Beranda / Pernikahan / Kamu Menidurinya? / 22. Mengecek Ponsel Suami

Share

22. Mengecek Ponsel Suami

Penulis: Lusia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-11 06:38:01
“Kamu bohong, 'kan?”

Alia menggeleng kepala. “Untuk apa aku berbohong?”

Ayora menenangkan diri sendiri. Alia tahu respon dari sahabatnya akan seperti ini.

Tidak hanya cuaca yang sedang panas, tapi hati Ayora ikut panas hingga berkeringat. Masih tidak habis pikir dengan dokter Fahmi. Tega sekali telah mencoba berkhianat.

“Fahmi mencoba menyembunyikan sesuatu dariku," ujar Alia. “Dia bilang akan selalu pulang lebih awal, tapi sering pulang terlambat. Saat aku tanya pada Erza, Fahmi sudah pulang. Kenapa dia berbohong? Apa yang dilakukan selama beberapa jam sebelum pulang ke rumah?”

Ayora tidak bisa berkata apa-apa dan hanya bisa bertanya, “Apa kamu mencurigai salah satu wanita?”

“Salah satu dokter di rumah sakit Havanna,” jawab Alia dengan yakin.

“Lalu apa yang akan kamu lakukan?”

Alia mengangkat kedua bahunya. “Sekarang aku tak terlalu memikirkan. Aku hanya fokus pada pekerjaanku dan menjadi istri yang baik bagi Fahmi karena masih menjadi tanggung jawab seorang istri. Mungkin,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kamu Menidurinya?   23. Mengapa Mendua

    Alia menatap Fahmi dengan sorot mata redupnya. “Enggak, Mas. Aku nggak buka ponsel kamu,” jawab Alia meyakinkan. Fahmi menggeleng, tidak percaya. Jelas-jelas Alia membuka ponselnya saat dia tidur. “Kenapa, sih? Kamu ingin lihat apa? Mau tahu apa? Katakanlah padaku secara langsung. Jangan secara sembunyi-sembunyi seperti ini. Kamu rela berbohong.” Alia diam. Hanya mendengar perkataan panjang dari Fahmi, suara begitu lembut, enak didengar, dan tidak terdengar marah. Oke. Alia mengaku. Dirinya salah. Telah berani membuka ponsel tanpa seizin dari pemilik. Tapi, Alia lakukan demi dirinya di masa depan. Membongkar perselingkuhan. “Jawab saja. It's okay,” ucap Fahmi lagi. Alia memalingkan wajahnya. Sorot matanya berubah dratis. “Kalau kamu diam-diam mengecek ponselku. Itu akan menambah beban pikiran kamu, dan menambah masalah. Jadi, apapun yang ingin kamu tahu. Katakan padaku.” Sumpah. Demi apapun. Alia tidak bisa membalas perkataan Fahmi yang sejak tadi berbicara. “Kenapa diam? P

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Kamu Menidurinya?   24. Sesuatu Penting

    Selesai sarapan, Alia mengganti bajunya dan bersiap-siap pergi ke rumah sakit. “Mau aku antar, Nona?” tawar Fahmi saat Alia turun dari tangga. “Tidak perlu. Kita berangkat sendiri-sendiri saja,” tolak Alia. Dia mencium punggung tangan Fahmi. “Aku berangkat dulu, ya, Mas. Jangan lupa nanti pintu di kunci.” *** Fahmi segera menaiki lift menuju ruang tempat dia akan bekerja. Di rumah sakit Havanna, Fahmi cukup terkenal sebagai seorang dokter kandungan dengan keberaniannya melakukan operasi caesar dan menempuh resiko demi menyelamatkan bayi dan ibunya. Seperti biasa aktivitas rumah sakit sangat sibuk khususnya ruang tunggu pasien. Para dokter dan suster pun sangat sibuk. Fahmi pergi ke tempat perawatan bayi-bayi yang baru lahir. Di sana ada para suster sedang sibuk menenangkan para bayi dan memberi mereka air susu. Fahmi tersenyum melihat para bayi tersenyum dan menangis dengan khas bayi. Sambil melihat bayi menggemaskan, Fahmi berpikir semenjak menikah dengan Alia—belum pernah mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Kamu Menidurinya?   25. Suara Wanita Selingkuhan

