Masih di tempat dan waktu yang sama.
"Ra! Lo belum balik?" tanya Al yang baru keluar dari kamar inap Rexi.
"Hum ... Yang lo lihat," jawab Kiara malas. Menurutnya, pertanyaan Al tak masuk akal.
"Uhm ... Sorry, gue enggak bisa nganterin lo balik. Soalnya, gue harus jaga Rexi sama janinnya!" kata Al dengan nada sinis disertai sindiran untuk Ice yang ada di sampingnya.
Ice mengepalkan kedua tangannya dengan begitu emosi.
"Ah iya! Gue baru ingat! Lo hutang penjelasan sama gue, Al! Apa maksud ucapan gila lo itu?!" tanya Kiara heboh.
"Ck! Katanya teman. Tapi, kok, temannya dalam masalah besar, dia malah enggak tahu," sindir Ice sambil tersenyum menyeringai.
Kiara mendecih sinis saat mendengarkan sindiran pedas dari Ice.
"By the way, gue nanya sama Al. Bukan sama lo!" sinis Kiara usai menatap Ice dengan sangat malas.
&
Masih di tempat dan waktu yang sama.Rexi mengerutkan keningnya saat melihat respon Al."Al ... Lo enggak-""Gue bakalan pergi dari hidup lo!" potong Al cepat."Ini kesalahan gue, bukan kesalahan anak itu. Biarin dia hidup dengan damai layaknya janin di luar sana. Yang salah ayahnya, bukan anaknya!" jelas Al."..."Al menghela napas panjang."Gue bakalan pergi asalkan lo janji sama gue. Lo harus jaga anak kita. Jaga dia dan jangan sakiti dia. Ingat, yang salah ayahnya, bukan dia," lanjutnya lagi sambil tersenyum tipis."..."Rexi bergeming saat mendengarkan penuturan dari Al.Al menggerakkan tangan kanannya untuk mengacak-acak halus rambut Rexi."Lo tenang aja. Gue bakalan pergi cepat, kok. Demi lo," kata Al lembut.Al menundukkan kepa
Masih scene Kiara dan Ice.Kiara langsung menangis usai Ice berkata bahwa dia ingin anak laki-laki ataukah perempuan."Enggak! Gue enggak mau!" teriak Kiara sambil menangis.Ice tersenyum tipis, lalu memperbaiki posisinya menjadi duduk."Ck! Baru gitu aja, lo udah nangis. Gue juga punya batas!" sinis Ice."Coba aja kalau malam tadi gue enggak sadar. Gue yakin bakalan keluar di dalam. Mampus! Lo bakalan bunting sembilan bulan!" ancam Ice."Sialan!" umpat Kiara kesal.***
Masih di tempat dan waktu yang sama.Al tersenyum melihat tingkah Rexi."It's okey kalau lo emang masih ragu sama gue. Enggak apa-apa juga kalau emang lo enggak mau jujur sama gue," ujar Al lembut."Gue-""Gue enggak apa-apa, kok! Gue beneran enggak nethink, Al!" kata Rexi memotong."Hum ..." Al hanya berdeham. Malas untuk melanjutkan perdebatan.Al menjatuhkan pandangannya untuk menatap ke arah perut rata milik Rexi."Uhm ... Menurut lo, nanti yang jadi bakalan cewek atau cowok?" tanya Al penasaran sambil menunjuk perut rata Rexi.Plak!Rexi memukul jari telunjuk Al dengan begitu kesal."Anjir!" kaget Al."Ini orok bakalan jadi anak lo nantinya! Jangan lo tunjuk-tunjuk kayak milih cakar di pasar loak!" sinis Rexi."Heung ... Barang ju
Apartemen -"Mom ... Come on ..." pinta Al manja kepada sang ibu."Tak bisa, Al. Mama tak punya wewenang penuh. Semua keputusan ada pada papa kamu. Dia kepala keluarga di sini," ujar Bellina lembut, menolak permintaan sang anak."Sekali papa kamu bilang tidak, artinya tidak. Tidak ada yang bisa mengganggu gugat! Toh ... Kamu juga tahu, bagaimana sifat asli papa kamu, kan? Enggak bisa dibantah!" lanjut Bellina memperingati sang anak."Ck! Cuma papa tiri pun. Sombongnya selangit!" gumam Al pelan.Plak!Bellina memukul tangan Al dengan kesal."Itu papa kamu!" tegas Bellina."Tiri pun!" balas Al kesal."Al!" ancam Bellina sambil menatap Al dengan tajam."Ck! Belain aja terus, Ma. Anaknya minta restu buat nikah. Eh ... Mamanya malah milih buat di pihak lawan. Enggak niat banget lih
Usai berbicara dengan Ice, Al memilih untuk kembali berjalan menuju ruang inap Rexi dengan emosi.Brak!Rexi kaget bukan main saat Al tiba-tiba masuk ke kamar inapnya sambil membanting pintu dengan sangat keras."Al!" teriak Rexi dengan sangat kesal."Ck! Sialan!" umpat Al emosi.Rexi mengangkat sebelah alisnya saat mendengarkan kalimat umpatan yang keluar dari mulut Al."Lo kenapa, sih?! Baru datang udah emosi aja!" tanya Rexi kesal.Al tak memperdulikan Rexi, dia lebih memilih untuk
"Apa lo yakin kalau lo bis merubah keputusan papa?" tanya Rexi ragu.Rexi paham bagaimana sifat sang papa. Keras kepala dan tak mau bila dibantah. Apa yang papa nya katakan, itulah yang harus terjadi. Tak ada sanggahan ataupun penolakan, keputusan Barack adalah hal yang tak boleh diubah."Hum ... Gue bisa," jawab Al santai."Kalau emang enggak bisa, bakalan gue bikin sampai bisa," lanjutnya tenang."Al ... Tolong deh. Lo enggak lagi mikirin hal-hal yang negatif, kan?" keluh Rexi yang juga tahu bagaimana seorang Alvaro Addison."Uhm ... Pikiran itu bakalan datang kalau apa yang gue mau enggak dituruti," jawab Al.
