Share

5. Kantor

Author: Syfamhrni
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sepulang sekolah Karina memutuskan untuk mengunjungi kantor Syafa. Hanya sekadar ingin mengumpulkan beberapa bukti atau paling tidak petunjuk. Ia berangkat tanpa sepengetahuan siapapun, bahkan Karrie tak tahu menahu.

  

Sesampainya di kantor Syafa yang cukup besar, Karina membayar taksi. Menyapa satpam yang sedang bertugas. Ia memasuki kantor dan disambut beberapa pegawai yang memang sudah kenal dengan Karina. 

  

"Masih buka?" gumam Karina pelan. 

  

Bagaimana bisa kantor ini masih berjalan dengan lancar tanpa pemiliknya? Karina masih terpaku di meja resepsionis, memikirkan beberapa pertanyaan yang muncul di benaknya. 

  

"Dek cari siapa?" tanya sang resepsionis yang dibuat bingung oleh Karina. 

  

Karina tersentak, nyengir bodoh ke arah resepsionis itu. Karina celingak-celinguk mencari keberadaan asisten kakaknya, mengabaikan resepsionis yang kebingungan. 

  

"Adek mau cari siapa sih?" tanya resepsionis sekali lagi. Karina tak menghiraukan resepsionis itu, memancing kemarahan si resepsionis. Karina ingin resepsionis itu bersikap seperti cerita-cerita novel yang marah-marah karna tak tahu hubungannya dengan pemilik perusahaan, namun akhirnya menyesal karna yang dimarahi adalah keluarga dari pemilik perusahaan. Hahh fanfiction sekali ya.

  

Sebenarnya resepsionis itu ingin sekali marah, namun ia urung karna melihat name tag Karina yang berujung 'Helman' 

  

"Kak Rara ada?" Akhrinya Karina bertanya sembari bersandar di meja resepsionis. 

  

Si resepsionis mengangguk patuh, lalu menghubungi seseorang lewat telpon. Setelah menutup telpon, resepsionis tersenyum ke arah Karina. 

  

"Di tunggu ya," ucap resepsionis ramah tak luntur dengan senyumnya. 

  

Karina memperhatikan setiap inci dari wajah resepsionis itu. Sepertinya Karina terganggu dengan wajah yang bermake up tebal. Menor sekali menurut Karina.

  

"Mba, mba niat kerja?" tanya Karina masih dengan tubuh yang bersender ke meja.

  

Resepsionis itu mengangguk seraya tersenyum. "Kalo ga niat, saya ga akan ada dihadapan kamu."

  

Karina mengohkan mulutnya, namun sedetik kemudian tersenyum sinis. "Itu bedak tebel bat, udah kaya chili-chilian".

  

Resepsionis tersenyum getir ketika di koreksi oleh anak kecil. Andai saja Karina tak berasal dari keluarga Helman, mungkin si resepsionis akan mencakar muka Karina kini. 

  

Telunjuk Karina mengarah ke bibir resepsionis. "Bibirnya merah banget, habis di cat ya?" 

  

Telunjuk Karina kini beralih ke dagunya sendiri, mengetuk-ngetuk dagunya seakan berfikir. Kemudian senyum sinis terukir lagi, siap melayangkan ucapan sinis lagi.

  

"Mba ga cocok kerja disini. Kalau penampilan kaya gini, lebih cocok jadi penggoda om-om. Kan mba— aww sakit!" Karina meringis ketika telinganya ditarik dari arah belakang. Karina membalikkan tubuhnya, ternyata Rara si asisten kakak nya. Karina sudah menganggap Rara sebagai kakaknya sendiri.

  

"Ga sopan ngomong kaya gitu!" ucap Rara sembari melepas jewerannya. 

  

Karina manggut-manggut, mengelus telinganya yang memanas. Karina langsung saja menarik Rara memasuki lift, menuju lantai 9 tempat dimana ruangan Syafa berada.

  

"Kak, kenapa ni kantor bisa berjalan lancar? Kan pemiliknya gaada, siapa yang urus?" tanya Karina menatap curiga Rara. Karina mendekatkan wajahnya ke wajah Rara, yang otomatis Karina menjinjit. Berusaha cari kebohongan dari Rara.

