Al mengepalkan kedua tangannya dengan begitu emosi karena solusi tidak masuk akal yang diberikan oleh Ice.
"Papa setuju dengan saran yang diberikan Ice!" sahut Barack.
"Pa!" protes Al.
"Al! Kalau memang Rexi sayang sama kamu. Maka, dia akan memilih kamu. Tapi, kalau malah sebaliknya, maka kamu harus merelakan dia demi kebahagiaannya!" tegas Bellina dengan kedua mata yang mengalirkan air mata.
"Rexi bisa bahagia tanpa harus sama kamu," lanjut Bellina.
"Enggak! Gue bakalan bertanggung jawab sama apa yang udah gue lakuin sama Rexi. Rexi itu sepenuhnya milik gue!" tegas Al.
"Mau gue punya anak di dalam perut Rexi atau enggak, tetap aja dia milik gue dan nggak akan ada orang yang bisa mengklaim dia!" lanjutnya lagi.
Rexi yang mendengarkan perkataan Al, dia langsung menatap pria itu dengan tatapan yang begitu nanar.
"Lo uda
Al menatap Rexi dengan tatapan sendunya."Matanya kenapa?" batin Rexi saat menangkap tatapan Al."Kenapa lo enggak mau buat nikah sama gue?" tanya Al lemas."Karena gue enggak suka karena gue enggak suka sama semua sikap yang memiliki!" jawab Rexi."Lo itu kasar. Lo itu pembohong! Gue enggak suka!" balasnya lagi.Kedua mata Rexi sudah mulai berkaca-kaca.Grep!Al menarik Rexi ke dalam pelukannya."Nikah sama gue aja, yah? Gue enggak mau kalau lo jadi milik orang lain," ujar Al."Lo cuma milik gue. Lo milik Al. Cuma milik gue, enggak ada yang lain selain gue," lanjutnya."Lo egois!" bentak Rexi.Rexi mendorong Al dengan kasar sehingga membuat pelukan itu terlepas."Asal lo tahu, gue nyesal banget untuk ngelakuin hal kotor itu sama lo!"
Rexi sekarang sudah berada di dalam mobil Al."Sial! Jawab telepon gue bajingan!" teriak Rexi frustasi.Rexi menancap gas mobilnya dengan kuat, pastinya tanpa arah dan tujuan ke mana dia akan mencari si pria berengsek itu, Alvaro Addison."Gue harus cari bajingan itu di mana, Tuhan?!" tanya Rexi bingung disertai emosi.Rexi terus berusaha untuk berpikir tempat di mana Al pergi untuk bunuh diri (?)Seketika Rexi akan sesuatu yang tak terpikirkan oleh otaknya sedari tadi.Rexi menginjak rem mobilnya dengan cepat, untung saja tak ada kendaraan di belakangnya. Jika ada, maka akan ada berita kecelakaan di jam satu malam lewat itu.Rexi mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi pelacak di sana."Gotcha! Dia sekarang ada di bar Erimary!" pekik Rexi bahagia.Iya, Rexi melacak keberadaan Al.&
Masih di hari dan tempat yang sama."Gue hamil, Al! Gue mikirin cara gimana caranya biar hati gue mau menerima lo kembali! Tapi, apa balasan lo buat gue?!" bentak Rexi."Lo dan Renata malah- Arggg!" Rexi mengusap wajahnya dengan frustasi, tak tahu harus mengatakan apa lagi kepada Al yang begitu bejad."Ternyata pemikiran gue tentang lo salah besar!" sinis Rexi.Rexi benar-benar terpukul dan tak tahu berkata apa lagi.Rexi benar-benar di ambang rasa lelahnya yang tak tahu harus berbuat apa.Mulutnya benar-benar tak mampu untuk berbicara sedikitpun!"Gue enggak tahu harus berbuat apa! Kenapa harus berakhir kayak gini?!" tanya Rexi di dalam hati."Di saat gue mau buka hati buat si berengsek ini ... Kenapa ... Kenapa dia malah santai banget buat ngehancurin semuanya dengan tenang?!" tanya Rexi lagi yang benar-benar tak pe
Drttttt...Ponsel Rexi yang dipegang oleh Kiara tiba-tiba berdering.Incoming call from Brave Ice"Bang Ice nelpon Rexi," gumam Kiara panik.Kiara menggigit bibir bawahnya karena bingung, haruskah dia mengangkat panggilan masuk dari Ice ataukah tidak.Incoming call from Brave Ice"Sialan! Bang Ice nelpon lagi!" kesal Kiara saat panggilan masuk dari Ice kembali muncul di ponsel Rexi."Rexi belum sadar dan Al belum ada balik juga!" kesalnya lagi.Karena merasa kesal dan tak tahu harus berbuat apa, Kiara akhirnya mengangkat panggilan masuk dari Ice dengan sangat terpaksa."Rex! Akhirnya lo angkat juga panggilan telepon gue!" seru Ice dengan keras.
