“Kali ini aku berjanji akan membuatmu puas, sayang.”Ah, Alia tidak begitu yakin dengan perkataan Abian.“Sure?” Alia mengedipkan mata.Abian mengangguk cepat. “Iya, sayang. Maaf, ya. Selama ini telah membuatmu kecewa di ranjang,” bisik Abian penuh rasa bersalah. Hanya itu yang dikatakan Abian.Lelaki itu tahu kesalahannya, membuat istri kecewa setiap permainan di ranjang. Entah apa alasannya meninggalkan Alia setelah dirinya puas, disaat Alia hampir dipuncak klimaks.“Dasar suami durhaka! Tidak pernah membuat istri puas!” maki Alia tepat di depan wajah Abian. Abian tersenyum menanggapi perkataan Abian itu, dia pun mengecup kening Alia. Kemudian membasahi kedua benda kenyal itu dengan air yang ada di bathtub. Alia pasrah dengan harapan Abian akan memuaskan hasrat bercinta dengan durasi panjang, walaupun di kamar mandi, itu tidak masalah. Awas saja kalau Abian menghentikan permainan itu di kamar mandi. Alia tidak akan diam saja! Dikecup leher jenjang Alia dengan lembut hingga membua
Airport.Alia dan Abian baru saja menginjakkan kaki di bandara. Mereka kembali ke Indonesia setelah hampir satu tahun berada di Amerika. Sejujurnya keduanya sangat betah tinggal di Los Angeles, tapi mau tidak mau harus kembali ke tanah kelahiran. Perusahaan obat milik Abian diserahkan pada seseorang yang sangat dipercaya untuk menggantikan pososinya. Jadi, Abian hanya bisa memantau perkembangan perusahaan dari jauh."Akhirnya kita kembali, sayang," ucap Abian dengan senyuman lebar. "Aku kangen kota Jakarta, deh," imbuhnya."Sama. Aku juga," sahut Alia.Mereka kembali dengan status pasangan suami istri. Bukan lagi Alia yang menjanda setelah cerai.Alia memperhatikan suasana bandara selalu ramai. Banyak orang berjalan ke sana kemari. Ada yang pulang tanpa ditunggu. Ada yang pergi sendiri. Ada yang pulang sendiri tanpa disambut, sama seperti Alia. Ah, Alia iri melihat orang baru keluar dari pintu ketibaan sudah siap diberi pelukan oleh orang-orang yang disayangi.Wajar tidak ada yang me
Sudah satu hari, Alia dan Abian menginap di hotel bintang lima mewah. Klasik, elegan, manis dan romantic terpancar begitu kuat dari desain kamar hotel ini. Sebuah ranjang putih bersih dan besar terlentang di tengah ruangan, di belakangnya terlihat lukisan bunga sakura, dan kursi di bawah kaki. Perabotan dengan bentuk unik terlihat pada lampu utama, membentuk bagaikan lilin yang terbungkus dengan cangkang kaca bulat indah. Sentuhan warna krim muda dan cerah dapat dikatakan mendominasi keseluruhan ruangan. Guratan-guratan ukiran dari emas terpatri di langit-langit ruangan. Jendela kaca yang lebar memperlihatkan balkon untuk meningkatkan pemandangan kota Jakarta. Kursi santai serta meja kerja di dekat jendela kaca yang mengarah ke balkon. Sempurna! Alia sangat betah tinggal di hotel tersebut. Berharap tidak pindah ke Apartment, tapi apalah daya. Sang suami mempunyai rencana beberapa hari ke depan akan pindah ke apartemen termahal di kota Jakarta setelah Abian menemukan apartment ya
HAPPY READING~ “Oh, shit!” Alia mengumpat kata-kata kasar. “Kenapa sayang?” Abian berbisik pelan menyadari perubahan ekspresi Alia secara mendadak. Mata Abian turun ke selembar kertas yang dipegang oleh Alia dengan tangan bergetar. Wanita itu menoleh pada Abian dengan sorot mata redup. Wajahnya teduh. Dia terluka. Hatinya tergores. Luka batin terlalu dalam, sehingga membutuhkan waktu lama untuk sembuh karena semua kenangan masih terekam jelas dan melekat di otaknya. Alia belum sepenuhnya lupa.Dia masih ingat dengan seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya.Dahi Abian berkerut, bertanya-tanya dengan rasa penasaran sekaligus bingung. Abian menyentuh pipi Alia, mengusap lembut bibir Alia dengan jempolnya. “Apa yang terjadi?” tanyanya.Alia memberikan benda di tangannya pada Abian dan langsung berpindah tangan.“Dari siapa?”Alia menggelang lemas seakan tidak ingin menjawab pertanyaan Abian. Dia bingung. Sungguh bingung. Tidak tahu merespon bagaimana. Akhirnya Abian mulai membaca t
