"Wah ...." Alia takjub dengan wedding tema garden party, pernikahan Fahmi dengan Misella yang dibuat nuansa white dan dipunuhi bungga baby's breath. "Konsep dekorasi pernikahan outdoor ini sangat terlihat mewah. Bukan begitu sayang?"
Abian sejak tadi diam langsung menarik sudut bibir. "Ya. Benar. Pernikahan kalian sangat mewah dan cantik dengan hiasan bunga baby's breath."
Alia pun menggandeng tangan Abian dengan manja seakan mulai memamerkan keromantisan dan bersiap mengatakan telah menikah dengan Abian. Ya tentu ingin membuktikan bahwa Alia telah move on dari Fahmi, tak ada rasa kecemburuan atas pernikahan Fahmi.
"Sayang?" beo Misella.
Fahmi bingung apa yang dikatakan Alia barusan, memanggil Abian dengan sebutan sayang.
Abian tertawa kecil. "Kenapa kalian terkejut? Kita memang telah menikah di Los Angeles," ungkap Abian. "Alia sudah menjadi istriku sekarang."
Alia dan Abian sudah duduk tenang di salah satu meja yang kosong.Dari jauh, Fahmi memperhatikan penuh tatapan kebencian, Alia dan Abian sedang tertawa lepas.Dengan berat hati acara pernikahan dilanjutkan. Seorang MC mencoba mencairkan suasana, berbicara panjang lebar dengan bahasa yang cukup menghibur. Sementara Misella tersenyum paksa berkali-kali untuk menutupi suasana hati yang sudah rusak."Mari beri mereka tepuk tangan yang meriah!" teriak MC.Suara tepuk tangan mulai terdengar, tidak seramai di awal, dan mereka tidak bersemangat untuk bertepuk tangan.MC memanggil baby sister untuk naik karena akan ada sesi pemotretan bersama bayi mungil itu. Beberapa menit baby sister sudah berdiri di depan Misella.Misella menggendong Kayla dengan hati-hati. Sangat memperhatikan bagaimana cara menggendong bayi yang baru lahir. Apalagi bagian kepala Kayla, jang
"I love you," ucap Fahmi terdengar lembut dan tulus. "I love you too," balas Misella. "Thanks you telah menerimaku. Kamu sangat berharga bagiku." Setelah mengucapkan terima kasih, Fahmi memajukan badan mencium bibir merah Misella dengan lembut, berciuman di depan banyaknya orang untuk kedua kali. Tangan Misella kini berada di pinggang Fahmi, membalas ciuman itu dengan amat mesra. "Wow ...." Sorakan terdengar keras. Jelas, semua mata melihat secara langsung adegan ciuman yang dilakukan Fahmi dengan Misella. "Berani sekali Fahmi mencium Misella padahal ada mantan istri," komentar orang lain sambil menutup mulut dengan tangan. Tanpa Misella sadari, saat Fahmi berciuman dengannya. Kedua bola mata Fahmi terbuka lebar tanpa berkedip melihat ke arah Alia. Seakan kode darinya agar Alia menyaksikan ciuman itu. Mata Alia memanas. Bibir manis Fahmi yang dulu miliknya, sekarang bukan miliknya lagi. Ah, shit! Menyaksikan ciuman itu di depan mata mengapa membuat Alia merindukan bibir d
Jujur, sedari tadi Alia ingin masuk ke dalam apartemen, merebahkan badan di tempat tidur megahnya, melepaskan penat. Tetapi pesta belum berakhir. Mau tidak mau Alia menunggu hingga pesta pernikahan selesai. "Wah ... Alia." Elvan geleng-geleng kepala menatap Alia dan Abian secara bergantian. "Aku tidak menyangka kalian berdua menempati apartemen penthouse Belleza ini," takjub Elvan. Alia menanggapi dengan senyuman malu. "Dia tidak pernah bercerita padaku!" dengus Ayora. "I'm sorry, Ra. Soalnya Abian yang mengurus semuanya," pungkas Alia. "Oh, ya. Aku akan mengambil minuman dulu. Kalian lanjutkan saja pembicaraan," izin Alia pada Ayora, Juwita, dan Elvan. Momen berkumpulnya lima orang mengingatkan dinner beberapa hari yang lalu di hotel. "Jangan lama-lama," ucap Ayora. Alia mengangguk dan berjalan ke bartender. Wanita itu pun menyuruh bartender menuangkan segelas alkohol ke dalam gelasnya. Saat meminum sedikit demi sedikit sambil matanya melihat keindahan pesta malam itu. Sayup-
