Di kamar.
Misella duduk ditemani oleh cahaya lampu tidur. Dengan memakai lingerie sexy. Mengigit kuku menandakan cemas. Berulang kali melirik ponsel barunya di meja, berharap ada panggilan masuk dari orang yang ditunggu.
Siapa lagi kalau bukan menunggu Fahmi?
Misella menyentuh layar dengan wallpaper foto pernikahannya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 AM dan Fahmi belum pulang.
Dia memencet nama kontak 'Suami.' Mencoba menelpon Fahmi lagi. Berharap kali ini panggilan terangkat.
Tidak terjawab.
Misella mendesah kasar. “Liat saja. Aku akan menunggu sampai Fahmi pulang, meminta penjelasan detailnya!” geramnya.
Misella bahkan rela menahan kantuk. Tubuhnya terasa lelah sekali, sudah mengurus bayi kini menahan kantuk demi menunggu suami pulang.
***
Fahmi menoleh dan terkejut. “K-kau belum tidur?” Bertanya balik. Sedikit gelagapan.Misella menggelang cepat, mendekat Fahmi. Membantu melepaskan dasi dan jas hitamnya. “Ini jas hitam kesayanganmu. Jadi, Aku akan mencuci pakaianmu, tidak aku laundry,” jelas Misella sembari tersenyum kecil.“Tidak perlu, sayang. Nanti kamu capek.”Awalnya Fahmi menolak, tapi Misella memaksa. “Sudah. Jangan kamu tolak niat baik istrimu.”Mau tidak mau menuruti dengan tersenyum kecut. Lelaki itu naik ke lantai atas setelah disuruh oleh Misella.Di depan mesin cuci, Misella melihat jas dengan cukup lama. Dia sengaja meminta Fahmi melepaskan jas itu sebab mencium parfum berbeda, seperti parfum wanita lain.Misella curiga. Kecurigaan bertambah dengan raut wajah Fahmi.“Ada yang tidak beres.”
Ya. Jawaban Fahmi semua bohong. Misella tahu Fahmi berbohong. Pasalnya sekitar pukul sembilan malam, Misella menghubungi sekretaris Tony. Dia mendapatkan informasi kalau Fahmi tidak lembur sampai larut malam dan Fahmi keluar kantor sekitar jam delapan malam bukan jam 11 malam.“Kamu tidak percaya?”Misella tak berkata apa-apa. Hanya diam. Tak menyangka. Dirinya sudah dibohongi oleh suaminya sendiri. Dia teringat saar menjadi selingkuhan Fahmi. Misella tahu betul, Fahmi dulu selalu berbohong pada Alia hanya untuk bertemu dengan dirinya.Misella sekarang sadar bagaimana rasanya di posisi Alia dan menjadi Alia yang dulu. Sakit teramat sakit.Kepercayaan dalam rumah tangga lambat laun akan menghilang.Saat Misella melihat ke arah tangan Fahmi, dia seperti teringat pada sesuatu. Ada yang janggal dalam pandangannya."Kenapa kamu tidak menggu
"Kamu sudah berani membohongiku!"Fahmi mengacak rambut berpura-pura sebal pada Misella, nyatanya sedang menyembunyikan kebohongannya. "Aku sudah menjelaskan bahwa aku tadi mandi dan aku meletakkan cincin di sana."Misella memincingkan matanya. "Cincin itu hilang atau memang kamu sengaja melepaskan?" terkanya."Aku lupa memakai cincin kembali, seingatku seperti itu."Fahmi berusaha untuk menjelaskannya lagi. Tapi tetap saja Misella tidak percaya."Oke aku akan mempercayaimu dan aku akan terus percaya setiap apa yang kamu sampaikan! Asalkan kali ini kamu bisa membuktikan bahwa cincin kawin itu memang benar-benar ada," tuntut Misella.Misella dan Fahmi berdebat, perdebatan paling panjang yang pernah terjadi sepanjang pernikahan mereka. Fahmi berusaha tetap membuatMisella percaya kepadanya, sementara Misella dengan kecurigaannya membantah semua hal yang dipaparkan oleh Fahmi.Misella merasa bahwa Fahmi sudah keterlaluan. Melepaskan cincin kawin saat mandi, kemudian lupa memakainya kemba
"Kenapa diam? Apakah kamu tidak sanggup melakukan apa yang aku katakan?!" Robert emosi ketika Fahmi hanya diam saja. Fahmi mendongakkan kepalanya, dia menoleh ke arah Robert juga Tiffany yang masih berada di ruang makan itu kemudian berbicara, “Aku berjanji tidak akan pernah menyakiti hati Misella dan aku akan berusaha sebaik mungkin mengurus perusahaan.” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Fahmi berpamitan pada Misella, "Aku mau berangkat ke kantor dulu." Fahmi membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan Robert dan Tiffany yang masih berada di sana. Kemudian berpamitan ke kedua orang tua Misella. "Ma, Pa. Aku harus siap-siap untuk pergi ke kantor," pamit Fahmi dengan mencium punggung tangan mereka berdua. “Tolong temani Sella, ya. Maaf merepotkan Mama dan Papa.” Robert menepuk bahu Fahmi. Fahmi dengan cepat-cepat meninggalkan ruang makan, naik ke atas untuk mengambil tas kerja dan ponsel, kemudian keluar dari unit tersebut. Lelaki itu harus secepatnya mengambil cincin kawinny
