Alia dan Abian sudah duduk tenang di salah satu meja yang kosong.
Dari jauh, Fahmi memperhatikan penuh tatapan kebencian, Alia dan Abian sedang tertawa lepas.
Dengan berat hati acara pernikahan dilanjutkan. Seorang MC mencoba mencairkan suasana, berbicara panjang lebar dengan bahasa yang cukup menghibur. Sementara Misella tersenyum paksa berkali-kali untuk menutupi suasana hati yang sudah rusak.
"Mari beri mereka tepuk tangan yang meriah!" teriak MC.
Suara tepuk tangan mulai terdengar, tidak seramai di awal, dan mereka tidak bersemangat untuk bertepuk tangan.
MC memanggil baby sister untuk naik karena akan ada sesi pemotretan bersama bayi mungil itu. Beberapa menit baby sister sudah berdiri di depan Misella.
Misella menggendong Kayla dengan hati-hati. Sangat memperhatikan bagaimana cara menggendong bayi yang baru lahir. Apalagi bagian kepala Kayla, jang
"I love you," ucap Fahmi terdengar lembut dan tulus. "I love you too," balas Misella. "Thanks you telah menerimaku. Kamu sangat berharga bagiku." Setelah mengucapkan terima kasih, Fahmi memajukan badan mencium bibir merah Misella dengan lembut, berciuman di depan banyaknya orang untuk kedua kali. Tangan Misella kini berada di pinggang Fahmi, membalas ciuman itu dengan amat mesra. "Wow ...." Sorakan terdengar keras. Jelas, semua mata melihat secara langsung adegan ciuman yang dilakukan Fahmi dengan Misella. "Berani sekali Fahmi mencium Misella padahal ada mantan istri," komentar orang lain sambil menutup mulut dengan tangan. Tanpa Misella sadari, saat Fahmi berciuman dengannya. Kedua bola mata Fahmi terbuka lebar tanpa berkedip melihat ke arah Alia. Seakan kode darinya agar Alia menyaksikan ciuman itu. Mata Alia memanas. Bibir manis Fahmi yang dulu miliknya, sekarang bukan miliknya lagi. Ah, shit! Menyaksikan ciuman itu di depan mata mengapa membuat Alia merindukan bibir d
Jujur, sedari tadi Alia ingin masuk ke dalam apartemen, merebahkan badan di tempat tidur megahnya, melepaskan penat. Tetapi pesta belum berakhir. Mau tidak mau Alia menunggu hingga pesta pernikahan selesai. "Wah ... Alia." Elvan geleng-geleng kepala menatap Alia dan Abian secara bergantian. "Aku tidak menyangka kalian berdua menempati apartemen penthouse Belleza ini," takjub Elvan. Alia menanggapi dengan senyuman malu. "Dia tidak pernah bercerita padaku!" dengus Ayora. "I'm sorry, Ra. Soalnya Abian yang mengurus semuanya," pungkas Alia. "Oh, ya. Aku akan mengambil minuman dulu. Kalian lanjutkan saja pembicaraan," izin Alia pada Ayora, Juwita, dan Elvan. Momen berkumpulnya lima orang mengingatkan dinner beberapa hari yang lalu di hotel. "Jangan lama-lama," ucap Ayora. Alia mengangguk dan berjalan ke bartender. Wanita itu pun menyuruh bartender menuangkan segelas alkohol ke dalam gelasnya. Saat meminum sedikit demi sedikit sambil matanya melihat keindahan pesta malam itu. Sayup-
"Dia tidak tampan. Apa kamu menikah dengannya karena uang?" sindir Fahmi. "Haha ... Apa uang?" Alia menertawakan perkataan sampah Fahmi. "Ya. Buktinya dia mampu Belleza ini." Tangan Alia tidak tahan untuk melakukan sesuatu. PLAK! Tidak segan-segan menampar pipi Fahmi dengan amat keras. Alia tidak terima suaminya sekarang direndahkan oleh manusia lebih rendah dari sampah. Dirinya juga sedang diinjak-injak oleh Fahmi. Fahmi meringis akibat tamparan itu, bukannya marah malah tersenyum. Wah. Gila. Alia meludah tepat di samping kanan sepatu Fahmi. "Jangan banyak bicara mengenai suamiku. Dia jauh lebih berguna! Dan satu lagi, dia memang kaya. Lebih kaya dibandingkan kamu yang tidak mempunyai harta sedikitpun. Kamu hanya mengandalkan harta milik orang lain." Setelah mengatakan kata-kata tajam dan menusuk, Alia melengos pergi. Fahmi sedikit merasa malu dan minder dengan keadaan sekarang. Memang. Perkataan Alia benar! Semua fasilitas dan semua apa yang dimiliki Fahmi bukan ha