"Dia tidak tampan. Apa kamu menikah dengannya karena uang?" sindir Fahmi. "Haha ... Apa uang?" Alia menertawakan perkataan sampah Fahmi. "Ya. Buktinya dia mampu Belleza ini." Tangan Alia tidak tahan untuk melakukan sesuatu. PLAK! Tidak segan-segan menampar pipi Fahmi dengan amat keras. Alia tidak terima suaminya sekarang direndahkan oleh manusia lebih rendah dari sampah. Dirinya juga sedang diinjak-injak oleh Fahmi. Fahmi meringis akibat tamparan itu, bukannya marah malah tersenyum. Wah. Gila. Alia meludah tepat di samping kanan sepatu Fahmi. "Jangan banyak bicara mengenai suamiku. Dia jauh lebih berguna! Dan satu lagi, dia memang kaya. Lebih kaya dibandingkan kamu yang tidak mempunyai harta sedikitpun. Kamu hanya mengandalkan harta milik orang lain." Setelah mengatakan kata-kata tajam dan menusuk, Alia melengos pergi. Fahmi sedikit merasa malu dan minder dengan keadaan sekarang. Memang. Perkataan Alia benar! Semua fasilitas dan semua apa yang dimiliki Fahmi bukan ha
Misella menghentikan ciuman itu kala sekelebat bayangan tiba-tiba muncul di kepala. Wanita itu langsung menjauhkan badannya. Mengelap bibirnya sendiri dengan agak kesal. Bayangan itu menganggu pikirannya, dalam hitungan detik menjadi overthinking."Alia sialan!" maki Misella dalam hati.Pada akhirnya Misella menyalahkan Alia. Bayangan wajah Alia membuatnya tak nyaman saat ingin bercinta dengan Fahmi di sofa.Fahmi bingung dengan reaksi Misella yang mendadak berubah. "Kenapa?" Mengerut heran."Apakah dia ada dipikiranmu?" tuduh Misella.Fahmi bertanya balik, "Siapa?""Alia ada dipikirkanmu sejak dia muncul, 'kan," desak Misella. "Setelah dia menghilang."Fahmi memalingkan wajahnya, matanya menangkap foto pernikahan, berukuran sangat besar menempel di dinding. Di foto itu Kayla ada di gendongan Misella. Pasangan baru itu menampilkan senyuman kebahagiaan."Kau salah," elak Fahmi. Ber
"Damn! Apa yang tadi aku lamunkan?!" gerutu Fahmi dalam hati.Keinginan bercinta dengan Misella hilang begitu saja. Gairah seksual menurun. Terbesit dalam benak menginginkan tubuh Alia malam itu juga. Fahmi tidak tahan. Sialan! Tubuh Alia di pesta pernikahan tadi sangat menggoda, lekukan indah itu membuat Fahmi ingin menyentuh dan meraba keseluruhan.Fahmi menggeleng kepala. Berusaha menghilangkan pikiran jorok itu.Lelaki itu tidak ingin bercinta dengan sang istrinya dalam keadaan membayangkan wanita lain. Itu akan sangat menyakiti Misella.Akhirnya Fahmi memilih menahan diri. Dia mengecup kening Misella lalu berkata, "Maaf ...."Hanya kata maaf terlontar. Setelah itu berdiri, menuangkan wine ke dalam gelas, melangkah pelan ke jendela besar yang memperlihatkan keindahan kota di malam itu.Misella terbengong bengong apa yang Fahmi lakukan barusan. Tidak mengerti. Mengapa mendadak meminta maaf?
"Kamu pasti lelah." Abian menghampiri Alia yang sedang duduk di ruang keluarga sangat mewah dan luas. Sangat perhatian membawa teh buatannya untuk Alia. "Pindah itu melelahkan. Jadi, aku buatkan teh mawar untuk meredakan stres, dan membantu tidurmu agar nyenyak."Memang. Hari itu melelahkan bagi Alia. Seluruh badan terasa pegal dan capek."Terima kasih," ucap Alia saat Abian memberinya secangkir teh mawar. Ah, suaminya sangat perhatian padanya.Abian duduk di sebelah Alia. "Kamu suka tempat ini?"Alia menghirup uap teh mawar lalu meletakkan cangkir teh ke meja karena masih panas, dan menoleh dengan senyuman lebar pada Abian. "Tentu saja. Aku sangat menyukai unit apartmen ini. Sangat mewah. Aku bagaikan ratu di Belleza, haha ...," jawab Alia setengah bercanda.