  

Rara terkekeh dengan tingkah Karina, ia dorong wajah Karina menjauh. "Rani yang urus semuanya, kasian kan dia, ngurus perusahaan sekaligus jadi dokter."

  

"Woah, Kak Rani hebat!" 

  

Rara terkekeh kecil, tangannya terulur menepuk-nepuk puncak kepala Karina seperti anak kecil. Karina yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum lebar. 

  

"So ... mau ngapain kesini?" tanya Rara bersamaan dengan terbukanya pintu lift.

  

"Ruang Kak Syafa."

  

Rara tersentak, kemudian kembali rileks, seakan tak terjadi apa-apa. Tanpa sadar ia tersenyum, senyumnya itu mengundang penasaran dari Karina. 

  

Karina berjalan lebih cepat, lalu berhenti tepat di depan Rara. Alis Karina berkerut, wajahnya seakan meminta penjelasan.

  

"Apa yang kakak sembunyikan?" 

  

"Ga ada, yok masuk." Rara menarik tangan Karina, memasuki sebuah ruangan yang terdapat nama 'Syafa Anharami Helman.'

  

Karina berjalan menuju meja kerja, memperhatikan setiap benda yang ada disana. Lalu Karina beralih ke lemari yang penuh akan piala dan piagam. 

  

"Udah 3 bulan aja ya. Bahkan polisi nggak bisa nemuin," ujar Rara sedih. Ia tundukkan kepalanya dan menyender pada pintu yang sudah tertutup.

  

Karina mengambil sebuah foto yang ada di laci meja. Foto itu menampilkan Syafa yang mengalungkan tangannya ke leher Karina. Terlihat sangat akrab. 

  

Karina merindukan kakaknya.

  

"Hari itu ... hari hilangnya dia, sampai jam berapa dia disini?" tanya Karina sembari mengecek setiap laci meja. 

  

Rara mengusap sikunya, memperhatikan setiap gerak gerik Karina. "Pagi, jam 10. Maybe."

  

"Terus dia kemana?" 

  

"Meeting, di cafe favorit dia."

Karina membuka laci paling bawah. "Ehh?" Disana ada handphone-nya. Handphone yang disita oleh Syafa karna kalah taruhan. 

  

Dalam perjanjian, handphone itu hanya disita selama 3 bulan. Dan jika dihitung-hitung, sudah 3 bulan handphone itu tak ditangan Karina. 

  

Diambilnya handphone itu dengan cepat, lalu berlari keluar ruangan. "OKE MAKASIH INFONYA!" 

  

Senyum Rara terukir, wajahnya diterpa matahari sore yang menembus kaca jendela. Punggungnya bersandar ke dinding, kakinya diayunkan kedepan dan belakang. 

"Bocah yang nekat."

---

  

Sudah waktunya Karina menemui si peneror, untuk sementara kita sebut dia dengan 'peneror.' 

  

Karina berjalan menuju tempat pertemuan, taman. Taman ini terletak tak jauh dari rumahnya, hanya sekitar 2 Kilo Meter saja.

  

Ditaman, Karina hanya bisa celingak celinguk mencari keberadaan peneror itu. Dia gak bodoh-bodoh banget, jadi dia cari aman aja dengan nunggu ditempat ramai. 

  

Karna tak ada kepastian terang dimana mereka akan bertemu, Karina hanya bisa berdiam, mencari sosok yang mencurigai menurutnya. Ingatkan Karina untuk menanyakan titik pasti jika dia akan bertemu dengan orang nantinya.

  

"Ayolah, harusnya kalau orang misterius pakaiannya juga misterius," gumam Karina, pandangannya mengitari seluruh sisi taman.

  

Lama menunggu, Karina menjadi bosan sendiri. Hingga saat dia memutuskan untuk pulang saja, dia melihat sebuah kotak berwarna merah darah disampingnya. 

  

"Kotak siapa nih?" tanya Karina entah pada siapa. Karina tak ingin mengambil yang bukan miliknya, jadi dia mencoba mencari pemilik kotak ini.

