Tiga hari setelah kejadian kekerasan fisik yang di lakukan Fahmi terhadap Alia. Fahmi tinggal di apartemen bersama Misella. Tidak merasa bersalah sedikit pun telah membuat Alia hampir tidak bernyawa. Bahkan tidak menampakkan wajah di depan Alia setelah melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga.Di samping itu, Fahmi telah menyetujui perjanjian gugatan perceraian senilai 10 M. Berkat bantuan Misella, memohon pada ayahnya agar membantunya. Terlepas dari itu, merasa bahagia karena akan menikah dengan Misella. “Kalau kamu sudah bercerai dengan Alia secara hukum, kita akan menikah bukan?”“Tentu saja!” jawab Fahmi yakin.“Aku sangat bahagia!” Misella tersenyum lebar.Dan, Fahmi tidak bereaksi apapun terhadap Misella. Kalau ditanya bahagia, senang? Pasti!“Papaku sudah menyiapkan rumah untuk pernikahan kita,” balas Misella memberitahu kabar menggembirakan itu. “Artinya Papa menyutujui hubungan kita.”Senyuman Fahmi mengembang. Hatinya senang sekali. Menjadi menantu dari ayah seorang k
Sejujurnya Tiffany, Mama Misella sangat terkejut mendengar kabar Misella hamil diluar menikah. Apalagi yang menghamilinya seorang Dokter kandungan, sekaligus sudah mempunyai istri. Lebih syok berat mengetahui Fahmi melakukan penganiayaan terhadap Alia. Tiffany melamun di jendela dengan tangan bergetar dan beberapa kali menarik napas dalam-dalam. Hari ini, perceraian keluarga Fahmi dilakukan demi untuk menikah dengan putrinya. Tiffany takut, bila suatu saat nanti Misella akan mendapatkan kekerasan fisik dari Fahmi. Liat saja apa yang Fahmi telah lakukan sebelum bercerai dengan Alia, hampir membunuhnya!Ah .... Tiffany bimbang. Ragu. Gelisah. Ada rasa tidak setuju Misella menikah dengan Fahmi. Tapi, mau bagaimana lagi? Misella keukeuh tetap ingin bersama Fahmi dan membesarkan janin yang mulai berkembang di rahim. Tiffany pun menyuruh Robert untuk meminta maaf pada Alia. Bagaimanapun Misella yang telah menghancurkan pernikahan orang lain—menjadi orang ketiga.Berita Misella dari anak
KAMU MENIDURINYA SEASON 2 Playlist: See you again by Wiz Khalifa ft. Charlie Puth.Los Angeles, Amerika Serikat07.00 PM.Aven Apartment.Wanita cantik dengan surai panjang menguap lebar kala terbangun dari tidur. Dia adalah Thalia Davira atau biasa dipanggil Alia. Wanita itu hanya memakai bra dan celana dalam merah. Alia membuka kelopak mata perlahan, mengangkat kepala, dan menoleh ke samping menangkap sosok lelaki telanjang dada sedang tertidur pulas dengan dengkuran halus. Mendengar dengkuran itu lantas tersenyum kecil. Ingin membangunkan, tapi tak tega. Jadi, Alia menidurkan kepala di atas dada bidangnya sebelah kanan, sesekali mencium aroma tubuhnya yang sangat khas, dan memeluknya lebih erat.Cuddle berpelukan. Itu adalah fovorite Alia, dalam pelukannya membuatnya merasa dicintai, nyaman, dan nyaman.Lelaki itu tak lain bernama lengkap Abian Ghifari. Seorang Dokter dan pemilik perusahaan obat di Amerika. Sekaligus menjadi suami baru Alia setelah Alia berhasil bercerai dengan F
“Kali ini aku berjanji akan membuatmu puas, sayang.”Ah, Alia tidak begitu yakin dengan perkataan Abian.“Sure?” Alia mengedipkan mata.Abian mengangguk cepat. “Iya, sayang. Maaf, ya. Selama ini telah membuatmu kecewa di ranjang,” bisik Abian penuh rasa bersalah. Hanya itu yang dikatakan Abian.Lelaki itu tahu kesalahannya, membuat istri kecewa setiap permainan di ranjang. Entah apa alasannya meninggalkan Alia setelah dirinya puas, disaat Alia hampir dipuncak klimaks.“Dasar suami durhaka! Tidak pernah membuat istri puas!” maki Alia tepat di depan wajah Abian. Abian tersenyum menanggapi perkataan Abian itu, dia pun mengecup kening Alia. Kemudian membasahi kedua benda kenyal itu dengan air yang ada di bathtub. Alia pasrah dengan harapan Abian akan memuaskan hasrat bercinta dengan durasi panjang, walaupun di kamar mandi, itu tidak masalah. Awas saja kalau Abian menghentikan permainan itu di kamar mandi. Alia tidak akan diam saja! Dikecup leher jenjang Alia dengan lembut hingga membua