Malam pertama pasangan baru itu tidak seindah yang dibayangkan.Sejujurnya perasaan Misella bercampur aduk. Kepalanya dipenuhi oleh banyak pertanyaan.Kenapa Fahmi tidak menyentuhnya malam itu?Apakah Fahmi tidak ingin melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri di luar sana, mereka pasti melakukan di malam pertama bukan?Padahal sudah jelas, keduanya saling merindukan kenikmatan. Tapi, Fahmi menghentikan secara tiba-tiba, memilih untuk meminum wine. Seolah wine lebih menarik dibandingkan Misella. Hal itu membuat harga diri sebagai wanita merasa terinjak-injak.Untung saja Misella type wanita yang tidak mudah larut dalam emosi. Jadi, bisa bersikap seperti biasanya, walaupun telah diberi harapan palsu.***Pagi sekali sedang sarapan ada s
Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den
Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk
Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat
"T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert
Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b
Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya
Lima jam yang lalu.Misella dan Bella saling berdebat kecil mengenai undangan party dari Yuna. Bella merobek-robek kertas undangan pink pastel cantik itu dengan kesal. "Untuk apa kau datang?! Bukannya lebih baik kamu mengabaikan wanita penyebalkan itu!" omel Bella, pipinya merah menyala. Tak habis pikir jalan pikiran adiknya itu. Diperlakukan buruk, dipermalukan masih saja mau bergabung dengan orang bermuka tebal. Misella berdiri memasang muka tanpa dosa di depan Bella. "Aku hanya ingin datang. Apa salahnya, sih, Kak?""Salah! Memang salah." Bella menarik napas dalam-dalam. Sadar, hanya masalah kecil sampai berdebat dan emosi begini. "Sudah, abaikan saja," lanjutnya menahan diri—merebahkan tubuhnya di sofa."Aku mau datang! Titik." Misella keukuh. "Aku belum pernah datang ke party tahun baru."Bella memutar bola matanya. Astaga. Adiknya sudah dewasa tapi masih keras kepala. Tidak pernah menurut perkataanya. "Ya sudah. Aku temenin! Jangan sendirian. Bisa jadi kamu akan dipermalukan de
Sudah setengah jam Alia pingsan, kini mulai sadar. Matanya mulai terbuka, pandangan pertama yang dilihat adalah lampu cantik di atas langit-langit dinding yang menggantung. "Akhirmya kamu juga sadar, sayang." Abian menghela napas lega. Setia menunggu Alia bangun, tak melepas genggaman tangan.Alia melihat Abian duduk di sampingnya. "A-apa yang terjadi padaku? Di mana kita?" tanyanya bingung, sadar sedang bukan di kamar miliknya, kamar itu asing.Pelayan datang membawa segelas air putih, diberikan pada Abian. "Minum dulu," perintah Abian.Alia bangun dari posisi baringnya. Meminum beberapa teguk air putih dibantu Abian memegang gelasnya."Kamu pingsan, sayang. Kita masih di apartemen Yuna," ucap Abian memberi tahu. Alia sadar seketika. Matanya membesar, ingat kejadian menakutkan. Memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia langsung turun dari ranjang tanpa berpikir panjang, tubuhnya oleng—untunglah pelayan siap siaga me
Bunyi kaca pecah mengangetkan dan tiba-tiba ada teriakan dari atas membuat empat orang di balkon itu menengadah kepala ke atas. Betapa terkejutnya melihat ada seseorang di atas sana—di dorong hingga tubuhnya hilang kendali, jatuh bersamaan serpihan kaca tebal telah melukai setiap kulitnya. Tangan itu berusaha menggapai di udara, namun malangnya tak bisa berpegang benda apapun.Pasrah dalam hitungan detik tubuh itu jatuh melewati samping kiri balkon hingga menghantam sky light lobby apartemen yang terbuat dari kaca. Sky light berbentuk persegi panjang terpecah, hancur seketika. Saat menghantam lantai seketika sel sel dalam tubuh meledak. Pembuluh darah pecah sehingga tak ada sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh membuat organ vital dan otak berhenti berfungsi. Tengkorak hancur beberapa bagian dan darah terciprat ke mana-mana.Orang-orang sedang berada lobby terkejut mendengar bunyi amat keras lalu diperlihatkan tubuh tergeletak tak bernyawa. Tak hanya itu penghuni Bel