    Alia dan Ayora selesai dinas, pulang lebih awal dari biasanya. Karena sudah lama tidak nongkrong bareng, akhirnya mereka berdua pergi ke cafe terdekat rumah sakit. Alia juga ingin berbicara sesuatu yang penting pada Ayora. Dia memesan Taro Milk Tea, sedangkan Ayora Ice Caramel Macchiato. “La, kamu masih menghindari Dokter Abian?” tanya Ayora. “Sudahlah. Jangan dipikirkan, lagipula kamu sudah mempunyai suami. Tidak mungkin dia berbuat macam-macam sama kamu.” Ayora masih berpikir positif tentang Abian. “Aku merasa bersalah padanya, Ra.” “Why?” “Sejak aku menolak pernyataan cintanya,” jawab Alia. “Aku lebih memilih Fahmi, dibandingkan Abian. Pasti dia kecewa dan patah hati.” “Ini bukan salah kamu, kok. Cinta itu tidak perlu dipaksakan.” Ayora membesarkan hati Alia. “Kamu berhak untuk memilih, siapa yang akan menjadi pendamping hidupmu dan siapa yang akan menjadi suamimu.” Pesanan mereka datang. “Permisi. Ini pesanan kakak.” Waiters meletakkan pesanan dua minuman di meja. “Ada tam

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Kamu Menidurinya?   26. Foto Tanpa Baju

    “Selamat sore. Maaf ... ini dengan siapa?” Suara itu ...? Alia dan Ayora saling memandang satu sama lain setelah mendengar suara wanita. Sabar. Alia tidak ingin bergerak gegabah. Harus tetap tenang, walaupun semakin yakin kalau Genta nama palsu di kontak Fahmi, aslinya seorang wanita bernama Sella. “Hallo ...” Suara wanita itu terdengar lagi. Alia memberi isyarat untuk segera mematikan panggilan itu. Ayora menyadari perubahan ekspresi dari Alia setelah mendengar suara wanita. Pasti dadanya merasa ditekan hebat. “La, are you okay?” Tangan Ayora menggenggam tangan Alia. Alia mengangguk kecil. “Ya. Aku baik-baik saja,” jawabnya diakhiri senyuman. Alia tidak mau kelewat cemburu. Dia menarik napas pelan-pelan, hanya cara itulah untuk menenangkan pikiran. “Suara itu ... tidak asing di telingaku. Sepertinya aku pernah mendengar. Tapi di mana? Dan siapa wanita itu?” *** Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Misella yang baru saja selesai mandi mematutkan diri di depan cermin—mej

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Kamu Menidurinya?   27. Sexy dan Menggoda

    Fahmi menutup pintu kamar, melangkah ke balkon kamar—melihat kegelapan malam. Bahkan bintang tidak tidak ada satupun yang menyala, hanya ada bulan. Dia mulai membalas pesan setelah melihat foto Misella yang baru di kirim. 'You look so sexy, Sella.' Benar-benar cantik dan sexy di mata Fahmi. Lalu Fahmi menelfon wanita itu. Panggilan langsung terjawab tanpa menunggu lama. Ah, pasti Misella menunggu balasan Fahmi sedari tadi. “Hei. Maaf membuat kamu menunggu. Tadi di bawah ada Alia. So, aku harus cari alasan biar bisa ngobrol sama kamu,” jelas Fahmi. “Aku mengerti. Kita sulit untuk berhubungan karena ada Alia.” Diseberang sana Misella memaklumi. “Thanks. Kamu selalu ngertiin aku.” Fahmi tidak menyesali bertemu kembali dengan Misella, walaupun Misella pernah meninggalkan dirinya dan membuatnya dunia terasa hancur. Bagaimana tidak hancur? Pernikahan gagal total hanya karena mempelai wanita kabur dari rumah. Sekarang Fahmi tidak bisa melepaskan Misella. Lelaki itu belum mampu un

