Bening ragu. Ia tidak mau berurusan dengan Maya apapun yang terjadi. Masalahnya adalah, ia takut jika berurusan dengan gadis itu, nanti masalahnya akan runyam. “Maaf, aku lagi sibuk,” tolak Bening. Maya kelihatan tidak suka ditolak. “Cuma sebentar. Ini penting banget. Tapi, kalau kamu memang ngga
Bening teringat dengan pertemuan dirinya dengan Maya beberapa waktu lalu ketika ia berkunjung ke rumah Bu Rita. Ketika Bu Rita bertanya kapan Maya akan kembali ke Prancis, ia mengatakan tidak akan kembali lagi ke sana dan akan mencari kerja di Indonesia saja. Namun, sekarang berubah lagi dan katanya
Bening memberanikan diri dan mendekati Wildan yang senyam-senyum menjijikkan ketika melihatnya. Sungguh, kelakuan Wildan saat ini tak ada bedanya dengan stalker yang sungguh mengganggu ketenangan hidup Bening. Jika sebelumnya Bening langsung merasa takut setiap kali melihat Wildan, kali ini ia tidak
Bening merosot jatuh ke lantai setelah berhasil menutup dan mengunci pintu. Jantungnya berdebar kencang. Ia benar-benar menjadi anti kepada Wildan. “Kapten Kalingga…” gumam Bening. Ia langsung mencari-cari ponselnya di dalam tas kemudian mencari kontak Kalingga. Jemarinya bergetar hebat, tetapi un
Kalingga menarik napas panjang. “Boleh enggak kalau saya nggak usah jawab?” Bening mengernyit. Pertanyaan macam apa itu? Bening sampai kepikiran gara-gara Maya mengatakannya dengan ekspresi yang aneh. Sekarang, Bening butuh jawaban dari mulut Kalingga sendiri. Lantas bisa-bisanya pria itu berkata
Kalingga mengangguk. “Iya, percaya sama saya.” Bening benar-benar terharu. Ia sampai tidak bisa menahan air matanya yang mengalir saking senangnya. Bening juga refleks langsung memeluk Kalingga, menenggelamkan wajahnya yang basah karena air mata pada dada bidang Kalingga. “Makasih, Kapten… Sungguh
Sebelum subuh, Bening dan Kalingga sudah sama-sama bangun karena mereka akan segera pulang. Kalingga juga harus bekerja hari ini, jadi tidak bisa molor-molor. Bening memasakkan makanan untuk sarapan mereka di dapurnya Bu Rita. Berhubung dapur Bu Rita tidak pernah kekurangan stok bahan makanan, jelas
Ketika sedang melamun itu, ponselnya berbunyi lagi. Kali ini bukan dari Kinan, melainkan dari Wendi, salah satu temannya. “Kenapa, Wen?” “Nanti malam free nggak, Bro?” Damar menghela napas. “Nggak taulah. Nanti siang masih ada meeting sama Hanshin Corporation.” Wendi ngakak. “Ah, pantesan suaram
Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p
Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l
“Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr
Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k
Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan