidak menoleh ke belakang apalagi memberhentikan langkahnya.

Mata Santi menatap tajam meski punggung anaknya saja yang terlihat. Dia tampak begitu emosi dengan sikap Arjuna yang masih tidak sejalan dengan dirinya. Saking susahnya menahan emosi, wajah Santi yang mengkilat karena perawatan tampak memerah bagai kena cahaya matahari yang terik.

"Kalau Mami dibiarkan seperti ini terus bisa-bisa kedepannya makin memperburuk keadaaan," bisik Arjuna dalam hati sembari terus melangkah ke arah pintu utama.

"Tan, kayaknya aku balik saja ke Jogja. Percuma aja aku di sini, Tan. Mas Arjuna tampak keberatan dengan adanya aku. Apala
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dwi Nella Mustika
alurnya lagi di kembangin kak, nanti bakal saling terpaut kok. makasih udah ikutin kak
goodnovel comment avatar
Idjah Manu
ceritax kog ngambang ya gaje gmn akhirnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 69. Pilih yang Mana?

    Eka langsung sekejap beranjak dan bertekuk lutut di hadapan Ratna."Aku yang make. Ibuku sakit keras di kampung. Jadi aku terpaksa pakai uang toko kamu, Rat. Maaf … Maaf … kalau aku lancang. Aku rela kalau kamu pecat, Rat."Bukannya memarahi Eka, Ratna malah membantu janda beranak dua itu untuk bangkit."Bagiku, uang bukanlah suatu yang terpenting dibanding kepercayaan. Aku rasa akan berbeda cerita jika kamu mengatakan hal sebenarnya, tanpa melibatkan nama orang tuamu bahkan parahnya kamu menyematkan sakit keras pada perempuan yang berjuang melahirkan kamu dulu, Ka."Tubuh Eka bergetar hebat. Dia berdiri dalam kondisi tertunduk. Sama sekali tak berani mengangkat kepalanya untuk menatap Ratna."Berat hati, aku harus memecat kamu dan aku sendiri yang akan turun tangan mengurus toko ini."Seketika dunia Eka runtuh seketika. Selain hidupnya akan menjadi rakyat jelata lagi, hal yang cukup membuat dirinya terkejut dan tidak habis pikir kenapa Ratna bisa tahu kebenaran yang sesungguhnya."Ja

    Last Updated : 2023-01-25
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 70 l. Tersingkirkan Tanpa Menyingkirkan

    "Oke … Oke …," sahut Arjuna seraya bangkit dari duduknya. Seketika itu juga senyum Santi mengembang pertanda kemenangan di depan matanya. "Dara bisa kerja di sini, tidak sekarang, tapii mulai Senin depan."Senyum yang sempat merekah mendadak menciut seketika mendengar ucapan Arjuna selanjutnya."Lho, nggak bisa dong. Mami maunya besok sudah masuk kerja langsung," protes Santi tak sabar.Dara yang tadinya diam seribu bahasa, itupun hanya …"Tan …," panggil Dara seraya menatap penuh arti pada Santi."Okelah, Senin depan ya. Mami terima. Asal kamu jangan sampai ingkar janji kayak sebelumnya.""Kita pulang yuk, Tan. Mas Arjuna pasti masih banyak pekerjaannya.""Kok pulang sih. Ke mall dulu dong, Sayang. Kan mau cari baju buat kamu kerja Senin depan."Sebelum meninggalkan ruangan Arjuna. Dara tak lupa mengucapkan terima kasih pada Arjuna."Makasih banyak, Mas. Aku dan tante pulang dulu," pamitnya.Tanpa menjawab, Arjuna hanya membalas dengan sekali anggukan.***Bram yang berdiri di depan

    Last Updated : 2023-01-26
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 71. Menari di Pelupuk Mata