 

 Ia melihat kesana-kemari. Saat dia melihat kotak itu lagi, dia baru sadar bahwa disana ada tulisan. 

  

"Untuk Karina?" gumam Karina membaca tulisan itu. Tanpa pikir panjang Karina mengambil kotak itu, diletaknya kotak di pahanya lalu membukanya.

  

Betapa terkejutnya dia melihat isi kotak itu adalah sebuah botol minuman keras. Ya, MINUMAN KERAS! 

  

Tak hanya itu, disana juga ada sebuah foto. Namun foto itu sepertinya robek, sehingga hanya ada bagian bawah saja. Di foto itu, terlihat sepasang kaki. Sepertinya pemilik kaki sedang duduk di kursi, karna ada kaki kursi disana. 

  

Kaki itu dilapisi celana training hitam, terdapat sedikit bercak darah dan air. Karina mercoba mengingat celana itu, sepertinya dia pernah lihat. Karna tak kunjung mendapat ingatan tentang celana, Karina kembali melihat isi kotak misterius ini.

  

Ada kertas merah bertulisan 'Jika kau lelah cobalah minum itu, maka bebanmu akan terasa hilang seketika'

  

Karina meletak kertas itu, lalu mengambil minuman keras tadi. "Dengan ini beban gue berkurang?" 

  

Sedetik kemudian Karina terkekeh pelan, tawa miris yang terdengar. "Jangan bercanda!" tegasnya seorang diri. 

  

Karina ingin membuang kotak itu, saat ia mengangkat kotak, ada sesuatu yang jatuh dari dalam kotak. "Ada lagi?"

  

Diambilnya benda yang jatuh. Ternyata sebungkus rokok. Dia buka bungkus rokok yang sudah tak bersegel itu, lalu menemukan sebuah surat. 

  

'Hisaplah, lalu pejamkan matamu. Bayangkan masalahmu terbang mengikuti asap rokok yang keluar dari mulutmu.'

  

"Sepertinya manusia itu mau merusak gue." Dimasukkannya rokok itu kedalam saku, ia juga mengambil minuman keras juga foto tadi, lalu pergi meninggalkan taman. 

  

Saat tiba dirumah, ia bersyukur melihat Rani dan sang adik Fanny, sedang tertidur. Ada Nana juga Karrie disana. Mereka berempat tertidur di depan TV. 

  

Sesampai dikamar Karina meletak minuman keras juga rokok di belakang TV kamarnya. Ia tersenyum kecut. "Kita lihat aja nanti."

Related chapters

  • Karrie Karina   6. Jalan-jalan

    Karrie menutup bukunya, menumpuk beberapa buku menjadi satu. Mengambil pena lalu meletaknya di atas tumpukan buku, ia merapikan duduknya menjadi bersila."Kamu bosan tuan putri?" tanya Karrie pada Karina yang berbaring di atas karpet, tepat di samping Karrie.Karina mengangguk, memiringkan tubuh menghadap Karrie. "Ingin menculikku pangeran?"Karrie terkekeh lalu menggenggam tangan Karina. Menyalurkan perasaan sayang dan cintanya, berharap Karina peka. "Apapun untukmu tuan putri.""Mau kah pangeran tampan ini menculik 'ku lalu kita jalan-jalan? Hemm, menghabiskan waktu bersama, mungkin."Bagaimana bisa Karrie menolak? Dengan yakin dan semangat dia mengangguk. Setelah cukup lama akhirnya dia bisa berduaan dengan Karina. Dia rindu masa-masa itu."Baiklah a

