Phoenix mengambil satu langkah ke depan dan memarahinya dengan tegas, "Alvan, kamu terlalu lancang. Kamu mengkhianati Ketua. Kamu bahkan berani mengatakan Ketua palsu. Omong kosong. Kalau kamu berlutut untuk mohon maaf kepada Ketua, mungkin Ketua masih bisa memaafkanmu dan menjatuhkan hukuman yang ringan."Saat Alvan mendengarnya, dia menunjukkan ekspresi menghina. "Phoenix, jangan menggertakku. Ketua sudah mati setengah bulan yang lalu. Jelas-jelas orang di depanmu ini palsu. Apa niatmu?""Omong kosong, Ketua nggak mati sama sekali!" Phoenix memandang Dewa Perang Zeva dan Dewa Perang Ignis sambil bertanya, "Kalian berdua pernah bertemu Ketua sebelumnya, katakan apakah Ketua asli atau palsu?""Alvan, jangan beromong kosong. Dia adalah Ketua," teriak Dewa Perang Zeva dengan tegas.Dewa Perang Ignis juga mengangguk setuju, "Benar. Meskipun kami nggak selalu mengikuti Ketua, kami pernah bertemu beberapa kali. Kalau dia palsu, bagaimana kami nggak bisa membedakannya?""Kalian semua pasti p
Oleh karena itu, Leo hanya bisa mundur terlebih dahulu."Hentikan dia, jangan biarkan dia kabur!"Saat Alvan melihat Leo melarikan diri, dia tidak merasa khawatir lagi. Dia buru-buru mengejar Leo. Dia juga memerintahkan anak buahnya untuk mencegatnya.Namun, orang-orang yang dibawanya takut pada Leo. Mereka tidak berani menghentikan Leo sama sekali.Di luar hotel, Rosa sudah mengatur segalanya. Setelah Leo dan yang lainnya keluar, beberapa mobil telah menunggu mereka dengan pintu terbuka.Mereka bertiga buru-buru masuk ke dalam mobil dan melaju pergi.Alvan dan Tetua Agung segera mengejar mereka. Pada saat ini, Levia dan Hydra yang bersembunyi di atap gedung seberang menembakkan roket.Alvan dan Tetua Agung menghindar dengan tergesa-gesa. Untungnya, mereka lolos tepat waktu dan tidak terluka. Namun, hal itu menunda pengejaran mereka. Mereka hanya bisa menyaksikan kendaraan tersebut menghilang dari pandangan.Alvan sangat marah. Beberapa waktu lalu, dia gagal mengambil alih Sekte Aksara
"Terima kasih, Pak Alvan!"Setelah mendengarnya, kedua saudara itu menunjukkan reaksi yang sangat berbeda. Anna buru-buru mengucapkan terima kasih. Dia tampak sangat gembira.Anna hanya suka mengikuti pria yang berkuasa. Alvan jelas memenuhi standarnya. Dia adalah Wakil Ketua Sekte Aksara.Sekarang, setelah Ketua mati, Alvan adalah penguasa Sekte Aksara dan Perusahaan Aksara. Mengikuti pria berkuasa seperti itu adalah impian Anna.Di sisi lain, ekspresi Febi langsung berubah. "Pak Alvan, tolong lepaskan aku. Aku mau pulang.""Kenapa? Kamu nggak mau melayaniku?" tanya Alvan sambil tersenyum.Febi mengerucutkan bibirnya dan tidak berkata apa-apa. Ekspresinya tampak khawatir dan takut.Febi bukan tipe wanita yang menyukai harta. Jika tidak, dengan kecantikannya, Febi bisa menikah dengan anak keluarga kaya.Alasan Febi setuju menikah dengan Farel beberapa waktu lalu karena dia tidak ingin perusahaannya bangkrut. Saat keluarganya memohon padanya, akhirnya Febi menyerah.Alasan Febi mencari
"Aku nggak menyangka kamu adalah wanita baik-baik. Aku semakin menyukaimu." Alvan tidak takut sama sekali.Anna datang dan berkata, "Alvan, aku beri tahu kamu satu hal lagi. Kamu pasti akan sangat senang.""Oh, apa itu?" tanya Alvan dengan penuh minat."Sepupuku masih perawan," kata Anna sambil tersenyum.Saat Febi mendengarnya, dia langsung merasa malu dan marah. Dia tidak menyangka Anna mengetahui rahasianya. Dia bahkan memberi tahu Alvan."Apa! Benarkah?" tanya Alvan dengan tergesa-gesa. Saat ini, tatapan matanya terlihat penuh harap."Tentu saja benar. Aku mendengarnya saat dia mengobrol dengan bibiku dua hari lalu. Bagaimana? Apa kamu sangat bersemangat?" tanya Anna sambil tersenyum.Alvan tiba-tiba menatap Febi dengan mata cerah. Dia menjilat bibirnya yang kering sambil berkata, "Sungguh mengejutkan. Wanita yang diceraikan masih perawan. Tapi, itu benar atau nggak, aku harus memeriksanya.""Jangan kemari. Kalau kamu berani maju lagi, aku akan segera bunuh diri." Febi memegang gag
Setelah ditekan Alvan, Febi tidak punya pilihan selain menyerah.Tepat ketika Febi hendak melepas pakaiannya, terdengar suara ketukan di pintu."Masuklah!"Suara Alvan terdengar dingin. Matanya bahkan berkilat dengan niat membunuh.Alvan paling membenci orang yang mengganggu kesenangannya.Namun, orang yang datang adalah Tetua Agung. Hal ini membuat Alvan merasa kesal dan tidak berdaya. "Tetua Agung, kenapa kamu mencariku?"Tetua Agung menyerahkan surat undangan di tangannya kepada Alvan. "Ini adalah surat undangan dari Pulau Fairy. Mereka mengundang Ketua untuk berpartisipasi dalam lelang tiga tahunan mereka."Begitu Alvan mendengar nama Pulau Fairy, matanya langsung berbinar. Kemudian, Alvan mengambil surat undangan itu dan memeriksanya."Benar. Ini benar-benar surat undangan dari Pulau Fairy. Aku pernah melihatnya sekali sebelumnya."Alvan terlihat sangat bersemangat.Alasan utamanya adalah latar belakang Pulau Fairy terlalu kuat. Mereka merupakan sekte tersembunyi yang sangat kuat.
