Share

Kembali ke Rumah Sakit

Kapokmu Kapan, Mas? (20)

Aku segera berlari ke arah Miska yang pergelangan tangannya terus mengucurkan darah. Wajah Miska kian pucat karenanya. Entah sejak kapan dia mengiris pergelangan tangannya.

Segera kucari apa saja yang bisa digunakan untuk membebat tangan Miska. Darah masih saja merembesi kaus yang kugunakan untuk menutupi luka robek yang dibuat Miska. Cukup lama sampai akhirnya darah berhenti merembes.

"Harusnya Mbak Ti biarin aja aku mati," kata Miska lirih. Wajahnya semakin pucat.

"Astaghfirullah ... Dek! Sadar kamu bicara seperti itu?" Aku sedikit membentak karena emosi.

"Lebih baik aku mati, Mbak Ti. Biar gak semakin nyusahin Mbak Ti. Aku malu ...." Miska mulai terisak.

"Kamu pikir dengan bunuh diri, bisa menyelesaikan masalah?"

Miska tak menjawab. Dia masih saja terisak.

"Kalau kamu mati, belum tentu juga kalian bisa dilepaskan, Mis. Jangan bertindak bodoh!" Aku mengatakan itu sebelum meraih pisau yang jatuh ke lantai.

Aku yang salah. Tadi, aku lupa membawa kembali pisau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status