Share

Part 37. Dia Pengganggu

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-21 23:31:23
Bram kembali meletakkan ponselnya, urung menggubris panggilan video call istri sirinya itu.

"Kok tidak diangkat video callnya, Pa? Biar Tante Laura tahu kalau papa lagi sama Nana." Celetukan Devina membuat Bram terbatuk.

"Nanti aja Papa video callnya. Papa lagi nggak mau diganggu siapa-siapa." Bram beralasan supaya Devina merasa bahagia. Namun, yang terjadi ucapan Devina malah menyerang batin Bram

"Ooo … jadi Tante Laura itu pengganggu ya, Pa? Tapi kenapa papa lebih memilih Tante Laura ketimbang mama?"

Wajah Bram memerah bagai udang rebus. "Sudah, Devina. Kita nggak usah bahas Tante Laura ya! Kamu lanjutin aja makannya!" pinta Bram mengalihkan topik.

Devina tak lagi protes, dia lanjut menikmati hidangan.

"Papa boleh tanya sesuatu nggak sama Devina?" Bram kembali bersuara setelah beberapa menit hening tanpa suara.

"Papa mau tanya soal apa?"

"Devina kok manggil Bapak Arjuna dengan sebutan Oom Ganteng sih? Kenapa nggak manggilnya Om Arjuna aja?" tanya Bram penasaran.

"Kan Oomnya emang gan
Dwi Nella Mustika

Ratna mau nggak ya diajakin Arjuna?????

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
semoga ratna jodohnya arjuna
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 38. Kafe Hotel

    Ratna menjauhkan ponselnya untuk melihat jam di layar ponselnya yang sudah menunjukkan pukul delapan malam."Boleh, Mas. Tapi aku nggak bisa lama-lama.""Setengah jam aja paling. Aku tunggu di dekat lift!"Sambungan telepon berakhir atas persetujuan kedua belah pihak.Selang beberapa menit keduanya hampir bersamaan keluar dari kamar masing-masing yang kebetulan bersebelahan."Gimana Devina? Jam berapa tadi tidurnya, Rat?" tanya Bram membuka pembicaraan setelah keduanya memesan minuman."Aman aja. Lepas Magrib dia udah tidur kok, Mas!""Oh, sudah sejak tadi aku pikir baru tidur.""Devina kalau kecapekan emang begitu. Cepat tidurnya."Seorang pelayan perempuan datang dengan sebuah nampan di tangannya, secangkir kopi hitam dan lemon tea hangat. Kemudian, dia menaruh di atas meja."Terus, Bram gimana? Dia ada hubungi kamu?" tanya Arjuna penasaran."Aku nggak ngecek sih. Kenapa emang, Mas?""Nggak cuma nanya aja."Keduanya tampak canggung seperti orang kehilangan bahan pembicaraan."Diminum

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-22
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 39. Nikah Secara Negara

    Bram menatap Laura dengan tatapan kurang suka. Dia memang sengaja berkutat di depan laptop guna menghindari perbincangan lebih dalam dengan Laura. Badannya yang di rumah tapi pikirannya menerawang ke Ratna yang masih berada di Bandung.Bram seolah membayangkan Ratna bermesraan dengan Arjuna seperti yang pernah dia lakukan sewaktu memperkenalkan Laura pada mantan istrinya itu."Kok kamu gitu natap aku, Mas? Kayaknya kemarin itu cuma pura-pura ya! Jangan-jangan kamu lagi ngerencanain sesuatu?" tuduh Laura tanpa tembakan meleset. Laura tak suka berbasa-basi kala moodnya sudah berantakan. "Lau, please. Jangan mancing-mancing masalah. Bisa nggak sedikit aja kamu ngertiin aku. Posisi aku di perusahaan itu Manajer, pasti sibuk. Nggak bakalan kenal sama waktu senggang. Kok kamu makin ke sini makin riweh.""Mas, sibuk kamu yang mana nggak aku ngertiin. Lagian aku cuma minta waktu buat ngobrol aja. Emang nggak bisa? Dulu aja, kamu bela-belain telat pulang ke rumah demi bisa ngobrol sama aku. Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 40. Alun-Alun Kota