Misella menghentikan ciuman itu kala sekelebat bayangan tiba-tiba muncul di kepala. Wanita itu langsung menjauhkan badannya. Mengelap bibirnya sendiri dengan agak kesal. Bayangan itu menganggu pikirannya, dalam hitungan detik menjadi overthinking."Alia sialan!" maki Misella dalam hati.Pada akhirnya Misella menyalahkan Alia. Bayangan wajah Alia membuatnya tak nyaman saat ingin bercinta dengan Fahmi di sofa.Fahmi bingung dengan reaksi Misella yang mendadak berubah. "Kenapa?" Mengerut heran."Apakah dia ada dipikiranmu?" tuduh Misella.Fahmi bertanya balik, "Siapa?""Alia ada dipikirkanmu sejak dia muncul, 'kan," desak Misella. "Setelah dia menghilang."Fahmi memalingkan wajahnya, matanya menangkap foto pernikahan, berukuran sangat besar menempel di dinding. Di foto itu Kayla ada di gendongan Misella. Pasangan baru itu menampilkan senyuman kebahagiaan."Kau salah," elak Fahmi. Ber
"Damn! Apa yang tadi aku lamunkan?!" gerutu Fahmi dalam hati.Keinginan bercinta dengan Misella hilang begitu saja. Gairah seksual menurun. Terbesit dalam benak menginginkan tubuh Alia malam itu juga. Fahmi tidak tahan. Sialan! Tubuh Alia di pesta pernikahan tadi sangat menggoda, lekukan indah itu membuat Fahmi ingin menyentuh dan meraba keseluruhan.Fahmi menggeleng kepala. Berusaha menghilangkan pikiran jorok itu.Lelaki itu tidak ingin bercinta dengan sang istrinya dalam keadaan membayangkan wanita lain. Itu akan sangat menyakiti Misella.Akhirnya Fahmi memilih menahan diri. Dia mengecup kening Misella lalu berkata, "Maaf ...."Hanya kata maaf terlontar. Setelah itu berdiri, menuangkan wine ke dalam gelas, melangkah pelan ke jendela besar yang memperlihatkan keindahan kota di malam itu.Misella terbengong bengong apa yang Fahmi lakukan barusan. Tidak mengerti. Mengapa mendadak meminta maaf?
"Kamu pasti lelah." Abian menghampiri Alia yang sedang duduk di ruang keluarga sangat mewah dan luas. Sangat perhatian membawa teh buatannya untuk Alia. "Pindah itu melelahkan. Jadi, aku buatkan teh mawar untuk meredakan stres, dan membantu tidurmu agar nyenyak."Memang. Hari itu melelahkan bagi Alia. Seluruh badan terasa pegal dan capek."Terima kasih," ucap Alia saat Abian memberinya secangkir teh mawar. Ah, suaminya sangat perhatian padanya.Abian duduk di sebelah Alia. "Kamu suka tempat ini?"Alia menghirup uap teh mawar lalu meletakkan cangkir teh ke meja karena masih panas, dan menoleh dengan senyuman lebar pada Abian. "Tentu saja. Aku sangat menyukai unit apartmen ini. Sangat mewah. Aku bagaikan ratu di Belleza, haha ...," jawab Alia setengah bercanda.
Malam pertama pasangan baru itu tidak seindah yang dibayangkan.Sejujurnya perasaan Misella bercampur aduk. Kepalanya dipenuhi oleh banyak pertanyaan.Kenapa Fahmi tidak menyentuhnya malam itu?Apakah Fahmi tidak ingin melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri di luar sana, mereka pasti melakukan di malam pertama bukan?Padahal sudah jelas, keduanya saling merindukan kenikmatan. Tapi, Fahmi menghentikan secara tiba-tiba, memilih untuk meminum wine. Seolah wine lebih menarik dibandingkan Misella. Hal itu membuat harga diri sebagai wanita merasa terinjak-injak.Untung saja Misella type wanita yang tidak mudah larut dalam emosi. Jadi, bisa bersikap seperti biasanya, walaupun telah diberi harapan palsu.***Pagi sekali sedang sarapan ada s
"HOEK!"Misella hampir mengeluarkan isi perutnya karena mencium bau darah yang sudah kering. Menjauhkan box itu dari wajahnya."Fuck?!" Misella mengumpat kata kasar. Menggertakan gigi dan dada naik turun. "Siapa yang berani mengirimkan hadiah yang menyeramkan ini, huh?! Menjijikkan!"Dia langsung menutup box itu lalu melangkah cepat ke meja makan, di mana Fahmi duduk dengan tatapan bertanya-tanya melihat kedatangan istrinya membawa sesuatu di tangan."Apa itu?" tanya Fahmi polos.Misella meletakkan box itu di meja dengan kasar dan mata tidak berkedip sedikit pun. Terpancar jelas raut wajah emosi tertahan. "Aku mendapatkan kiriman ini," ucapnya mengadu, bergidik ngeri. "Membuat aku takut."Kening Fahmi berlipat, mengapa istrinya sampai ketakutan seperti itu? Apa yang membuatnya takut? Lelaki itu semakin penasara