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Kamu Menidurinya?   28. Kehamilan Tidak Boleh Terjadi

    “Tadi menelpon dengan siapa, Mas?” “D-dengan---” “Dengan wanita?” tebak Alia “Bukan, Alia.” Menggeleng kepala bertanda tebakan Alia salah. “Dengan Erza. Ya, dengan Erza. Sahabatku.” Fahmi membohongi Alia. *** “Kamu mau tidur?” tanya Fahmi pada Alia yang baru selesai cuci muka. “Ada hal yang ingin aku bahas, La.” Alia duduk di meja rias. mengelap wajah yang basah dengan tisu. Sama sekali tidak menoleh sedikit pun ke lawan bicara. “Tentang apa, Mas?” Alia memakai skincare dan krim malam sebelum tidur. “Duduklah di sampingku,” perintah Fahmi. Sejujurnya Alia malas berbicara dengan Fahmi. Dia ingin secepatnya tidur, namun lelaki itu mengajaknya berbicara—entah apa yang akan dibahas. Istri mana yang mampu bertahan dengan semua kebohongan suami? Alia sudah kecewa dan muak tapi sekarang berpura-pura seakan tidak ada apa-apa. Sampai kapan dia berpura-pura? Berpura-pura bodoh, berpura-pura polos, dan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Nyatanya, Alia sedang berjuang mencari tahu ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Kamu Menidurinya?   29. Baju Basah

    “Good morning, sayang,” sapa Fahmi dengan suara serak. Alia menghentikan aktivitas membuat sarapan pagi saat tangan Fahmi melingkarkan di pinggangnya—memeluk Alia dari belakang dengan manja. “Pagi juga, Mas,” balas Alia. Fahmi baru bangun tidur dengan rambut berantakan, tidak menurunkan kadar kadar ketampanannya—justru lebih tampan dari biasanya. “Hari ini aku shift malam. Jadi, aku bisa bersantai di rumah,” ujarnya memberi tahu pada Alia. “Aku tahu, Mas.” Kening Fahmi berkerut. “Tahu dari mana? Aku belum mengatakan padamu.” “Aku baca schedule di lembar kertas yang sudah di print di meja belajar. Mas yang menaruh schedule di sana.” “Oh, iya. Aku lupa.” Lagi pula. Alia tidak ingin membuat Fahmi marah-marah saat bangun kesiangan karena masuk shift pagi. Jadi, Alia selalu membaca jadwal kerja Fahmi. “Aku juga jaga malam, Mas.” Alia memberi tahu pada Fahmi. “Mandi dulu sana, lalu sarapan,” usir Alia. Kegiatan membuat sarapan menjadi tergantung kala kedatangan Fahmi, apalagi tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Kamu Menidurinya?   30. Bercinta di Meja Makan

    Fahmi tidak bisa berkata-kata, memberikan Alia melakukannya sendiri. Alia menunduk malu-malu setelah menyadari bajunya menerawang hingga dalaman terlihat jelas.“Maaf, Mas. Aku baru sadar,” ucap Alia lirih, pipinya merah merona.Fahmi terkekeh sakastis melihat wajah polos dan ekspresi malu-malu dari Alia. Lelaki itu mencondongkan badannya, menatap Alia sebentar lalu berbisik lembut di telinga Alia, “Kau sangat menggoda, Sayang.”Sudah kelewat lama Fahmi tidak menggoda dirinya. Alia menjad gelagapan mendengar apa yang Fahmi katakan. Menggoda? Alia rasa berpakaian biasa saja, sama sekali tidak terbuka dan tidak sexy—hanya nerawang.“Kamu tahu apa yang membuat aku tergoda?”Alia tidak menjawab.Mata Fahmi terfokus wajah Alia. “Ini ....”Mata Alia terbelalak lebar.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11