"Berapa banyak uang yang dimiliki perusahaan saat ini?" tanya Alvan.Tetua Agung berkata sambil mengerutkan keningnya, "Aku baru saja meminta seseorang untuk memeriksa. Aku menemukan bahwa dana yang tersedia perusahaan nggak melebihi 100 triliun.""Itu saja?"Alvan mengerutkan keningnya. Ekspresinya tampak tidak senang.Seratus triliun mungkin terdengar banyak. Namun, bagi perusahaan besar seperti Perusahaan Aksara dengan nilai pasar ribuan triliun, jumlah tersebut hanyalah setetes air dalam ember.Tetua Agung menjelaskan, "Setelah Perusahaan Aksara memiliki kelebihan dana, dana tersebut akan diambil oleh Ketua. Terlebih lagi, baru-baru ini mereka berinvestasi di pabrik besar, jadi dananya hanya tersisa sedikit."Alvan berkata dengan nada dingin, "Dana sekecil itu nggak ada gunanya. Cepat jual beberapa aset. Sebelum berangkat besok, kita harus mengumpulkan setidaknya seribu triliun."Tetua Agung berkata dengan ekspresi malu, "Kita hanya berhasil mengendalikan beberapa perusahaan cabang
Semua orang memandang Leo. Bagaimanapun, Febi adalah mantan istrinya Leo. Semuanya tergantung pada keputusan Leo."Tentu saja kita perlu menyelamatkannya, tapi kita perlu merencanakan strategi yang sempurna."Faktanya, bahkan jika Aisa tidak menyebutkannya, Leo tidak akan melupakannya. Bagaimanapun juga, sebelumnya mereka adalah pasangan. Sekarang, Febi berada di tangan Alvan. Leo tidak bisa mengabaikannya.Terlebih lagi, Leo masih ingin menjaga tubuh Febi untuk membantunya menyelesaikan transformasi tekniknya."Pak Leo, apa kamu sudah mempunyai rencana?" tanya Rosa."Rencanaku ...."Leo segera mengutarakan pemikirannya. Sebenarnya, rencananya Leo sangat sederhana. Dia hanya berencana mengalihkan Alvan ke tempat lain.Sekarang, Alvan sangat ingin menangkap Phoenix, Levia dan lainnya.Setelah mendengar hal tersebut, semua orang merasa bahwa rencana tersebut akan berhasil. Kemudian, mereka melaksanakan rencananya.Levia dan Phoenix membuat janji dengan Heru di sebuah kafe. Hal ini membut
Tentu saja, Leo tidak akan mudah tergoda. Leo mendorong Anna, lalu dia mengangkat tangannya dan menampar Anna.Anna tampak tercengang. Dia menutupi wajahnya yang merah dan bengkak sambil bertanya dengan sedih, "Alvan, kesalahan apa yang aku lakukan? Kenapa kamu memukulku?""Kenapa kalau aku memukulmu? Kamu nggak terima?" tanya Leo sambil tersenyum sinis.Anna buru-buru menggelengkan kepalanya. Dia ketakutan hingga wajahnya menjadi pucat.Leo tidak memedulikan Anna lagi. Kemudian, dia berkata sambil menatap Febi, "Kamu, ikutlah denganku!"Febi tidak memiliki kekuatan untuk melawan sama sekali. Selain itu, Febi takut jika Alvan marah. Dia akan membunuh orang tua dan kakeknya. Oleh karena itu, dia tidak berani melawan sama sekali. Febi hanya bisa menurut dengan patuh.Jarak dari sini ke kafe tidak jauh. Mereka melakukan ini untuk mencegah Alvan curiga. Oleh karena itu, waktu Leo sangat sempit. Leo segera membawa Febi meninggalkan Perusahaan Aksara, lalu mereka masuk ke dalam sebuah mobil