Airport.Alia dan Abian baru saja menginjakkan kaki di bandara. Mereka kembali ke Indonesia setelah hampir satu tahun berada di Amerika. Sejujurnya keduanya sangat betah tinggal di Los Angeles, tapi mau tidak mau harus kembali ke tanah kelahiran. Perusahaan obat milik Abian diserahkan pada seseorang yang sangat dipercaya untuk menggantikan pososinya. Jadi, Abian hanya bisa memantau perkembangan perusahaan dari jauh."Akhirnya kita kembali, sayang," ucap Abian dengan senyuman lebar. "Aku kangen kota Jakarta, deh," imbuhnya."Sama. Aku juga," sahut Alia.Mereka kembali dengan status pasangan suami istri. Bukan lagi Alia yang menjanda setelah cerai.Alia memperhatikan suasana bandara selalu ramai. Banyak orang berjalan ke sana kemari. Ada yang pulang tanpa ditunggu. Ada yang pergi sendiri. Ada yang pulang sendiri tanpa disambut, sama seperti Alia. Ah, Alia iri melihat orang baru keluar dari pintu ketibaan sudah siap diberi pelukan oleh orang-orang yang disayangi.Wajar tidak ada yang me
Sudah satu hari, Alia dan Abian menginap di hotel bintang lima mewah. Klasik, elegan, manis dan romantic terpancar begitu kuat dari desain kamar hotel ini. Sebuah ranjang putih bersih dan besar terlentang di tengah ruangan, di belakangnya terlihat lukisan bunga sakura, dan kursi di bawah kaki. Perabotan dengan bentuk unik terlihat pada lampu utama, membentuk bagaikan lilin yang terbungkus dengan cangkang kaca bulat indah. Sentuhan warna krim muda dan cerah dapat dikatakan mendominasi keseluruhan ruangan. Guratan-guratan ukiran dari emas terpatri di langit-langit ruangan. Jendela kaca yang lebar memperlihatkan balkon untuk meningkatkan pemandangan kota Jakarta. Kursi santai serta meja kerja di dekat jendela kaca yang mengarah ke balkon. Sempurna! Alia sangat betah tinggal di hotel tersebut. Berharap tidak pindah ke Apartment, tapi apalah daya. Sang suami mempunyai rencana beberapa hari ke depan akan pindah ke apartemen termahal di kota Jakarta setelah Abian menemukan apartment ya
HAPPY READING~ “Oh, shit!” Alia mengumpat kata-kata kasar. “Kenapa sayang?” Abian berbisik pelan menyadari perubahan ekspresi Alia secara mendadak. Mata Abian turun ke selembar kertas yang dipegang oleh Alia dengan tangan bergetar. Wanita itu menoleh pada Abian dengan sorot mata redup. Wajahnya teduh. Dia terluka. Hatinya tergores. Luka batin terlalu dalam, sehingga membutuhkan waktu lama untuk sembuh karena semua kenangan masih terekam jelas dan melekat di otaknya. Alia belum sepenuhnya lupa.Dia masih ingat dengan seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya.Dahi Abian berkerut, bertanya-tanya dengan rasa penasaran sekaligus bingung. Abian menyentuh pipi Alia, mengusap lembut bibir Alia dengan jempolnya. “Apa yang terjadi?” tanyanya.Alia memberikan benda di tangannya pada Abian dan langsung berpindah tangan.“Dari siapa?”Alia menggelang lemas seakan tidak ingin menjawab pertanyaan Abian. Dia bingung. Sungguh bingung. Tidak tahu merespon bagaimana. Akhirnya Abian mulai membaca t
Pemandangan kota Jakarta terlihat jelas dari jendela kaca hotel berbintang. Satu meja besar di isi oleh rekan kerja profesi sebagai Dokter dan perawat yang sudah mengenal Alia dan Abian cukup lama. Para wanita berpenampilan glamor dan cantik.Acara makan malam sebagai pertemuan pertama Alia dan Abian sekembalinya di Jakarta dari Amerika. Sekembalinya Alia Abian yang tidak disangka-sangka mengejutkan mereka. “Kemarilah dan duduk, Al,” ucap Ayora, sahabat Alia. Dia menepuk kursi agar Alia duduk di sana.Sebelum Alia datang, mereka tengah mengobrol ringan. Ya. Hanya beberapa orang saja yang datang di acara dinner. Ayora, Juwita, dan Elvan.Alia tersenyum mengangguk, duduk di samping Ayora dan sekaligus duduk di sebelah suaminya. Meletakkan minuman di depan Abian, tersenyum manis sembari mengelus lembut lengan Abian dengan tatapan romantis. “Sudah lama tidak bertemu. Kalian sehat semua?” sapa Alia, menatap mereka bergantian.“Tentu saja! Seharusnya kita sering bertemu,” jawab Juwita. “