Bab terbaru

  • Kamu Menidurinya?   140. —THE END — S 2

    Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den

  • Kamu Menidurinya?   139. Sembilan Bulan Kemudian — S 2

    Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk

  • Kamu Menidurinya?   138. Menjadi Pembunuh — S 2

    Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat

  • Kamu Menidurinya?   137. Terjatuh dari Penthouse — S 2

    "T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert

  • Kamu Menidurinya?   136. Menghajar habis-habisan — S 2

    Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b

  • Kamu Menidurinya?   135. Dendam. Benci. Marah. — S 2

    Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya

  • Kamu Menidurinya?   134. Ingin Bertemu Putrinya — S 2

    Lima jam yang lalu.Misella dan Bella saling berdebat kecil mengenai undangan party dari Yuna. Bella merobek-robek kertas undangan pink pastel cantik itu dengan kesal. "Untuk apa kau datang?! Bukannya lebih baik kamu mengabaikan wanita penyebalkan itu!" omel Bella, pipinya merah menyala. Tak habis pikir jalan pikiran adiknya itu. Diperlakukan buruk, dipermalukan masih saja mau bergabung dengan orang bermuka tebal. Misella berdiri memasang muka tanpa dosa di depan Bella. "Aku hanya ingin datang. Apa salahnya, sih, Kak?""Salah! Memang salah." Bella menarik napas dalam-dalam. Sadar, hanya masalah kecil sampai berdebat dan emosi begini. "Sudah, abaikan saja," lanjutnya menahan diri—merebahkan tubuhnya di sofa."Aku mau datang! Titik." Misella keukuh. "Aku belum pernah datang ke party tahun baru."Bella memutar bola matanya. Astaga. Adiknya sudah dewasa tapi masih keras kepala. Tidak pernah menurut perkataanya. "Ya sudah. Aku temenin! Jangan sendirian. Bisa jadi kamu akan dipermalukan de

  • Kamu Menidurinya?   133. Sebuah Perintah — S 2

    Sudah setengah jam Alia pingsan, kini mulai sadar. Matanya mulai terbuka, pandangan pertama yang dilihat adalah lampu cantik di atas langit-langit dinding yang menggantung. "Akhirmya kamu juga sadar, sayang." Abian menghela napas lega. Setia menunggu Alia bangun, tak melepas genggaman tangan.Alia melihat Abian duduk di sampingnya. "A-apa yang terjadi padaku? Di mana kita?" tanyanya bingung, sadar sedang bukan di kamar miliknya, kamar itu asing.Pelayan datang membawa segelas air putih, diberikan pada Abian. "Minum dulu," perintah Abian.Alia bangun dari posisi baringnya. Meminum beberapa teguk air putih dibantu Abian memegang gelasnya."Kamu pingsan, sayang. Kita masih di apartemen Yuna," ucap Abian memberi tahu. Alia sadar seketika. Matanya membesar, ingat kejadian menakutkan. Memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia langsung turun dari ranjang tanpa berpikir panjang, tubuhnya oleng—untunglah pelayan siap siaga me

  • Kamu Menidurinya?   132. Apa yang terjadi?! — S 2

    Bunyi kaca pecah mengangetkan dan tiba-tiba ada teriakan dari atas membuat empat orang di balkon itu menengadah kepala ke atas. Betapa terkejutnya melihat ada seseorang di atas sana—di dorong hingga tubuhnya hilang kendali, jatuh bersamaan serpihan kaca tebal telah melukai setiap kulitnya. Tangan itu berusaha menggapai di udara, namun malangnya tak bisa berpegang benda apapun.Pasrah dalam hitungan detik tubuh itu jatuh melewati samping kiri balkon hingga menghantam sky light lobby apartemen yang terbuat dari kaca. Sky light berbentuk persegi panjang terpecah, hancur seketika. Saat menghantam lantai seketika sel sel dalam tubuh meledak. Pembuluh darah pecah sehingga tak ada sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh membuat organ vital dan otak berhenti berfungsi. Tengkorak hancur beberapa bagian dan darah terciprat ke mana-mana.Orang-orang sedang berada lobby terkejut mendengar bunyi amat keras lalu diperlihatkan tubuh tergeletak tak bernyawa. Tak hanya itu penghuni Bel

DMCA.com Protection Status