Home / Pernikahan / Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu / Part 168. Berkilah, Katanya Jebakan

Share

Part 168. Berkilah, Katanya Jebakan

last update Last Updated: 2023-04-23 23:04:59

Rasa kaget tak bisa dielakkan Arjuna.

"Apa, Pak? Pengedar?" tanya Arjuna tak yakin.

Polisi itupun mengangguk, "Ini baru dugaan karena kami menemukan plastik kecil beberapa buah. Makanya, sementara kami menahan saudari Dara untuk pengembangan kasus ini. Kalau nanti kami butuh bantuan, apakah bapak bersedia untuk memberikan infomasi?"

"Siap, Pak. Saya bersedia."

Arjuna pun pamit setelah polisi mengucapkan terima kasih.

"Langsung pulang aja, Mi. Dara ditahan." Arjuna menjelaskan secara singkat kala bertemu Shanti di teras luar.

"Ditahan kenapa? Jelas dia bukan pemakai, kenapa musti ditahan?"

"Nanti aku ceritakan di rumah."

Shanti dan Arjuna berada dalam satu mobil, sedangkan Pak Sobri sendiri.

Baru saja mobil melaju meninggalkan kantor polisi, Shanti sudah menagih penjelasan. Baginya Dara bukan sebodoh itu untuk mengkonsumsi barang haram tersebut.

"Dara itu pemakai, Mi. Malah kuat dugaan kalau dia juga pengedarnya."

"Ah, nggak yakin mami kalau dia pemakai. Bisa saja hasilnya itu ditukar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 169. Kecelakaan yang Tak Terelakkan

    Cukup aneh memang jika Arjuna langsung meng-klaim kalau Shanti akan bertolak ke Jogja jika ke bandara. Ini hanya tebakan dia saja, atau …Satu jam berlalu dari setelah telponan terputus Pak Sobri kembali menghubungi Arjuna."Kalau begitu bapak pulang saja ke rumah, baguslah kalau mami pulang ke Jogja.""Siap, Pak."***Di rumah sana, Ratna masih setia untuk menemani Devina yang tampak serius mengerjakan ujian akhir semester."Ma, liburan nanti Nana mau ke Bali ya?" tanya Devina setelah gurunya pulang."Boleh. Mau berapa lama Nana liburan di sana?""Semingguan boleh, Ma? Atau sampai habis jadwal liburnya aja?""Hmm … Emang kenapa tumben pengen lama di Bali, Na?""Bosan Nana disini, Ma. Sesekali ganti suasana.""Gimana ya? Kalau mama kasih syarat gimana?""Syarat? Kok pake syarat segala, Ma?""Nggak ada kenapa-kenapa juga sih.""Apa syaratnya, Ma?""Syaratnya, kalau mau liburannya lama di Bali, Nana harus mau kembali ke sekolah. Gimana? Nana mau 'kan?""Kenapa harus itu syaratnya, Ma? N

    Last Updated : 2023-04-24
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 170. Selamat Atau Tidak

    Tanpa pikir panjang, Arjuna pun turun. Dan, langsung mengikuti langkah Teddy, yang kebetulan mobilnya terparkir di luar. Jarak kantor Arjuna dengan Bandara Soekarno Hatta sangatlah jauh. Menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, itupun kalau tidak ada halangan."Saya hanya bisa bilang sabar sama bapak, in syaa Allah semoga ibu baik-baik saja, dan selamat," ucap Teddy yang menjabat sebagai manajer divisi keuangan."Terima kasih."Tak banyak pembicaraan di antaranya. Dalam perjalanan, Arjuna tak putus memantau lewat siaran langsung melalui ponselnya. Sedangkan, Teddy fokus mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi tapi cukup stabil. Apalagi setelah masuk jalan tol. Menuju area bandara, semakin dipadati lautan manusia. Terlebih setelah kasus pesawat tergelincir dan terbakar itu.Arjuna berlari sekuat tenaga setelah mobil berhenti di parkiran. Tak sabar rasanya ingin mengetahui kondisi Shanti. Tentu saja sebagai anak Bram berharap, Shanti selamat dan tak kurang satu apapun.Lobby bandara

