Malik melirik Nurah. “Begitulah. Seperti yang kubilang tadi, ada jejak seseorang yang ingin kupastikan saja.”Nurah ingin menahan diri untuk tak bertanya, namun keingintahuan mendorongnya membuka mulut. “Apakah jejak yang dimaksud berhubungan dengan kasus kita?” Nurah bertanya-tanya apakah penyebutan ‘kasus kita’ terdengar menggelikan atau tidak di kuping Malik.Malik sedikit lama untuk merespon. Mungkin seharusnya sejak tadi ia hanya perlu menjawab Nurah dengan jawaban pendek. “Yah, bisa jadi. Maaf, aku tak bisa mengatakan pastinya.”Nurah mengerti jika ada hal yang ingin diberitahu Malik pasti akan diberitahunya jug. “Berapa lama kau menjalani pekerjaan detektif?”“Sekitar lima tahun. Usaha jasa yang kubuka secara iseng.”“Kau tak pernah mencoba ujian masuk menjadi pegawai negeri?”“Dulu sekali aku pernah hampir mencoba ujian masuk BIN saat dua bulan aku mendirikan usaha. Sayang sekali ujiannya bertepatan dengan penguntitan yang krusial. "Kalau aku kehilangan momen, maka akan sul
"Teriakannya terdengar oleh warga yang baru memulai beraktivitas dan karena ini adalah anak sungai kecil, buaya tersebut yang berputar-putar berhasil dihalau dengan tombak bambu milik beberapa warga. "Si buaya meninggalkan tubuh sang anak akibat tombak bambu yang tertancap di salah satu mata buaya. Tubuh sang anak tetap utuh namun remuk. Anak itu sudah tak bernapas.”Malik terdiam menyimak cerita Si Penangkap Keong yang tak terduga. Ia bahkan baru teringat mengeluarkan ponsel untuk mencatat atau merekam suara Si Penangkap Keong agar mengesankan dirinya memang seorang penulis artikel. Si Penangkap Keong masih melanjutkan ceritanya.“Sejak kejadian langka buaya nyasar itu, warga ketakutan untuk ke sungai. Bahkan orang-orang menunggu agak siang barulah mereka berani untuk mengambil air. "Banyak yang lebih memilih untuk menggali sumur sendiri di halaman rumah meski air yang muncul berkeruh. "Tak lama kemudian turun hujan selama tiga hari berturut-turut. Mengakibatkan sungai tersebut
Malik sudah menuruni tanjakan. Malik sendiri tidak terlalu mempunyai tujuan. Satu hal yang pasti dari percakapannya dengan Si Penangkap Keong tadi, bahwa Saba memang sangat menyusahkan hidup Sasmita.Malik berjalan beberapa menit dan sampai sekitar sepuluh meter dari tiang listrik kediaman Adil. Ia menimbang-nimbang apakah menuju ke kediaman agen pengepul sawit atau tidak. Seperti biasa aktivitas di sana tampak normal dengan pekerjanya yang sibuk seolah rumah tersebut tidak mengalami kemalangan yang menimpa tuan sebelumnya.Di depan ruko Adil Jaya ada satu atau dua pembeli yang masuk. Tatapan Malik mengitari sekitar ruko melihat keadaan. Malik memutuskan untuk sedikit berjalan lantaran ia mulai menarik perhatian orang yang berlalu lalang karena terpaku di jalan. Saat mulai ragu-ragu apakah berlanjut jalan atau berbalik karena kemungkinan jika Malik mampir lagi ke ruko ia takkan diterima oleh penjaga maupun Sasmita sendiri, beberapa detik kemudian matanya melihat Nizam yang keluar da
"Itu bukannya karena kau yang mengarahkan padaku karena kesibukanmu?”“Sama sekali tidak,” gelaknya. Kemudian ia berkata,” Di luar dari gambaran buruk orang terhadapnya, kau bisa lihat sejauh ini bahwa sebenarnya dia hanya perempuan tak berdaya di antara keluarga suaminya. "Baru saja aku mendapat kabar dari Pak Hito bahwa ibu Adil, Bu Haida menelepon untuk menanyakan urusan pembacaan warisan. Bu Haida mengklaim bahwa cucunya Nizam harus memperoleh kepastian beberapa aset peninggalan almarhum Adil. "Tentu saja Pak Hito takkan melanggar aturan dan kode etik. Bu Haida bahkan mengatakan Nurah punya gelagat mendorong Nizam untuk cepat pulang ke pesantren dan berhenti dari izin libur sekolahnya. "Bukankah aneh sekali? ‘Apakah dia berpikir agar usaha anakku akan dikelolanya sesuka hati? Bukan hanya Nizam, bahkan dia terlalu mengawasi Adian yang mengelola usaha pengepulan sawit. 'Jika ini cepat diselesaikan maka segalanya akan jelas kembali mengenai hak properti. Nizam cucu saya berhak me