    Darah Wati seolah berhenti mengalir. Bagai disambar petir tanpa aba-aba."Tidak, jangan sampai itu semua terjadi. Kenapa sekarang dia jadi bahas-bahas hamil? Bram gimana sih!" umpat Wati dalam hati."Iya, Ma. Kenapa emangnya? Kok kaget begitu?" Laura seolah peka dengan tingkah yang terlihat.Wati hanya berusaha mengulas senyum, "Mama pikir kamu sama Bram mau nunda dulu, apalagi Bram juga baru pisah sama Ratna. Berkasnya di pengadilan 'kan juga belum beres.""Ya nggak masalah kali, Ma. Aku hamilnya juga sembilan bulan, nggak mungkin juga dong selama itu beresin berkas di pengadilan.""Terus status anak kamu gimana nanti? Kalian 'kan nikahnya secara siri?""Ya nikah lagi dong, Ma. Abis semua urusan persuratannya beres di pengadilan. Nanti baru ajuin buat nikahan aku secara negara," sahut Laura enteng. Wati ngerasa dadanya semakin sesak hampir tak ada rongga untuk dia menghela napas."Apa nggak ditunda lagi aja dulu program hamilnya, Lau?" Wati tak bisa menahan diri, rasa ketakutan terla

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 41. Bunga Mawar Putih

    Jantung kedua orang dewasa ini berdetak tak karuan. Lebih cepat dari biasanya. Napas yang memburu bisa dirasakan keduanya."Cie … Mama sama Oom Ganteng romantis banget," celetukan Devina membuat keduanya kaget. Buru-buru Arjuna membantu Ratna untuk berdiri seperti sedia kala.Wajahnya tampak merah bagai kepiting rebus, malu."Maaf, Rat. Aku tidak bermaksud," ucap Arjuna setelah membantu Ratna untuk berdiri. Terlihat dari wajahnya, Arjuna begitu merasa bersalah, isengnya berakhir dengan kejadian tak seharusnya terjadi. Namun, sisi lain dia bahagia."Ya, Mas. Nggak papa, aku tahu kamu nggak sengaja," sahut Ratna berusaha bersikap biasa saja. Ratna tampak menjaga sikap supaya tidak terlihat jelas di depan Arjuna."Cie … cie …" Devina makin menjadi menjahili kedua orang ini. "Mukanya mama sama Oom ganteng, sama-sama merah.""Kita lanjut jalan aja, yuk!" ajak Ratna kikuk. Mengalihkan topik juga menghilangkan grogi yang masih tersisa."Oke!" sahut Arjuna tak banyak bicara. Arjuna mempersilak

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 42. Permisi!

    "Berapa, Mbak?" tanyanya pada pelayan toko."Lima ratus, Pak."Bram mencebik karena kaget. "Haa? Apa? Segini doang, cuma lima tangkai, harganya lima ratus ribu. Diskon dong, Mbak?" tawar lelaki itu, wajahnya mengisyaratkan suatu hal mustahil harga yang disebutkan sang pelayan toko. "Satu tangkai seratus ribu?" tanyanya heran, tapi nada bicaranya seolah menyudutkan sang pelayan toko.Ada rasa tak percaya akan harga yang disebutkan. Padahal, bunga mawar putih itu tampak terlihat cantik dalam pot berbahan keramik, tak heran jika harganya juga fantastis.Pelayan toko pun seketika berubah gurat wajahnya. Mulai menatap sinis pada Bram."Diliat dari mobilnya kayak orang kaya, tapi pelit rupanya," umpat pelayan toko dalam hati. "Udah sombong mana pelit lagi.""Itu udah paling murah, Pak. Di sini kami jual kualitas, makanya harganya juga lumayan.""Jangan bicara soal kualitas dengan saya. Soalnya saya juga kerja bagian penjualan. Bisa kok jual kualitas bagus tapi harga miring," ujarnya tanpa me

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 43. Bukannya Mengusir, Tapi ....

    Bram memacu mobilnya menuju toko bunga lainnya. Dia tak ingin datang ke rumah Ratna tanpa membawa apa-apa. Jika di toko sebelumnya di membuat onar, tapi tidak di toko sekarang. Tanpa protes dia membayar bunga yang dipilihnya. Bahkan, kali ini lebih mahal dari itu yang tadi. "Bagaimanapun aku akan mencari cara untuk merebut hatimu lagi, Rat! Untungku lebih besar jika kamu kembali ke pelukan daripada modal yang ku keluarkan sekaeang ini.Sesampainya, di depan rumah Ratna, mata Bram terfokus melihat mobil atasannya masih terparkir di halaman. Darahnya berdesir hebat, bahkan kedua tangannya tampak bergetar menahan emosi. Tatapan tajam ke arah mobil menjadi pelengkap, bahwa Bram sakit hati."Sial. Kenapa harus ada dia segala?" Bram menghela napas kasar. Musuhnya masih duduk manis di dalam rumah."Tidak … tidak … aku nggak boleh menampakkan amarah ini di depan Ratna. Bisa-bisa yang ada malah sebaliknya, jauh dari harapanku."Kurang lebih sepuluh menit mengendalikan emosi supaya reda. Akhirn

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 44. Perempuan Berpakaian Minim

    Laura menoleh ke sumber suara. Seorang wanita paruh baya sudah berdiri di dekat sofa panjang. Siapa lagi kalau bukan mertuanya."Apa maksud mama?"Wati mencebik. "Masa kamu belum juga ngerti maksud saya gimana?""Ya, memang aku nggak ngerti. Coba mama jelasin!" Laura kelihatan heran dan bingung."Entahlah, Lau. Mama rasa kamu sudah cukup pintar dan paham. Kalau kamu tidak mau kehilangan Bram, rubah sikapmu sebelum semuanya terlambat!" ucap Wati kemudian berlalu dari pandangan Laura.Mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut mertuanya itu, semakin membuat Laura membenci."Sepertinya ada yang janggal. Lihat saja, jika aku berhasil membuktikan feelingku. Kau si tua bangka, akan terima pembalasan dariku!" geram Laura dalam hatinya. Dia memilih bertolak ke kamar daripada terus melihat wajah mertuanya yang sama sekali tidak enak dipandang."Sebentar, apa jangan-jangan …." Laura tak henti menduga-duga dalam hatinya.[Mbak, kapan selesainya urusan perceraian kalian di pengadilan? Bisa dip

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 45. Busuk!

    "Itu mulut atau tong sampah? Busuk!" sentak Bram geram."Lalu menurut kamu, sebutan apa yang pantas buat perempuan yang dengan gampangnya menyerahkan dirinya? Bahkan, kamu rela merogoh uang demi membayar pelayanan mereka. Giliran aku aja belanja, kamu kemana kemarin? Kencan 'kan? Tapi sama aku bilangnya meeting.""Iya, puas kamu! Buat apa nemenin istri macam kamu. Nggak tahu diri tepatnya. Sekarang aku tanya, apa bedanya kamu dengan mereka? Aku juga nyomot kamu dari lingkungan kotor. Mau protes? Hah?"Laura terdiam, dia kehilangan kata-kata dalam membela diri."Aku makin ke sini, aku makin sadar, kalau kamu rupaya tak lebih baik dari Ratna. Aku menyesal telah membuat Ratna pergi, dan membawa kamu ke rumah ini!" "Kamu menghancurkan masa depanku."Deg!!!"Ratna lagi. Si Janda itu lagi. Kenapa dia harus membandingkan aku dengan perempuan yang sangat aku benci selain ibunya itu!" umpat Laura dalam hati.Jantung Laura semakin berdegup tak beraturan, dibandingkan dengan perempuan yang dulun

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30

Bab terbaru

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status