    Last Updated : 2023-04-25
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 171. Ikhlas Jika Tak Ditemukan

    Setelah diberi pengertian, Devina pun akhirnya mengalah untuk tidak jadi berlibur ke Bali."Ma, kok nggak dimakan? Padahal rendang dagingnya enak lho," celetuk Devina heran, kala melihat tangan Ratna tak menyentuh nasi yang ada di piring."Mama kepikiran sama mamanya Oom Arjuna, Na. Yang diberitakan baru nama beberapa korban yang selamat," sahut Ratna dengan tatapan kosong."Nana juga sedih dengarnya.""Iya, Nana habiskan dulu makannya, ya. Abis itu belajar, besok 'kan ujian lagi.""Baik, Ma."Sudah satu jam berlalu, Arjuna belum juga mengabari Ratna, pun berita yang disiarkan, masih memberi tahu korban yang selamat dari insiden kecelakaan pesawat itu. Korban yang selamat ada yang mengalami luka berat dan ringan. Dan, para korban sudah dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diberikan pelayanan pertama.Sedangkan, korban yang dinyatakan meninggal dunia sudah dievakuasi sebanyak sepuluh orang. Namun, ini menunggu hasil otopsi terlebih dahulu.Ratna yang tak bisa membendung gelisahnya pun

    Last Updated : 2023-04-25
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 172. Sekelebat Penyesalan

    "Tolong … hok … hok ….""Tolong ….""Saya disini, terjebak." Terdengar suara parau disela asap yang masih saja berkeliaran di bangkai pesawat."Arjuna … tolong mami …."Dengan sisa tenaga yang dipunya, Shanti tanpa lelah terus menyeru meminta tolong. Dalam pikirannya, dirinya sudah menyeru sekeras mungkin, padahal kenyataannya sama sekali tak terdengar. Belum lagi suaranya pelan dan parau itu terkalahkan oleh suara hiruk-pikuk orang-orang yang sibuk di luar. Menyelamatkan para korban yang sempat lolos dari kobaran api."Ya Allah, beri hamba kesempatan," rintihnya berderai air mata. Wajah cantik nan glowing tak berbentuk. Beberapa sisi penuh luka, darah yang seharusnya merah tak ditemukan di wajahnya, sudah bercampur dengan sisa bakaran bangkai pesawat.Shanti benar-benar tak berdaya, lebih dari enam jam menahan sakit, akibat terperangkap, terjebak di bawah bangku bagian depan."Mami disini Arjuna …."Di bagian depan pesawat para tim SAR masih menjajaki bangkai pesawat yang sudah berha

    Last Updated : 2023-04-26
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 173. Bunuh Saja Daripada Hidup Begini!

    Shanti tampak susah payah membuka matanya. Awalnya blur perlahan menjadi terang."Dimana saya?" rintihnya menahan sakit, seraya menoleh ke kanan ke kiri. Menyisir pandangan yang terbatas karena ditutupi dengan tirai pemisah. Detik kemudian, barulah Shanti sadar jika dirinya selamat dari ajal. Dan dia …"Alhamdulillah Ya Allah, atas pertolonganmu," ucapnya bersyukur. Dalam rasa syukurnya, Shanti mencoba mencari tahu anggota bagian tubuhnya yang mana nyeri hebat. Dia menggerakkan kedua tangan, meraba wajahnya, akan tetapi tak ditemukan satupun perban di sana. Hanya terasa perih karena beberapa titik di wajahnya itu baret-baret kecil.Namun, saat mencari bagian mana yang perih, barulah Shanti sadar jika bagian pinggang hingga ujung kakinya tak bisa digerakkan."Toloooong …," pekiknya menggelegar."Dokteeeerrr … Susteeeeerrr … tolooong …."Mendengar suara histeris Shanti, salah satu perawat pun berlari ke sumber suara."Ibu sudah sadar," ucap sang perawat dengan napas tersengal-sengal."K