Masih di tempat dan waktu yang sama."Ra! Lo belum balik?" tanya Al yang baru keluar dari kamar inap Rexi."Hum ... Yang lo lihat," jawab Kiara malas. Menurutnya, pertanyaan Al tak masuk akal."Uhm ... Sorry, gue enggak bisa nganterin lo balik. Soalnya, gue harus jaga Rexi sama janinnya!" kata Al dengan nada sinis disertai sindiran untuk Ice yang ada di sampingnya.Ice mengepalkan kedua tangannya dengan begitu emosi."Ah iya! Gue baru ingat! Lo hutang penjelasan sama gue, Al! Apa maksud ucapan gila lo itu?!" tanya Kiara heboh."Ck! Katanya teman. Tapi, kok, temannya dalam masalah besar, dia malah enggak tahu," sindir Ice sambil tersenyum menyeringai.Kiara mendecih sinis saat mendengarkan sindiran pedas dari Ice."By the way, gue nanya sama Al. Bukan sama lo!" sinis Kiara usai menatap Ice dengan sangat malas.&
Masih di tempat dan waktu yang sama.Rexi mengerutkan keningnya saat melihat respon Al."Al ... Lo enggak-""Gue bakalan pergi dari hidup lo!" potong Al cepat."Ini kesalahan gue, bukan kesalahan anak itu. Biarin dia hidup dengan damai layaknya janin di luar sana. Yang salah ayahnya, bukan anaknya!" jelas Al."..."Al menghela napas panjang."Gue bakalan pergi asalkan lo janji sama gue. Lo harus jaga anak kita. Jaga dia dan jangan sakiti dia. Ingat, yang salah ayahnya, bukan dia," lanjutnya lagi sambil tersenyum tipis."..."Rexi bergeming saat mendengarkan penuturan dari Al.Al menggerakkan tangan kanannya untuk mengacak-acak halus rambut Rexi."Lo tenang aja. Gue bakalan pergi cepat, kok. Demi lo," kata Al lembut.Al menundukkan kepa
Masih scene Kiara dan Ice.Kiara langsung menangis usai Ice berkata bahwa dia ingin anak laki-laki ataukah perempuan."Enggak! Gue enggak mau!" teriak Kiara sambil menangis.Ice tersenyum tipis, lalu memperbaiki posisinya menjadi duduk."Ck! Baru gitu aja, lo udah nangis. Gue juga punya batas!" sinis Ice."Coba aja kalau malam tadi gue enggak sadar. Gue yakin bakalan keluar di dalam. Mampus! Lo bakalan bunting sembilan bulan!" ancam Ice."Sialan!" umpat Kiara kesal.***
Masih di tempat dan waktu yang sama.Al tersenyum melihat tingkah Rexi."It's okey kalau lo emang masih ragu sama gue. Enggak apa-apa juga kalau emang lo enggak mau jujur sama gue," ujar Al lembut."Gue-""Gue enggak apa-apa, kok! Gue beneran enggak nethink, Al!" kata Rexi memotong."Hum ..." Al hanya berdeham. Malas untuk melanjutkan perdebatan.Al menjatuhkan pandangannya untuk menatap ke arah perut rata milik Rexi."Uhm ... Menurut lo, nanti yang jadi bakalan cewek atau cowok?" tanya Al penasaran sambil menunjuk perut rata Rexi.Plak!Rexi memukul jari telunjuk Al dengan begitu kesal."Anjir!" kaget Al."Ini orok bakalan jadi anak lo nantinya! Jangan lo tunjuk-tunjuk kayak milih cakar di pasar loak!" sinis Rexi."Heung ... Barang ju