“Ada apa sayang?” tanya Alia belum menyadari Abian sedang memegang cincin.“Ini.” Abian memperlihatkan cincin itu pada Alia. “Cincin siapa ini, sayang? Bagaimana bisa ada di dalam unit 001?” tanyanya dengan penuh keheranan dan bingung.WOW.Alia merasa terkejut. Keringat dingin mulai menjalari tubuhnya. Kejadian nista itu berputar-putar di kepalanya.Alia menjadi emosi dan geram pada mantan suaminya itu. “ASTAGA! FAHMI SI*ALAN! BAGAIMANA MUNGKIN MENINGGALKAN CINCIN INI DI SINI?!” jerit Alia dalam hati.Alia menarik napas lalu dihembuskan. Berusaha bersikap biasa saja seakan tidak ada hal yang telah terjadi.“Aku tidak tahu cincin itu milik siapa, sayang." Alia berusaha mengelak karena dia tidak mungkin berkata jujur bahwa itu adalah cincin milik Fahmi.Jika sampai Alia mengatakan itu maka akan terjadi peperangan."Kamu yang seharian berada di rumah waktu kemarin dan aku yakin pasti kamu tahu siapa saja yang datang ke apartemen kita!” Abian sedikit jengkel."Kemarin tidak ada siapa-sia
ruangan CCTV.Abian mencengkram erat kedua lengan Alia setelah melihat layar monitor CCTV. Mata elangnya menahan. Ada kemarahan sangat jelas di raut wajahnya, sementara badan Alia gemetar setengah mati.“Sejak kapan kamu menyimpan rahasia dariku?!”Pertanyaan itu mengagetkan Alia sebab suara Abian menyentak dengan nada tinggi. Langkah Alia memundur teratur hingga semakin tersudutkan karena sebuah dorongan kuat tangan Abian yang berada di kedua lengannya.Bibir Alia tertutup rapat-rapat. Tidak berani membuka mulut. Pagi-pagi harus bertengkar dengan Abian. Hal itu membuat Alia semakin tidak tenang.“Siapa dia? Siapa lelaki yang datang tadi malam, hah?!” tanya Abian dengan sangat geram. Bahkan dengan kasar mendorong Alia hingga punggung terbentur ke dinding.“Katakan! Siapa!” paksa Abian. Keinginan tahu menggebu-gebu, pasalnya di CCTV lelaki yang bersama Alia tidak terlihat begitu jelas.Alia memberanikan diri untuk menjawab setenang mungkin, “Aku tidak mengenalinya. Sungguh! Lelaki itu
Di kantor.Masalah di rumah membuat Fahmi gelisah dan tidak tenang sama sekali. Sudah ke lima kali dia mengetuk meja menggunakan jari telunjuknya dengan gusar, ditambah mengigit bibir bawahnya.Fahmi tidak ingin Misella mencurigainya, kalau sampai ketahuan—tamatlah riwayatnya. Apalagi Robert berpesan padanya agar tidak menyakiti Misella.Ting!Layar ponsel menyala. Ada chat masuk. Fahmi berniat untuk melirik sekilas, namun mata terbuka lebar setelah mengetahui pesan itu dari sang istri.Dengan tangan gemetaran, membuka pesan itu.'Aku sudah mengecek di kamar mandi, tidak ada cincin di sini!' tulis Misella diakhiri dengan tanda seru.“Sh*t!” Satu kata kasar terucap begitu saja dari bibir Fahmi setelah membaca pesan itu. Tidak habis pikir, sifat Misella sekarang tidak sabaran.'Okay. Nanti Aku akan membuktikan cincin itu masih ada di tanganku,' balas Fahmi.Lelaki itu segera memakai jas hitam yang tadi letakan di pada tempatnya. Fahmi sudah memikirkan hal ini, memutuskan untuk pergi dar
“BRENGS*K KAU! BERANI SEKALI DATANG KE SINI SETELAH MENYENTUH ISTRIKU, HAH?!” teriak Abian dengan murka dan kedua tangan mengepal.DUAG!TIdak terduga, Abian melayangkan satu pukulan sangat keras menghantam pipi Fahmi. Gerakannya begitu cepat, hingga Fahmi pun tidak sempat menghindar.Siapa sangka, kedatangan Fahmi untuk mengambil cincin yang tertinggal malah mendapat bogeman.“ABIAN!" Alia menjerit histeris, shock dengan tindakan yang dilakukan suaminya—tiba-tiba menghajar Fahmi seperti itu. Alia tahu, Abian tidak pernah bermain fisik, lelaki itu tergolong lembut ketika marah. Tapi kali ini?Abian menghiraukan Alia.Lalu, masih dengan emosi yang meledak-ledak. Abian melempar cincin itu ke lantai yang sedari tadi cincin digenggam di tangan lain.KLINTING!Cincin itu jatuh dan menggelinding cepa