Pemandangan kota Jakarta terlihat jelas dari jendela kaca hotel berbintang. Satu meja besar di isi oleh rekan kerja profesi sebagai Dokter dan perawat yang sudah mengenal Alia dan Abian cukup lama. Para wanita berpenampilan glamor dan cantik.Acara makan malam sebagai pertemuan pertama Alia dan Abian sekembalinya di Jakarta dari Amerika. Sekembalinya Alia Abian yang tidak disangka-sangka mengejutkan mereka. “Kemarilah dan duduk, Al,” ucap Ayora, sahabat Alia. Dia menepuk kursi agar Alia duduk di sana.Sebelum Alia datang, mereka tengah mengobrol ringan. Ya. Hanya beberapa orang saja yang datang di acara dinner. Ayora, Juwita, dan Elvan.Alia tersenyum mengangguk, duduk di samping Ayora dan sekaligus duduk di sebelah suaminya. Meletakkan minuman di depan Abian, tersenyum manis sembari mengelus lembut lengan Abian dengan tatapan romantis. “Sudah lama tidak bertemu. Kalian sehat semua?” sapa Alia, menatap mereka bergantian.“Tentu saja! Seharusnya kita sering bertemu,” jawab Juwita. “
Alia dan Abian berada di mobil menggunakan sopir pribadi, mereka berdua pergi ke toko pakaian. Mencari pakaian untuk hadir ke acara pernikahan Fahmi. Ya, Alia ingin tampil kece dan cantik di pesta pernikahan, mengenakan gaun pesta modern agar menjadi pusat perhatian. Gaun dengan desain model simpel dan elegan. Saat sampai di toko milik Designer terbaik di kota itu—mempunyai koleksi terbaru tak kalah cantik dengan koleksi lamanya. Keduanya di sambut ramah dan di sapa hangat oleh para pelayan. Ada salah satu pelayan yang menawarkan bantuan. “Ada yang bisa saya bantu, Kak?” “Saya ingin mencari gaun pesta dan setelan jas untuk suami saya,” jawab Alia memberi tahu ke pelayan. “Baik.” Pelayan sangat sopan. “Mau melihat gaun pesta terlebih dahulu? Kebetulan ada gaun cantik koleksi terbaru dari kami,” lanjutnya memberi tahu. “Boleh, deh,” putus Alia. “Mari silahkan.” Alia pun menggandeng lengan Abian dengan semangat, mengikuti langkah pelayan itu. Sepanjang langkah mata Alia mengedar
Tiffany tak peduli ucapan Misella. "Mama melakukan ini demi pernikahan kamu," pungkas Tiffany membela diri. Dia tidak kapok untuk kembali menekan panggilan ke nomor di kontaknya. Hampir semua nomor orang yang tersimpan di ponsul sudah dihubungi dan hanya beberapa saja yang menerima undangannya. "Hallo, Bu. Ini saya Tiffany, istri dari Pak Robert," sapa Tiffany dengan nada ceria dan semangat ketika panggilan sudah terhubung. Tiffany menelfon istri dari pemilik perusahaan yang pernah bekerja sama dengan perusahaan milik suaminya. "Oh, hallo ... Tiffany? Astaga! Sudah lama tidak berbincang denganmu," balas wanita bernama Carisa itu tak kalah semangat. Tiffany mengembangkan senyuman mendengar respon dari Carisa itu, ikut bersemangat dan terbawa suasana heboh. "Benar! Sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabar Anda?" "Tentu saja baik-baik saja!" jawab Carisa. "Oh, ya. Dengar-dengar putrimu sudah melahirkan?" "Benar sekali. Misella melahirkan seorang putri cantik, wajahnya mirip den
Di tengah malam. Fahmi melangkah pelan sambil memegang segelas anggur merah. Lelaki berkaos putih itu berdiri menikmati pemandangan kota Jakarta dari ketinggian di kaca besar dan lebar. Tangan kanan tenggelamkan di kantong celana, sedangkan tangan kiri memegang gelas anggur. Sesekali meneguk anggur itu sedikit demi sedikit. Senyuman tipis terlihat jelas. Suasana hatinya sedang happy. Rasanya tidak pernah menyangka. Kehidupan bagaikan roda berputar. Dulu Fahmi mengira dirinya akan jatuh miskin setelah bercerai. Siapa sangka setelah bercerai dan keluar dari penjara hidupnya berubah total! Tinggal di apartemen Belleza, apartemen khusus orang yang mampu dan berduit saja. Dering ponsel menandakan ada panggilan masuk. Fahmi menggerutu kesal karena merasa terganggu sekali disaat sedang menikmati keindahan kota di malam hari, namun mau tidak mau harus melihat siapa yang menelponnya. Lelaki itu memutar badan untuk mengambil ponsel yang masih menyala. Dengan cepat mengangkat panggilan itu,