    Last Updated : 2024-10-29
  • Karrie Karina   7. Terbongkar

    "Awas! Itu belakang kamu!"Mendengar peringatan dari Karrie, Karina langsung fokus ke layar kaca. Ia memang sempat tak fokus karna meras lapar, untung saja dia tak kalah karna kurang fokus."Tembak, tembak!" teriak Karrie, semakin gencar untuk mengalahkan musuh. Matanya tak lepas dari game, sesekali berteriak memperingati Karina yang tak fokus.Mereka berdua sedang di kamar Karina, bermain PS bersama. Ujian sudah selesai dan tinggal menunggu hasil, karna itulah Karina dan Karrie bisa bebas bermain tanpa peduli dengan belajar. Setidaknya begitu untuk sementara.Dirumah Karina bukan hanya mereka berdua saja, ada Fanny, Rani, Bi Ega juga Nana. Adik Karrie nan lucu itu sedang bermain di atas kasur Karina, ditemani Fanny."Main mulu, makannya kapan?" tanya Rani sambil membuka pintu kamar lebar-lebar. Menggeleng kecil melihat Karina dan Karr

    Last Updated : 2024-10-29
  • Karrie Karina   8. Terbongkar

    "Awas! Itu belakang kamu!"Mendengar peringatan dari Karrie, Karina langsung fokus ke layar kaca. Ia memang sempat tak fokus karna meras lapar, untung saja dia tak kalah karna kurang fokus."Tembak, tembak!" teriak Karrie, semakin gencar untuk mengalahkan musuh. Matanya tak lepas dari game, sesekali berteriak memperingati Karina yang tak fokus.Mereka berdua sedang di kamar Karina, bermain PS bersama. Ujian sudah selesai dan tinggal menunggu hasil, karna itulah Karina dan Karrie bisa bebas bermain tanpa peduli dengan belajar. Setidaknya begitu untuk sementara.Dirumah Karina bukan hanya mereka berdua saja, ada Fanny, Rani, Bi Ega juga Nana. Adik Karrie nan lucu itu sedang bermain di atas kasur Karina, ditemani Fanny."Main mulu, makannya kapan?" tanya Rani sambil membuka pintu kamar lebar-lebar. Menggeleng kecil melihat Karina dan Karr

    Last Updated : 2024-10-29
  • Karrie Karina   9. Mama Karrie

    Pagi yang mendung, awan hitam menyelimuti birunya langit. Matahari seakan disembunyikan oleh awan, membuat yang dibawahnya sedikit kegelapan.Karina mendengus, menarik nafas dalam lalu dikeluarkan secara perlahan. Menahan air mata agar tak mengalir, menahan sesak yang mampir. Menggigit bibir dalamnya, berharap isakannya tak keluar dari bibir tipisnya.Sekuat apa pun ia menahan, sekuat apa pun dia bertahan, semua akan akan terjadi. Air bening itu akhirnya lolos, bibirnya terbuka mengeluarkan isakan, bahunya bergetar, dadanya terasa sangat sesak. Benar-benar menyakitkan.Di tangannya terdapat sebuah map yang berisi hasil belajarnya untuk semester ini. Air mata menitik ke laport itu, air mata itu terus mengalir tanpa henti. Sekarang dia harus bagaimana dan apa? Semuanya sudah pergi, meninggalkan ia seorang diri.Hidupnya terasa hancur, disaat seperti ini kenapa semua oran

    Last Updated : 2024-10-29
  • Karrie Karina   1. Menghilang

    ‍‍"Kar, beneran putus?" tanya Syafa pada Karina yang berjalan di sampingnya.Karina enggan menjawab. Dia semakin mempercepat langkahnya meninggalkan Syafa di belakang. Syafa sedikit berlari agar langkahnya setara dengan Karina."Aku nanya, Kar. beneran putus?" Syafa menahan tangan Karina agar berhenti meninggalkannya."Menurut kakak?" Karina bertanya balik, menatap sendu sang kakak yang tak hentinya bertanya tentang hubungannya dengan sang pacar."Why?" Syafa menggenggam kedua tangan Karina. Melihat wajah sendu adiknya, Syafa lantas mengelus pipi Karina dengan lembut.Karina spontan memeluk erat kakaknya, menenggelamkan wajahnya di bahu sang kakak. Syafa mengusap lembut punggung Karina, terdengar isakan pil

