“Hari ini sarapan di luar saja, mau? Kamu pasti lelah setelah latihan.” Bening mengangguk. “Boleh.” Mereka berdua pun pergi ke warung makan di dekat battalion yang memang selalu buka di pagi hari, makan berdua seolah sedang kencan, padahal dengan pakaian yang lumayan basah dengan keringat. * Har
Hari ini, Bening sudah mulai berangkat ke kampus. Sejak malam tadi, ia sudah mempersiapkan apa saja yang harus dibawa sesuai dengan instruksi yang telah diberikan admin fakultasnya khusus untuk mahasiswa yang mengambil kelas karyawan. Bening benar-benar antusias sampai semalam agak kurang bisa tidur
“Bagus deh, kelihatannya kamu memang sehat.” “Eh, Mas Risky, aku mau ke aula B dulu ya. Ada penyampaian materi untuk mahasiswa baru yang ambil kelas karyawan soalnya. Ini kurang 10 menit lagi dimulai.” Risky mengangguk. “Oh, oke. Semangat ya.” “Makasih.” Bening pun segera pergi ke aula B. Penyam
Bening ragu. Ia tidak mau berurusan dengan Maya apapun yang terjadi. Masalahnya adalah, ia takut jika berurusan dengan gadis itu, nanti masalahnya akan runyam. “Maaf, aku lagi sibuk,” tolak Bening. Maya kelihatan tidak suka ditolak. “Cuma sebentar. Ini penting banget. Tapi, kalau kamu memang ngga
Bening teringat dengan pertemuan dirinya dengan Maya beberapa waktu lalu ketika ia berkunjung ke rumah Bu Rita. Ketika Bu Rita bertanya kapan Maya akan kembali ke Prancis, ia mengatakan tidak akan kembali lagi ke sana dan akan mencari kerja di Indonesia saja. Namun, sekarang berubah lagi dan katanya
Bening memberanikan diri dan mendekati Wildan yang senyam-senyum menjijikkan ketika melihatnya. Sungguh, kelakuan Wildan saat ini tak ada bedanya dengan stalker yang sungguh mengganggu ketenangan hidup Bening. Jika sebelumnya Bening langsung merasa takut setiap kali melihat Wildan, kali ini ia tidak
Bening merosot jatuh ke lantai setelah berhasil menutup dan mengunci pintu. Jantungnya berdebar kencang. Ia benar-benar menjadi anti kepada Wildan. “Kapten Kalingga…” gumam Bening. Ia langsung mencari-cari ponselnya di dalam tas kemudian mencari kontak Kalingga. Jemarinya bergetar hebat, tetapi un
Kalingga menarik napas panjang. “Boleh enggak kalau saya nggak usah jawab?” Bening mengernyit. Pertanyaan macam apa itu? Bening sampai kepikiran gara-gara Maya mengatakannya dengan ekspresi yang aneh. Sekarang, Bening butuh jawaban dari mulut Kalingga sendiri. Lantas bisa-bisanya pria itu berkata
Ekspresi Langit langsung berubah ketika menyadari siapa dokter yang berdiri di depannya. Tatapannya menjadi tajam dan sikapnya berubah dingin. Langit diam saja dan tidak mengatakan apa pun sehingga Dahayu terpaksa buka suara terlebih dahulu. “Apa beliau ibu kamu?” tanya Dahayu dengan raut masam. Da
Untuk season 2 cerita anak pertama Bening-Kalingga (Kisah Sagara Prayudha) kalian bisa cek judul : Dibuang Tamtama Dapat Perwira di KBM juga ya. Sudah tamat. Ini saya mau melanjutkan season 3 tentang Dahayu. Supaya ceritanya tuntas. Hehe .. oke, selamat membaca. * “Cantik, tajir, dokter dari kelu
Selama beberapa waktu terakhir, Wulan dibawa ke dokter kejiwaan untuk pengobatan. Ia sudah mengonsumsi antidepresan selama beberapa waktu terakhir. Sayangnya, kondisi mental Wulan yang tertekan membuatnya mengonsumsi obat itu di atas resep yang diberikan. Ia menjadi kecanduan dan mulai bertingkah di
Kelahiran putera pertama Vina dan Yudha menjadi kebahagiaan tiada tara untuk kedua keluarga. Bening dan Kalingga kaget luar biasa ketika Yudha akhirnya mengabari keesokan harinya. Bapak dan ibunya Vina pun juga dikabari. Mereka langsung bergegas ke rumah sakit untuk melihat kelahiran cucu pertama me
“Vina? bagaimana dengan Vina?” Pas sekali, dokter yang memeriksa Vina keluar. Yudha langsung buru-buru menghampiri dokter itu. “Dokter, bagaimana keadaan istri saya? apakah ada masalah? Dia sakit apa?” “Tenang, Pak. Kami sudah memeriksanya. Silakan anda masuk dulu.” Yudha menatap Irene dan wanita
Bening mengangguk. “Oh gitu… ya udah, manfaatkan waktu berdua kalian sebaik mungkin ya, Mama udah nggak sabar mau gendong cucu.” Yudha dan Vina sontak tersedak ludah sendiri. Bening mengernyit. “Kenapa sih? Kata-kata Mama nggak salah, ‘kan?” “Udah Sayang, jangan digoda terus, kasihan masih penga
Vina terbangun duluan keesokan harinya. Semalam, ia tidak tahu jatuh terlelap pukul berapa, tetapi yang jelas pasti lewat tengah malam. Sekarang, Vina malah terbangun sebelum subuh. Berhubung mereka berada di hotel sekarang, Vina tidak mendengar kumandang azan subuh seperti ketika di rumah. Ia menge
Vina menatap Yudha, dan ekspresi pria itu agak menggelap ketika mengingat kenangan suram tersebut. Wajar saja, sebenarnya. Tidak ada orang di dunia ini yang akan merasa baik-baik saja ketika diselingkuhi. Vina menepuk-nepuk bahu Yudha, dan tanpa aba-aba, Yudha malah langsung menggenggam telapak ta
Melihat Vina diam saja, Yudha menjadi khawatir. Ia tidak mau kalau Vina sampai marah karena merasa dibohongi selama ini. Sungguh, Yudha ingin segera menjelaskan yang sebenarnya, tetapi beberapa hari terakhir sebelum pernikahan mereka, memang Yudha dan Vina sama-sama sibuk, terkhusus Yudha sendiri. S