“Yang benar saja. Yah, tidak masalah juga sih kalau pun dia tak mendapatkan surat itu lagi. Toh dia bisa mengurusnya nanti-nanti.” Ilbi menyalakan vape yang diraihnya di kantong lalu menghisapnya perlahan dan lanjut bicara, “Kolam itu baru diawasi dua puluh empat jam dengan dipasang CCTV setelah insiden ikan-ikannya mati. Dan bukan hanya Adil yang menyimpan potas di kediamannya. "Tapi aku cukup yakin kita akan menemukan korelasi insiden ikan yang mati saat akan dipanen dilanjutkan kematian dua pria dengan racun serupa.”Ilbi kemudian membuka laptopnya.“Aku membuat sketsa sederhana TKP malam itu.”Malik melihatnya saksama. Bukan sketsa yang terlalu bagus, namun jelas cukup membantu.“Yang penting kita bisa mereka-reka posisi masing-masing.Tanda panah angka satu adalah jalur Sasmita pergi ke rumahnya untuk mengambil terpal dan panah angka dua adalah jalur saat ia kembali membawa terpal. "Tumbler Saba ditaruh di atas bangku yang dilewati Sasmita saat kembali dengan tumpukan terpal
Ilbi semakin mengerutkan dahi.Malik lanjut berkata, “Yah sulit melihat indikasinya. Saba jelas bukan tipe yang akan membunuh dirinya sendiri. Setidaknya berdasarkan cerita-cerita yang kita dengar. "Ah. Ada yang kelupaan. Sasmita bilang bahwa Saba membuat kesepakatan dengan Adil agar bisa mengawini Nurah, dia akan membujuk Nurah dan sebagai gantinya menjadi pekerja bersama Adil dengan bayaran lebih tinggi. "Pada waktu itu dia sudah tak terlalu mencintai Nurah. Jadi itu agak berbeda dengan cerita versi Nurah. Memang tak baik mengatai orang yang sudah wafat. Tapi Saba memang orang yang buruk. Manipulatif dan oportunis.”“Tapi, apakah Nurah sungguh tak tahu kesepakatan ini? Apakah dia sadar bahwa Saba punya tujuannya sendiri bukannya demi kepentingan keluarga Nurah?” “Nurah pasti bisa mengambil kesimpulan setelah resmi menjadi nyonya rumah bagaimana sebenarnya karakter si Saba itu dan dia juga mengatakan sendiri bahwa mereka tak ada hubungan lagi kan? "Meski Saba berjanji akan tetap
“Tumbler itu jadi perhatian saat Nurah selesai memasak bandrek. Ada dua orang saksi yaitu Akbar dan Sasmita. Menurut Akbar, Nurah memanggilnya lebih dulu. Akbar langsung mengambil ceret di meja depan Pak Jumali dan Nurah yang menuangkannya. "Kemudian Sasmita datang membawa nampan berisi beberapa cangkir dari meja yang sama sambil menenteng plastik besar berisi wadah-wadah bubur kacang. "Sasmita menyerahkannya karena Akbar memang bertugas membagi-bagikan makanan hasil posko banjir tersebut. "Posko banjir dibuat atas inisiatif dan biaya dari Adil. Sasmita berada di sana karena ia sudah ‘berbaikan’ dengan pasangan Adil dan Nurah, halini juga berasal dari tulisan Akbar. "Sasmita membawa nampan berisi cangkir-cangkir untuk teman-temannya di dapur darurat. Saat itu, masih menurut Akbar tumbler itu sedang dipegang Nurah di tangan kiri sementara tangan kanannya memegang pengaduk bandrek. "Sasmita kemudian meraih tumbler tersebut darinya sambil berkata,’ Dasar suamiku!’ dan juga merebut p
Nurah agak tersentak. Nurah menyadari perbedaan wawancara kemarin dengan saat ini yang agak provokatif. Pasti Inspektur Kurniawan akan lebih melempar pertanyaan yang lebih menusuk. Dan hanya ketenangan yang saat ini harus dipertahankan agar Nurah bisa menjawab dengan jernih.“Dia selalu menganggap saya sebagai penghancur pernikahan Adil sebelumnya.”“Bukan itu saja, dia menyebut tujuan pernikahan Anda hanya sekedar mengincar harta almarhum. Anda pasti sadar bukan hanya adik ipar Anda yang berpikir demikian, namun beberapa orang di sekitar Anda.”‘Dan Anda Bapak Kepala Penyidik juga menilai begitu kan? Memang apa salahnya jika aku menolong keluargaku yang terlilit hutang dan menginginkan kekayaan dengan jalan pintas? 'Menikahi seseorang yang telah berkeluarga juga bukan hal yang mudah dijalani. Dan saat itu aku masih sangat muda.’ Nurah mengatur napas mencoba menenangkan gerutuan di hatinya. Dalam proses penyidikan ia tak boleh terlalu terang-terangan mengungkapkan isi kepala dan h