    Last Updated : 2023-04-27
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 174. Suntik Obat Penenang

    Saat Shanti menarik-narik dengan kuat, tiba-tiba perawat datang membuat sebuah suntik yang sudah berisi cairan, dan menyuntikkan obat tersebut ke bahu kanan Shanti. Dan, beberapa detik kemudian, obat tersebut langsung bekerja. Shanti yang tadinya begitu tempramen, tampak tenang "Semoga obat ini bisa membuat pasien lebih tenang dan bisa juga beristirahat," ucap dr. Salsa."Banyak-banyak berdoa ya, Bu. Semoga Allah berikan ibu kemudahan dan kelapangan hati. Sekarang ibu istirahat."Shanti mengangguk pasrah, tak lagi berontak seperti tadi."Saya tinggal dulu." Dr. Salsa dan perawatnya bersamaan meninggalkan Shanti."Identitasnya juga tidak ada bu. Harusnya kita sudah bisa lapor," ucap perawat."Harusnya begitu, hanya saja, ketenangan pasien tersebut lebih diutamakan saat ini. Jangan sampai dia depresi berat." Kemudian, keduanya berpencar sesuai tugas masing-masing.Kurang lebih tiga puluh menit merasa tenang, Shanti pun tertidur. Jika tidak ada kondisi lain, Shanti bisa tudur dengan pul

    Last Updated : 2023-04-28
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 175. Berbohong Demi Kebaikan

    "Nanti kami jelaskan jika bapak sudah di sini," sahut perawat singkat dan detik kemudian perawat tersebut berpamitan untuk menutup telepon.Dibalik leganya mendengar maminya selamat maut, sisi lain yang tak bisa diredam, debar jantung Arjuna semakin tidak karuan. Terbayang sudah hal paling buruk di benaknya."Tidak … Tidak … Jangan sampai hal buruk itu terjadi," gumamnya menepis bayangan buruk tadi."Yang penting mami selamat."Arjuna membangunkan Pak Sobri yang ternyata sudah terlelap tak lama mereka saling mengelak untuk tidak beristirahat."Pak … Pak … bangun …!" Arjuna memukul pelan bagian kaki Pak Sobri, akan tetapi lelap yang menyelimuti tak mampu membuat Pak Sobri terjaga.Dia mengulang memanggil hingga tiga kali banyaknya, tetap saja tak membuahkan hasil.Akhirnya, Arjuna memutuskan untuk bangkit dari sofa, bertolak ke kamar mandi untuk cuci muka. Kemudian, dia ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Tidak mungkin sekali terbang ke Jogja dalam keadaan kumal dan bau keringat seper

    Last Updated : 2023-04-29
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 176. Lakukan yang Terbaik!

    Belum sempat terlontar pertanyaan dari mulut Arjuna setelah melihat secara langsung keadaan Shanti, sang perawat sudah langsung mengambil sikap."Mari ikut saya, Pak. Ada dokter yang lebih berkompeten menjelaskan."Mbak, Anda itu sengaja membuat saya semakin panik, ya? Kenapa saya nggak dari tadi dipertemukan dengan dokternya. Kalau begini sama saja buang energi saya. Kini suara Arjuna sudah mulai sedikit lantang.Kurang tidur, belum makan, ditambah lagi diperlakukan seperti itu membuat Arjuna tak bisa lagi sabar menghadapi situasi.Tahu keluarga pasien yang ditanganinya itu semakin panik hingga mengeluarkan suara yang lebih vokal, perawat itu pun meminta maaf."Maaf, Pak. Bukan berniat membuat keruh dan panik, tapi biarlah yang kompeten menjelaskan ke bapak. Saya tadi begitu, biar bapak nggak shock saja. Sekali lagi saya minta maaf."Perawat itu mengetuk pintu ruangan dokter yang menangani Shanti."Permisi, Dok." Disertai dengan ketukan pintu."Anak dari pasien atas nama Ibu Shanti s

    Last Updated : 2023-04-30

Latest chapter

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status