    [Itu maminya Bapak Arjuna dan perempuan yang tak kalah cantik itu adalah calon dari lelaki yang selama ini sudah bertopeng sama kamu dan Devina.][Makanya kamu jangan gampang terkesima dengan lelaki yang nggak sepenuhnya kamu kenal.]Begitulah bunyi pesan yang masuk disertai dengan foto yang dikirim Bram.Ratna bergeming, seolah memori pikirannya terputar ulang bagaimana awal bertemu Arjuna yang pernah menolong dirinya saat persidangan. Masih teringat di benaknya bagaimana Arjuna selalu ada di kala Ratna dan Devina butuh bantuan, tanpa diminta terlebih dahulu. Dan, yang membuat semuanya berkesan karena Arjuna mampu membuat Devina merasa nyaman dan bahagia.Berulang kali Ratna menarik napas dalam dan melepasnya perlahan."Selow, Rat. Ini bukan kegalauan yang berarti. Bukankah kamu masih trauma mengenal sosok lelaki. Dan, kamu memang tidak memupuk rasa padanya.""Tapi … hati ini terasa ngilu setelah melihat foto perempuan itu.""Apa sih, Rat. Jangan lebay, rasa kamu itu mungkin hanya se

    Last Updated : 2023-01-27
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 72. Liku Kehidupan

    Rentetan pesan yang tampil ditampilan depan hanya direspon Ratna dalam hatinya saja. Hati yang senada dengan jarinya belum siap merespon pesan dari Arjuna. *** Mentari yang malu-malu memancarkan sinarnya cukup menggantikan kesenduan hati Ratna malam tadi. Seperti biasa pagi hari Ratna yang sudah sibukkan dengan rutinitas mempersiapkan sarapan dan keperluan Devina. Namun, ada hal yang beda membuat Devina bertanya. "Mama cantik banget pagi ini," puji Devina sembari menyeruput susu segelas susu hangat, Ratna tampak tersenyum malu menata anak semata wayangnya itu. "Hmm ... berarti kemarin-kemarin mama nggak cantik dong," ucap Ratna kok pura-pura merajuk. "Cantik kok. Tapi beda sama yang sekarang." "Oh iya, mama lupa kasih tahu kamu. Kalau mulai hari ini mama akan mengelola toko bakery kita, makanya mama agak rapi." "Mama kerja? Bakalan sibuk dong?" Nada bicara Devina terdengar agak lain dari yang sebelumnya. "Nggak kok, Na. Devina tetap prioritas mama. Mama di toko mengisi sela k

    Last Updated : 2023-01-28
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 73. Perempuan Licik

    Ratna menyentak kasar tangannya, membuat pegangan tangan Laura terlepas."Kamu urus saja sendiri. Saya tidak mau tahu sama urusan kamu. Mau kamu hamil anak Mas Bram ataupun lagi nyusun skenario buat ngejebak dia. Kamu atur saja sendiri.""Aku rasa kamu nggak lupa gimana cara merebut Mas Bram dulu."Ratna berlalu masuk tak lupa dia kembali menggembok pagarnya supaya Laura tidak ada akses masuk."Mbak … Mbak Ratna … please bantu aku, Mbak. Aku mohon. Aku yakin kalau lewat, Mbak. Mas Bram akan mau mendengar semua yang aku ucapkan. Mbak … Mbak Ratna."Laura terus berteriak di depan pagar tapi Ratna berusaha untuk tidak mengacuhkan perempuan jalang itu. Beberapa pasang mata sudah memperhatikan dengan heran, tapi mereka tak ingin ikut campur.Berharap Laura hengkang dari rumahnya, yang terjadi malah sebaliknya. Belum ada setengah jam Ratna di dalam rumah tiba-tiba Laura menyisir pandangan sekitar yang tampak mulai lengang.Laura dengan lincahnya melompati pagar rumah Ratna. Entah apa yang m

    Last Updated : 2023-01-29
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 74. Ancaman