"Entahlah, rasanya memang seperti cerita yang ditambahi saja. Saya sampai mengecek kebenarannya dengan melihat laman Facebook milik Yuni yang sekarang dihapus; siapa tahu ada indikasi kedekatannya dengan lelaki itu yang setahu saya nama depannya Ahmad apa, saya lupa. "Bukan bermaksud kepo, hanya saja saya pikir biar lebih jelas saja. Tapi ya walau bukan suami orang ataupun masih lajang perbuatan amoral tetap amoral kan?”Malik tersenyum tipis dan si pekerja membawa pesanan Malik ke meja kasir. Setelah membayar, Malik mengucapkan banyak terima kasih. Malik sampai di rumahnya menjelang magrib.Besok hari yang dikira Malik akan berlangsung tanpa kemajuan apa pun dalam apa yang mungkin bisa diupayakan dalam pengungkapan kasus, di waktu pagi mendapati dirinya mendapatkan dua panggilan telepon sekaligus. Satu dari Ilbi yang melaporkan tentang kejadian kebakaran di ruko Sasmita berlanjut dari yang tak terduga, kepala penyidik tangkas, Inspektur Kurniawan. Sebuah perkembangan baru yang men
“Kerupuk kulit ikan pari dengan bumbu kari dan keripik ubi sambal ikan teri yang diberi irisan daun jeruk lebih banyak dibanding toko lain. Itu sebabnya saya langsung ke sana. Kalau beli secara online takutnya tidak dapat yang baru,” ujar Malik ringan.“Hanya itu saja?”“Yah, paling hanya sekedar melihat-lihat dan keliling desa dekat sana saja. Tidak ada alasan khusus, hanya sekedar ingin lewat ke rute yang tak biasa.”Inspektur Kurniawan agak terdiam sejenak mendengar jawaban Malik dan tidak bertanya lagi tentang aktivitasnya di sana. Ia kemudian mengangguk pelan.“Peristiwa tak terduga ini hanya menambah kemalangan keluarga itu. Sementara kasus utamanya pun masih berjalan. "Saya kira, Pak Malik, Anda yang mantan detektif pun tidakkah tersentil untuk menyelesaikan benang ruwet kasus ini? Bukankah sangat kebetulan anak itu menyebut Anda dalam kesaksiannya?”“Saya tak punya gagasan mengenai seseorang yang dilihat oleh Nizam,” jawab Malik sambil menggeleng. Inspektur Kurniawan menyand
“Ya, saya akan menceritakan apa yang saya alami.” Nizam kemudian duduk dengan menyilangkan kedua kaki setelah sebelumnya menjulurkan kedua kakinya di atas kasur. Ia menarik napas perlahan.“Di tengah tidur yang tak terlalu nyenyak saya terbangun oleh suara ledakan tiba-tiba yang rasanya bersumber tidak jauh dan memutuskan untuk mencari tahu. "Saya sempat melihat jam di handphone yang menunjukkan angka 02.00. Saat membuka pintu kamar, ruangan mulai dipenuhi asap. Saya langsung berpikir terjadi kebakaran dan menghampiri kamar Ibu. "Saya kemudian menggedor pintu kamarnya beberapa kali sampai akhirnya dibuka. Ibu langsung terkejut bahkan sebelum saya berkata-kata. "Melihat asap yang mengelilingi, Ibu spontan menuju ke tangga yang terletak tepat di samping kamarnya, berlari ke bawah tanpa sempat saya halangi. Ibu sangat panik sampai ingin membawa beberapa sak pupuk dengan tangannya meskipun itu sudah jelas tak mungkin. "Saya mengikutinya ke lantai bawah dan kesulitan untuk menarik Ib
Sersan Feri jadi tertarik mendengar kalimat menggantung Sasmita.“Apa maksudnya dengan kemungkinan yang dilihatnya wanita. Anda sendiri punya gambaran tentang siapa yang mungkin melakukan pembakaran?”“Maksud saya bukan begitu, saya hanya berpikir saat Nizam berkata sosok yang dilihatnya amat mirip dengan Pak Malik, saya jadi bertanya-tanya apakah pada saat itu dia bersama Nurah juga pada waktu itu. "Maaf, karena saya sepertinya beberapa kali melihat Anda mengunjungi Nurah, tentunya karena Anda adalah tim pembelanya,” ujarnya seraya beralih menatap Malik.Agaknya terlalu cepat menilai Sasmita telah kehilangan daya. Kalimatnya yang pasif agresif jelas bertujuan menyiratkan kecurigaan pada Nurah dan Malik. Ia bertingkah seolah yang telah dikatakannya hanya pengungkapan dari gangguan kecil di hati. Atau jika tidak mengindahkan Malik, harusnya Nurah yang patut jadi perhatian penyelidikan. “Dari jam tiga sore saya sedang bepergian ke tempat lain dan baru pulang jam ke rumah saya di Med