“Ok. Aku akan segera ke sana!”Hujan mendadak turun dengan begitu lebat. Fahmi dengan cepat mengendarai mobil menuju apartemen. Ponselnya berdering kembali. Fahmi segera mengangkat.“Cepatlah sedikit, sayang!” seru Misella disebrang telfon.“Bersabarlah, Sella. Hujan mendadak turun. Sebentar lagi aku akan sampai ke apartemenmu.”“Okay. Jangan lama-lama!”Fahmi memutuskan panggilan itu dan menambah laju kecepatan mobil dengan tinggi. Kira-kira membutuhkan waktu dua menit untuk sampai. ***Misella duduk di meja rias. Sambil bersenandung berdandan cantik dan memakai baju terbaiknya agar terlihat lebih cantik, dan sexy di mata Fahmi. Malam ini terasa membahagiakan karena Fahmi akan datang ke apartemennya. Bagaimana jika banyak pihak menyuruh Misella untuk menjauhi Fahmi? Oh, tidak. Misella tidak akan pernah melepaskan Fahmi. Dia lelaki segalanya untuknya. Dialah lelaki yang selalu mengerti keadanya. Pokoknya lelaki perfect di mata Misella.Tinggal di apartemen mewah tanpa mengeluarkan
Suasana hati Fahmi kacau dan tidak enak. Menyakiti Alia membuatnya sedih dan tidak tega. Hubungan semakin renggang. Perubahan Alia membuatnya tidak nyaman. Fahmi mengharapkan Alia seperti dulu lagi. Menyiapkan pakaian ganti, memasak, mencuci pakaian, dan menyetrika pakaian. Pokoknya selalu ada saat dibutuhkan. “Aku harusnya mengutamakan Alia bukan Misella. Rasanya sulit untuk memilih kedua wanita itu karena sama-sama mencintai Alia dan Misella. Semoga saja Alia menerima Misella menjadi istri yang kedua.”Menginginkan Misella menjadi wanita kedua. Memang sinting dan gila!Egois? Fahmi mengakui itu. Berengsek? Bajingan? Tentu saja.Fahmi berkali-kali menjedotkan kepala ke kaca jendela mobil. “Bodoh! Seharusnya aku tidak pulang telat!” maki Fahmi pada diri sendiri sambil mengecek ponsel, berharap Alia membalas pesan yang dia kirim satu jam lalu, namun tidak ada balasan. “Harusnya aku tidak datang ke apartemen,” sesalnya. Fahmi turun dari mobil. Masuk ke dalam rumah dan menaiki tangga
“Sayang, tumben sekali kamu ke sini lagi?” Misella terkejut dengan kedatangan Fahmi di malam-malam, sekitar pukul sebelas malam. Mata kantuk kini membelalak lebar. Bahagia Fahmi datang ke apartemen lagi.“Aku mencoba menghubungimu tidak diangkat,” balasnya. “Oh, itu dari kamu, Mas.” Pantas sedari tadi ponselnya berdering, Misella mengira itu panggilan dari Robert.Fahmi mendaratkan pantat di sofa empuk di ruang santai. Menyilangkan kedua kakinya. Memperhatikan Misella yang menghampirinya. Fahmi tidak mengalihkan pandangan, fokus dengan pakaian yang dikenakan Misella. Hotpants dan kaos ketat lengan pendek, membuat body Misella membentuk sempurna.So, sexy.Sementara Fahmi? Dia masih mengenakan kemeja putih polos dan celana hitam panjang. Sama sekali belum mengganti pakaian rumah.“Alia kamu tinggal?”Misella berdiri menyender di jendela kaca yang besar, kedua tangan berada di bawah dada. Sejenak melihat pemandangan kota Jakarta yang bisa dilihat dari kaca jendela tersebut. Indah seka
Alia pulang setelah mempergoki suami sedang bercinta dengan selingkuhannya. Matanya berkaca-kaca masuk ke dalam rumah. Di dalam kamar, Alia mencari buku tabungan yang disimpan oleh Fahmi. Pasti ada, tidak mungkin tidak ada. Hanya saja disembunyikan di tempat.Tiga puluh menit Alia mencari akhirnya menemukan buku tabungan milik Fahmi dan buku tabungan miliknya, untuk mengecek status keuangan seperti yang dikatakan oleh pengacara.Memang waktu menikah, Alia menyuruh Fahmi untuk menyimpan buku tabungan milik keduanya, buku tabungan untuk masa depan dan kelak untuk anak-anaknya.Alia kaget melihat saldo buku tabungan semakin berkurang, lebih mengejutkan lagi—dibuku tabungan milik Alia, Fahmi memakai uangnya tanpa meminta izin. “What the fuck?!” maki Alia. “Berani sekali memakai uangku! Tidak punya otak!”Lalu Alia sadar Fahmi telah melakukan transaksi beberapa kali pada nomor rekening milik Misella dengan jumlah nominal besar. Alia membekap mulutnya. Tubuhnya lemas seperti mie bihun. Di