    Last Updated : 2024-10-29
  • Karrie Karina   2. Diperebutkan

    ‍‍"Selamat malam, Kar!" Karrie kecil berteriak dari luar rumah Karina. Karina yang memang berdiri di balkon kamar, tersenyum."Selamat malam juga, K," balas Karina sembari melambai-lambai. Karrie tersenyum lebar, dari bawah Karrie bisa melihat keimutan dan kecantikan milik Karina. Karrie membentuk kedua tangannya seperti terompet lalu diletak di depan mulutnya. "Aku boleh kesana gak?" Karrie tersenyum ketika Karina mengangguk sebagai jawaban pertanyaannya. Karrie langsung memanjat ke balkon Karina. Setelah sampai diatas, Karina membantu Karrie melompat ke balkonnya."Gimana hari ini?" tanya Karrie, sesekali mencuri pandang pada Karina yang sedang menatap bintang. "Sangat membosankan." "Kenapa hari ini kamu ga keluar, tumben?" tanya Karrie lagi. Karrie bisa melihat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Karrie Karina   3. Dia Natalia

    ‍ Tak ingin ambil pusing, Karina berlalu meninggalkan dua cowok yang masih berdebat itu. Sedangkan bahan perdebatan sudah pergi tanpa mereka sadari.Karina berjalan, terus berjalan. Menghiraukan tatapan kebencian dari siswa-siswi. Ditatap benci? Sudah biasa, bahkan bisa dibilang Karina kebal akan hal itu. Dari kecil, Karina sering dibully, dikatai anak buangan dan dikatai anak tak diinginkan. Bagi Karina, kepergian kedua orang tuanya adalah musibah. Atau bahkan orang tuanya lah sumber bencananya. Masih beruntung kakaknya tak ikut meninggalkannya. Jika itu terjadi ... ntah seperti apa nasib Karina sekarang. "Misi," singkat Karina, memasuki kelas yang sudah dihadiri guru. Guru yang satu ini sangat disiplin, bahkan kelewat disiplin. "Gak ada sopan-santun," cibir

    Last Updated : 2024-10-29
  • Karrie Karina   4. Ayo!

    ‍‍ Hari sudah malam. Hari ini rumah Karina menjadi ramai karna Karrie dan Nana ikut menginap. Kata Nana, "Mau disini aja, kangen sama kaka Karkar." Ya, adik Karrie nan imut ini memanggil Karina dengan panggilan 'Karkar' Karina menutup kamarnya, tak lupa mengunci pintu. Sedikit waspada karna keberadaan Natalia di rumahnya. "Siapa tau kan, si nenek lampir masuk kamar trus grepe-grepe gue," pikir Karina bergidik ngeri. Pemikiran Karina sungguh jauh dan melewati batas. Tapi, bener juga sih, siapa yang tak tergoda dengan tubuh Karina yang seksi ketika memakai baju tidur. Tapi Karina juga sedikit ragu dengan Karrie yang sering masuk kamarnya tanpa permisi. Siapa tahu 'kan si Karrie kemasukan setan trus khilaf. Karina menggeleng keras. "Buang jauh-jauh pikiran itu."

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Karrie Karina   9. Mama Karrie

    Pagi yang mendung, awan hitam menyelimuti birunya langit. Matahari seakan disembunyikan oleh awan, membuat yang dibawahnya sedikit kegelapan.Karina mendengus, menarik nafas dalam lalu dikeluarkan secara perlahan. Menahan air mata agar tak mengalir, menahan sesak yang mampir. Menggigit bibir dalamnya, berharap isakannya tak keluar dari bibir tipisnya.Sekuat apa pun ia menahan, sekuat apa pun dia bertahan, semua akan akan terjadi. Air bening itu akhirnya lolos, bibirnya terbuka mengeluarkan isakan, bahunya bergetar, dadanya terasa sangat sesak. Benar-benar menyakitkan.Di tangannya terdapat sebuah map yang berisi hasil belajarnya untuk semester ini. Air mata menitik ke laport itu, air mata itu terus mengalir tanpa henti. Sekarang dia harus bagaimana dan apa? Semuanya sudah pergi, meninggalkan ia seorang diri.Hidupnya terasa hancur, disaat seperti ini kenapa semua oran