"Lo jangan banyak bicara Al, nanti bisa-bisa lo salah ucap di depan papa," bisik Rexi si telinga kanan Al.Al hanya tersenyum tipis mendengarkan peringatan dari Rexi."Rexi ... Kamu lihat sendiri kalau Anggara itu CEO sukses, penurut dengan orang tua, kaya raya dan nilai tambahnya, dia tampan. Apa kamu tertarik dengan Anggara?" tanya Barack pada intinya."Ha?!"Rexi menatap sang papa dengan kaget."Apa maksud ucapan papa?!" tanya Al emosi.Al mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat karena tak suka arah pembicaraan sang papa.&nbs
Dentuman musik di tempat hiburan malam itu membuat semua orang bergoyang ke sana ke mari.Ada yang bahkan bergoyang sambil mengangkat botol alkohol dengan tinggi.Ada yang bergoyang dengan orang asing yang tak mereka kenali. Lebih tepatnya, pendekatan.Bahkan, ada yang tak tahu malu untuk melakukan hal intim di tempat itu. Baik di atas meja, di atas sofa atau bahkan di atas meja bartender.Al melihat semua hal itu dengan jelas karena dia ingin menghabiskan waktunya di tempat hiburan malam ini dulu. Dia lumayan pusing untuk mengurus ayah tiri tua bangka nya yang egois.Seseorang menepuk pundak Al dari belakang, membuat Al refl
-INDONESIA - APARTEMEN ANGGARA - 20:12 -Anggara melihat Meki yang berbaju rapi turun dengan terburu-buru dari kamarnya."Mau ke mana lo?" tanya Anggara pada wanita berusia tiga puluh tahunan itu."Mama mau pergi ke rumah sakit," jawab Meki."Lo mau jenguk siapa?" tanya Anggara lagi."Papamu," jawab Meki."Ck! Lo stres atau gimana?! Bukannya bokap gue lagi di Singapura?! Sejak kapan rumah sakit yang di Singapura pindah ke Indonesia?!" seru Anggara meremehkan Meki."Papamu dipindahkan d
Indonesia, 10:49 -Anggara mengepalkan tangannya saat melihat pemandangan panas antara Al dan Rexi. Ingin rasanya Anggara melayangkan tinjunya kepada Al, tetapi dengan cepat dia meredamkan semua niatnya demi menjaga image di depan Bellina, Barack dan Rexi.Anggara hanya tersenyum sinis, lalu melipat kedua tangan di depan dadanya."Terima kasih karena sudah memberikan saya ilmu untuk praktek. Akan saya usahakan saat menikah dengan Rexi nanti, pembelajaran yang anda berikan kepada saya akan saya laksanakan lebih baik lagi daripada cara anda," kata Anggara dengan nada santai dan berhasil membuat emosi Al memuncak."Ang-"
Alvaro Addison!" teriak Barack.Al tidak memperdulikan teriakan Barack, tetapi membalasnya hanya dengan sebuah senyuman tipis.Dengan kasar Barack menarik kerah Al untuk mundur. Dan tarikan Barack berhasil menghentikan aktifitas Al yang melahap agresif bibir Rexi.Satu tamparan keras dari Barack berhasil melayang pada pipi kanan Al. Tak ada pergerakan dan respon dari Al setelah ditampar oleh Barack."Barack! Kamu kenapa menampar Al?!" tanya Bellina, lalu menarik Al ke dalam pelukannya."Harusnya kamu tahu, apa kesalahan anak kandungmu ini!" jawab Barack dengan suara membentak Bellina."Ya! Aku tahu apa kesalahan anakku! Tapi, kamu jangan pernah menyakiti fisiknya atau bahkan menamparnya, karena dia tidak pernah menyentuh bahkan menyakiti fisikmu!" balas Bellina marah."Kau membela anakmu yang jelas-jelas sudah bersalah?!" ta
Rumah sakit, 21:12 -"Apa yang terjadi dengan Rexi?!" tanya Barack dengan khawatir saat baru datang."Masih perduli lo sama anak sendiri?" sinis Al."Alvaro Addison! Jaga bicara kamu!" marah Barack.Alvaro mendecih sinis. Drama!"Bagaimana dengan keadaan Rexi, Bellina?" tanya Barack kepada sang istri."Rexi masih ada di dalam ruang pemeriksaan. Dokter sedang menanganinya. Kamu tenang saja, dia pasti tidak akan apa-apa," jawab Bellina lembut."Tapi, aku khawatir kalau ada hal yang buruk