Pagi sekali Misella kedatangan tamu. Paras cantik Misella muncul setelah membuka pintu untuk menyambut tamu.“Hallo, good morning ….” sapa tamu itu dengan senyuman dan wajah ceria.Rupanya tamunya adalah Marsha, sahabatnya Misella dan sebagai mata-mata Alia.“AAAA KAMU?!”Misella memekik keras, langsung memeluk sahabatnya itu. Sudah lama tidak bertemu dengannya. Marsha membalas pelukan Misella, tanpa Misella sadari—bibir Marsha tersenyum miring, ekspresi berubah beberapa detik—tersenyum devil. “Astaga! Kenapa kamu baru muncul? Kemana saja?” tanya Misella. Terakhir bertemu saat pesta ulang tahunnya. “Aku benar-benar kesepian selama ini.”Pelukan terlepas secara perlahan.“Sure?” Misella mengangguk. “Aku kangen banget tahu!”Misella tertawa kecil kemudian memberikan bingkisan pada Misella. “Aku membelikan sesuatu untukmu.”“Thanks you,” ucap Misella. “Yuk masuk! Akan aku buatkan teh. Aku sendiri di sini.” Dengan semangat menggandeng tangan Marsha dan menyuruhnya untuk masuk.“Wah kere
Alia diperintahkan membawa bayi yang baru lahir ke ruangan NICU (Neonatal intensive care unit tempat khusus untuk merawat bayi baru lahir yang membutuhkan pengawasan ketat oleh tenaga medis. Biasanya bayi yang dirawat di ruang NICU lahir dengan gangguan kesehatan, misalnya lahir prematur atau lahir dengan cacat bawahan.Pekerjaan Alia keseharian melihat bayi, namun tidak mempunyai rasa keinginan untuk mempunyai calon buah hati. Alia belum siap menjadi seorang Ibu dan semenjak Fahmi berselingkuh, kehamilan tidak boleh terjadi padanya.“Istiharat dulu, yuk!” ajak Ayora yang tiba-tiba datang dan nongol begitu saja di depan Alia. “Sudah siang, nih. Waktunya makan siang.”Ah, waktu terasa cepat. Padahal Alia merasa baru saja merawat bayi di NICU.Ting! Bunyi pesan masuk.“Sebentar ada pesan masuk,” ucap Alia.Alia mendapat pesan dari Marsha bahwa Marsha telah merekam percakapan dengan Misella beberapa jam yang lalu
Alia masuk ke dalam rumah sambil membawa bucket bunga tulip, namun dia berbalik ke mobil. Meletakkan bucket bunga tulip itu di dalam mobil. Alia malas menjawab jika Fahmi bertanya dari mana mendapatkan bucket itu? Di sisi lain Alia berpikir, bunga itu dari Fahmi. Apa mungkin? Ya mungkin saja, karena Fahmi menolak untuk dicerai dan terus merayu, membujuk dirinya. Jadi, bersikap sok romantis mengirimkan bucket saat sedang bekerja.“Cepat bersiap-siap kita akan ke rumah sakit sekarang,” kata Fahmi saat baru saja Alia masuk ke dalam kamar. Alia tidak menjawab apa-apa. Dia segera bersiap-siap. Jangankan senyum atau untuk berbicara. Memandangnya saja malas.“Alia sayang ...” panggil Fahmi pada Alia yang sedang duduk di meja rias mengoles lip tint. “Aku minta tolong dong.” Fahmi menghampiri Alia dan memberi isyarat padanya.Alia paham dengan isyarat itu dan berdiri dengan malas. Secara ogah-ogahan Alia membantunya menggulung lengan kemeja len
“Aku datang untuk menjenguk calon Mama mertuaku,” jawab Misella menunjukkan betapa jemawa dirinya. SINTING! Senyum lebar dari Misella membuat Alia ingin mencekik lehernya, membunuhnya saat juga. Alia mendongkol setengah mati. Dasar wanita tidak tahu diri! Tidak tahu malu! Wanita gila! Tidak punya otak! Bisa-bisanya Misella datang membawa bingkisan dan buah-buahan ke kamar Tiffany. Pasti akan mencari muka di depan Mama Tiffany!“Kenapa kamu menginjakkan kaki di sini?” Alia menatap nyalang. Sorot mata dingin ditunjukkan padanya. Alia benci wanita itu. Memang pantas untuk dibenci. Di sini Misella pelaku kejahatan yang sesungguhnya, telah menyakiti hati Alia dan menghancurkan rumah tangga yang baru dibangun beberapa bulan. Walaupun perselingkuhan atas dasar mau sama mau. Tetap saja, Misella wanita jalang iblis!Misella tertawa kecil. Tawa meremehkan Alia. “Kamu mempunyai masalah pendengaran? Sudah aku katakan tadi. Aku ingin menjenguk calon Mama mertuaku. Mama Tiffany,” jawabnya meneka