    Ratna tersentak kaget melihat lelaki yang dia hindari berada di depan rumahnya. Berpakaian rapi seperti biasanya. Langkah Ratna terhenti, kala Arjuna berucap tanpa basa-basi."Oom Ganteng, oom kemana saja? Kok tidak pernah ngajakin Nana main lagi," celetuk Devina yang juga ikut kaget dengan kehadiran Arjuna."Maaf ya, Devina. Oom agak sibuk di kantor. Tapi sekarang Oom bisa kok nganterin kamu ke sekolah.""Makasih tawarannya, Mas. Tapi aku sudah memesan taksi," sahut Ratna cepat."Yah, mama. Kok kita tidak dianter Oom Ganteng aja," protes Devina.""Devina ….," panggil Ratna. Nada suara Ratna yang agak beda membuat Devina tak ingin protes lagi."Kan bisa di cancel, Rat?""Jangan mematikan rezeki orang demi kepentingan kamu pribadi, Mas!"Serrr …Arjuna bagai tersambar petir. Jantung Arjuna seketika berdesir hebat, disindir Ratna tanpa filter."Bukan begitu, karena aku ingin menjelaskan sesuatu sama kamu. Pasti Bram sudah memberi tahu ….""Aku rasa kamu cukup bijaksana untuk tidak berb

    Last Updated : 2023-01-30
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 75. Awaas!

    "Baik, aku bisa membuktikan semuanya," sahut Laura lantang. Apa dia memang sedang mengandung anak Bram? Dan, aksi nekad dia melompati pagar rumah Ratna bentuk perubahan hormon karena mengandung? Entahlah …*Bram mencoba menyusul Ratna yang sudah masuk ke dalam toko bakery, akan tetapi dicegat Wati."Jangan dikejar, Bram. Mama rasa kamu cukup tahu bagaimana karakter Ratna. Sekarang, jangan pake emosi, apa-apa harus serba tuntas. 'Kan sudah berapa kali mama bilang, kamu nggak pernah mendengarkan, malah jadi melebar kemana-mana.""Aku nggak mau Ratna menjauh lagi, Ma. Ini kesempatan emas, apalagi calon Arjuna itu bisa aku jadikan tameng. Malah si bengek kerdil datang menghancurkan semuanya. Aku takut nggak ada kesempatan kedua kali merebut hati Ratna, Ma.""Iya, Mama tahu dan sudah paham, Bram. Sekarang, yang perlu kamu tuntaskan adalah bagaimana menjinakkan perempuan ular itu.""Menjinakkan gimana maksud, Mama?" tanya Bram menatap heran pada perempuan mengenalkan tunic hitam dengan sul

    Last Updated : 2023-01-31
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 76. Test DNA

    Bram tampak keberatan, sampai-sampai dia melempar testpack yang sempat dia pegang ke meja sang dokter. Membuat dokter dan Laura kaget bukan main. Tanpa bersalah Bram langsung bangkit dari duduknya."Mas, tolong jaga sikap kamu," ucap Laura seraya berbisik dengan melirik ke arah dr. Jelita yang geleng-geleng melihat tingkah Bram yang tidak sopan itu."Aku nggak yakin di dalam kandunganmu itu darah dagingku. Bisa saja darah daging laki-laki lain 'kan?"Mendengar tuduhan sekaligus direndahkan di depan orang lain jelas Laura tidak terima diperlakukan seperti itu. Hingga dia kehilangan sabar dan akhirnya menjadi perdebatan."Kamu pikir aku perempuan apa, Mas? Lancang sekali kamu menuduhku.""Kalau lagi hamil gini bisa di test DNA nggak, Dok?" tanya Bram tiba-tiba.Dr. Jelita menarik ujung bibirnya seraya berkata, "bisa, Pak. Sekarang sudah bisa, tapi tunggu sampai kandungan berusia 10-12 minggu."Mendengar penjelasan itu, ada kelegaan sedikit yang terasa di hati Bram. "Oke, saya akan bawa

    Last Updated : 2023-01-31

Latest chapter

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status