  • Karrie Karina   8. Terbongkar

    "Awas! Itu belakang kamu!"Mendengar peringatan dari Karrie, Karina langsung fokus ke layar kaca. Ia memang sempat tak fokus karna meras lapar, untung saja dia tak kalah karna kurang fokus."Tembak, tembak!" teriak Karrie, semakin gencar untuk mengalahkan musuh. Matanya tak lepas dari game, sesekali berteriak memperingati Karina yang tak fokus.Mereka berdua sedang di kamar Karina, bermain PS bersama. Ujian sudah selesai dan tinggal menunggu hasil, karna itulah Karina dan Karrie bisa bebas bermain tanpa peduli dengan belajar. Setidaknya begitu untuk sementara.Dirumah Karina bukan hanya mereka berdua saja, ada Fanny, Rani, Bi Ega juga Nana. Adik Karrie nan lucu itu sedang bermain di atas kasur Karina, ditemani Fanny."Main mulu, makannya kapan?" tanya Rani sambil membuka pintu kamar lebar-lebar. Menggeleng kecil melihat Karina dan Karr

  • Karrie Karina   7. Terbongkar

    "Awas! Itu belakang kamu!"Mendengar peringatan dari Karrie, Karina langsung fokus ke layar kaca. Ia memang sempat tak fokus karna meras lapar, untung saja dia tak kalah karna kurang fokus."Tembak, tembak!" teriak Karrie, semakin gencar untuk mengalahkan musuh. Matanya tak lepas dari game, sesekali berteriak memperingati Karina yang tak fokus.Mereka berdua sedang di kamar Karina, bermain PS bersama. Ujian sudah selesai dan tinggal menunggu hasil, karna itulah Karina dan Karrie bisa bebas bermain tanpa peduli dengan belajar. Setidaknya begitu untuk sementara.Dirumah Karina bukan hanya mereka berdua saja, ada Fanny, Rani, Bi Ega juga Nana. Adik Karrie nan lucu itu sedang bermain di atas kasur Karina, ditemani Fanny."Main mulu, makannya kapan?" tanya Rani sambil membuka pintu kamar lebar-lebar. Menggeleng kecil melihat Karina dan Karr

  • Karrie Karina   6. Jalan-jalan

    Karrie menutup bukunya, menumpuk beberapa buku menjadi satu. Mengambil pena lalu meletaknya di atas tumpukan buku, ia merapikan duduknya menjadi bersila."Kamu bosan tuan putri?" tanya Karrie pada Karina yang berbaring di atas karpet, tepat di samping Karrie.Karina mengangguk, memiringkan tubuh menghadap Karrie. "Ingin menculikku pangeran?"Karrie terkekeh lalu menggenggam tangan Karina. Menyalurkan perasaan sayang dan cintanya, berharap Karina peka. "Apapun untukmu tuan putri.""Mau kah pangeran tampan ini menculik 'ku lalu kita jalan-jalan? Hemm, menghabiskan waktu bersama, mungkin."Bagaimana bisa Karrie menolak? Dengan yakin dan semangat dia mengangguk. Setelah cukup lama akhirnya dia bisa berduaan dengan Karina. Dia rindu masa-masa itu."Baiklah a

  • Karrie Karina   5. Kantor

    Sepulang sekolah Karina memutuskan untuk mengunjungi kantor Syafa. Hanya sekadar ingin mengumpulkan beberapa bukti atau paling tidak petunjuk. Ia berangkat tanpa sepengetahuan siapapun, bahkan Karrie tak tahu menahu.Sesampainya di kantor Syafa yang cukup besar, Karina membayar taksi. Menyapa satpam yang sedang bertugas. Ia memasuki kantor dan disambut beberapa pegawai yang memang sudah kenal dengan Karina."Masih buka?" gumam Karina pelan.Bagaimana bisa kantor ini masih berjalan dengan lancar tanpa pemiliknya? Karina masih terpaku di meja resepsionis, memikirkan beberapa pertanyaan yang muncul di benaknya."Dek cari siapa?" tanya sang resepsionis yang dibuat bingung oleh Karina.Karina tersentak, nyengir bodoh ke arah resepsionis itu. Karina celingak-celinguk mencari keberadaan asisten kakaknya, mengabaikan resepsionis yang kebingungan.