Indonesia, 06:13 -Ice terbangun dari tidurnya, dia menguap dengan lebar.Pandangan mata pria itu teralih untuk menatap seorang wanita yang ada di sampingnya."Sial! Hampir aja gue kebablasan tadi malam!" kesal Ice pada dirinya sendiri yang penuh nafsu gila itu.Ice mengancing resleting celananya."Untung aja gue enggak keluar di dalam. Sekali keluar di dalam, efeknya besar. Cukup sekali aja gue ngelakuin hal gila itu!" keluhnya.Ice melirik ke arah Kiara, lalu bersandar di pintu mobilnya. Ah iya, malam tadi Ice dan Kiara hampir melakukan hubungan int
Dentuman musik di tempat hiburan malam itu menggema di telinga para pengunjungnya, termasuk Ice.Malam ini, Ice menghabiskan beberapa jam waktunya untuk menikmati beberapa botol minuman keras di salah satu club langganannya."Gue enggak habis pikir, kenapa Rexi mau banget sama cowok berengsek itu? Kalau memang anaknya butuh papa. Ya udah, cari aja cowok lain yang mau ganti posisi Al! Gampang, kan?!" omel Ice, lalu kembali meneguk alkoholnya.Mata Ice mengitari seisi club itu, bosan rasanya kalau hanya minum tanpa ada kawan bicara.Kedua mata Ice memicing saat tak jauh dari posisinya, dia melihat seorang wanita yang sangat dia kenal tengah menggunakan tank top mini
"Lo enggak bosan duduk di situ mulu sambil lihat bintang, Rex?" heran Al.Masalahnya, Rexi dari tadi hanya duduk di depan jendela kamarnya sambil menatap bintang-bintang di langit. Apa spesial nya coba?!"Diam, Al! Gue lagi fokus!" seru Rexi."Fokus apa?" tanya Al penasaran."Hitung bintangnya!" jawab Rexi antusias.Al mendengkus kesal sambil memutar kedua bola matanya dengan sangat malas. Ada-ada saja kelakuan ibu hamil satu ini."Sampai kiamat pun, lo enggak akan bisa buat hitung semua bintang yang ada di langit! Enggak ada yang bisa!" kata Al kesal.
Saat Al dan Rexi sedang enak-enaknya melakukan hubungan intim mereka, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamar Al.Al tersenyum tipis, lalu menekan remote control kamar Rexi dan membuat kuncian pintu itu terbuka otomatis.Mungkin karena malas menunggu sang pemilik kamar yang tak kunjung membuka pintu, si pengetuk akhirnya membuka pintu kamar Rexi dengan pelan.Kedua matanya membulat dengan begitu lebar saat mendapati Al dan Rexi berbaring di atas ranjang dengan pakaian setengah telanjang.Rexi yang sadar akan hal itu langsung buru-buru menutup seluruh tubuhnya dan tubuh Al menggunakan selimutnya."Sorry, udah ganggu kalian," kata si pengetuk.Al tersenyum sinis.Baru saja orang itu ingin pergi dari hadapan kamar Rexi, langkah kakinya terhenti saat Al memanggilnya."Anggara!" panggil Al."..."
"Jaga ucapan lo, Rexi Alexa! Dia papa kita!" bentak Ice memperingati sikap kurang ajar sang adik.Rexi menatap ke arah Ice."Semoga aja lo enggak ngerasain apa yang gue rasain ini, Bang," kata Rexi nanar."Lo jangan cap Al sebagai cowok berengsek, sedangkan lo juga sama seperti Al!" sinis Rexi."Lo ingat sama Kiara, kan? Lo jangan lupa sama Kiara," ujar Rexi menyindir.Iya, Rexi tahu kalau Kiara dan Ice sudah pernah melakukan seks sebelumnya. Jadi, apa bedanya Ice dan Al?"Kita lagi enggak bahas masalah Kiara!" seru Ice.Rexi berdeham malas sambil tersenyum menyeringai. Ice tak dapat berkutik.Rexi membalikkan badannya dan berniat untuk pergi dari kekacauan itu, tetapi Barack menahannya."Kamu mau ke mana, Rexi?!" tanya Barack."Mau pergi buat tenangin diri dari ayah yang engg