“Bapak menduga saya bekerja sama dengan Sasmita? Saya bahkan tak pernah bicara dengannya sejak terakhir dia datang ke rumah meminta maaf karena menuduh kami yang membuat kolam ikannya tercemar,” ujar Nurah dengan dahi mengernyit. Apa seorang kepala penyidik memandang lelucon yang baru dilontarkannya sebagai sebuah ide yang patut dipertimbangkan?“Ah. Itu juga. Kita juga akan menyinggung masalah itu. Tapi bagaimana dengan teori tadi? Apakah tidak ada kebenaran di dalamnya?”“Sama sekali tidak benar. Kecurigaan itu tidaklah benar sedikit pun. Apa gunanya bagi saya bekerja sama dengan perempuan itu untuk membunuh suaminya? "Hanya karena suaminya pernah berhubungan dengan saya di masa lalu, saya dihubungkan dengan semua ini. Saya mohon maaf, menurut pendapat saya, jika ada orang yang patut dicurigai jelaslah Sasmita orangnya, bukan saya. "Saya telah kehilangan suami dengan cara tak terbayangkan. Siapa yang tahu wanita itu bisa berbuat nekat. Dan... kenyataan suamiku juga harus ikut ter
"Lalu apakah Anda tidak merasa bersalah terhadap Sasmita? Mohon maaf sekali lagi saya harus menanyakan hal yang bersifat privasi, bagaimanapun pasti dia menganggap Anda merebut Adil dan menghancurkan rumah tangganya.”Nurah tidak kesulitan untuk menjawab dengan spontan. "Saya merasa tidak merebut Adil darinya karena Adil sangat gencar mendekati saya bahkan saat dia tahu saya menjalin hubungan dengan Saba. "Jadi Sasmita telah salah menilai jika saya yang patut disalahkan, meski mereka belum bercerai saat itu. Saya bersedia menjadi istri kedua tanpa mempermasalahkan kehadirannya. "Tapi dia malah berulah seolah membalas sakit hatinya pada saya dan Adil. Dialah yang menghancurkan rumah tangganya sendiri.”Nurah mengucapkannya dengan percaya diri. Ada satu hal yang diyakini Nurah, jika memang tidak bersalah, tidak perlu merasa bersalah.***Sudah lebih setengah jam bagi Sasmita untuk mencocokkan keterangannya kemarin. Inspektur Kurniawan telah meminta keterangan Nurah di ruangan sama se
"Memang sangat sulit membuka tumbler dengan satu tangan apalagi ada sekat penyaring di dalamnya. Yah, tapi saat ini berdasarkan kesaksian yang kami terima hanya di waktu itu kesempatan yang mungkin untuk menaruh racun.”“Jadi saya dianggap seorang pesulap, begitu? Yang saya ingat Nurah terus mengaduk bandrek tanpa sedikit pun menoleh ke belakang, namun dia merasa bahwa saya berhenti sejenak di momen saya melewati botol minum itu?” Sasmita terdengar mencemooh. Kesengitan mulai terlihat pada tatapan Inspektur Kurniawan terhadap Sasmita.“Ada beberapa teori yang harus dibuktikan kebenarannya. Penyidikan tidak akan berputar di sini-sini saja jika kesaksian lengkap diberikan dan tidak ditutup-tutupi. "Anda harusnya tahu betul jika penyidikan tidak mengalami kemajuan, maka dengan bukti sidik jari tersebut sudah cukup membuat salah satu dari kalian menjadi tersangka. "Dalam hal ini malah kemungkinan besar kalian berdua yang bisa dikenai tuduhan bersekongkol.” Inspektur Kurniawan bicara de
“Bisakah Anda lebih spesifik?” “Saya tidak ingat kapan persisnya. Tapi kebiasaan Saba yang suka minum-minum bertambah parah. Ada suatu kali tanpa sepengetahuan saya Adil mengajak Saba ke Medan dan Saba pulang dengan agak terhuyung. Saya tahu dari baunya ia habis minum.” “Jadi menurut Anda Adil sengaja makin menjerumuskan Saba dan yah ujungnya membuat Saba berhutang padanya?” “Ya. Saya tahu ini mungkin terdengar dugaan yang berani. Menurut saya tindakannya bertujuan agar Saba bergantung padanya. Saya berulang kali memperingatkan Saba. "Bagaimana pun Adil itu pengusaha yang berpengaruh di kampung ini. Jangan membuat masalah dengan orang seperti dia. Selama saya berumah tangga dulu dengan Adil, saya cukup tahu bahwa Adil gampang menyelesaikan beberapa masalah karena koneksinya. "Yah, tentu saja terkadang dia juga menolong warga tak mampu yang terbelit masalah. Jadi, bisa dibilang orang-orang di kampung menaruh hormat sekaligus sungkan padanya.” Sasmita berpikir sesudah bicara apaka