  • Karrie Karina   4. Ayo!

    ‍‍ Hari sudah malam. Hari ini rumah Karina menjadi ramai karna Karrie dan Nana ikut menginap. Kata Nana, "Mau disini aja, kangen sama kaka Karkar." Ya, adik Karrie nan imut ini memanggil Karina dengan panggilan 'Karkar' Karina menutup kamarnya, tak lupa mengunci pintu. Sedikit waspada karna keberadaan Natalia di rumahnya. "Siapa tau kan, si nenek lampir masuk kamar trus grepe-grepe gue," pikir Karina bergidik ngeri. Pemikiran Karina sungguh jauh dan melewati batas. Tapi, bener juga sih, siapa yang tak tergoda dengan tubuh Karina yang seksi ketika memakai baju tidur. Tapi Karina juga sedikit ragu dengan Karrie yang sering masuk kamarnya tanpa permisi. Siapa tahu 'kan si Karrie kemasukan setan trus khilaf. Karina menggeleng keras. "Buang jauh-jauh pikiran itu."

  • Karrie Karina   3. Dia Natalia

    ‍ Tak ingin ambil pusing, Karina berlalu meninggalkan dua cowok yang masih berdebat itu. Sedangkan bahan perdebatan sudah pergi tanpa mereka sadari.Karina berjalan, terus berjalan. Menghiraukan tatapan kebencian dari siswa-siswi. Ditatap benci? Sudah biasa, bahkan bisa dibilang Karina kebal akan hal itu. Dari kecil, Karina sering dibully, dikatai anak buangan dan dikatai anak tak diinginkan. Bagi Karina, kepergian kedua orang tuanya adalah musibah. Atau bahkan orang tuanya lah sumber bencananya. Masih beruntung kakaknya tak ikut meninggalkannya. Jika itu terjadi ... ntah seperti apa nasib Karina sekarang. "Misi," singkat Karina, memasuki kelas yang sudah dihadiri guru. Guru yang satu ini sangat disiplin, bahkan kelewat disiplin. "Gak ada sopan-santun," cibir

  • Karrie Karina   2. Diperebutkan

    ‍‍"Selamat malam, Kar!" Karrie kecil berteriak dari luar rumah Karina. Karina yang memang berdiri di balkon kamar, tersenyum."Selamat malam juga, K," balas Karina sembari melambai-lambai. Karrie tersenyum lebar, dari bawah Karrie bisa melihat keimutan dan kecantikan milik Karina. Karrie membentuk kedua tangannya seperti terompet lalu diletak di depan mulutnya. "Aku boleh kesana gak?" Karrie tersenyum ketika Karina mengangguk sebagai jawaban pertanyaannya. Karrie langsung memanjat ke balkon Karina. Setelah sampai diatas, Karina membantu Karrie melompat ke balkonnya."Gimana hari ini?" tanya Karrie, sesekali mencuri pandang pada Karina yang sedang menatap bintang. "Sangat membosankan." "Kenapa hari ini kamu ga keluar, tumben?" tanya Karrie lagi. Karrie bisa melihat

  • Karrie Karina   1. Menghilang

    ‍‍"Kar, beneran putus?" tanya Syafa pada Karina yang berjalan di sampingnya.Karina enggan menjawab. Dia semakin mempercepat langkahnya meninggalkan Syafa di belakang. Syafa sedikit berlari agar langkahnya setara dengan Karina."Aku nanya, Kar. beneran putus?" Syafa menahan tangan Karina agar berhenti meninggalkannya."Menurut kakak?" Karina bertanya balik, menatap sendu sang kakak yang tak hentinya bertanya tentang hubungannya dengan sang pacar."Why?" Syafa menggenggam kedua tangan Karina. Melihat wajah sendu adiknya, Syafa lantas mengelus pipi Karina dengan lembut.Karina spontan memeluk erat kakaknya, menenggelamkan wajahnya di bahu sang kakak. Syafa mengusap lembut punggung Karina, terdengar isakan pil

DMCA.com Protection Status