Rexi berbaring di atas kasurnya sambil menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut tebal berwarna putihnya.
"Ck! Ngapain Bang Ice mabuk kayak gini, sih?! Enggak biasanya dia mabuk kayak gini," gumam Rexi sambil menghapus air matanya dengan kasar.
Sekitar beberapa menit Rexi menangis, seseorang tiba-tiba masuk ke kamarnya.
Seketika orang itu memeluk tubuh Rexi, membuat Rexi kaget saja.
Orang itu masuk ke selimut Rexi membuat Rexi langsung menatap ke arah orang itu.
Rexi mengedipkan kedua matanya berkali-kali lalu mendecih dan memunggungi sang pelaku.
"Hah ... Sejak kapan lo boleh munggungi gue?" tanya Ice malas.
"..."
Rexi terdiam.
Ice yang merasa kesal tak direspon langsung dengan cepat membalikkan badan Rexi untuk berhadapan dengannya.
"Lo habis nangis? Mata lo kenapa sembab gini?" tanya Ice.
From Anggara Dolken :Ya udah kalau gitu.From Anggara Dolken :Gue enggak kasih izin buat datang terlambat!From Rexi Alexa :Sialan! Ini simpanse suka banget main ngancam!From Rexi Alexa :Tolong ngerti sama keadaan gue dong, Angga.From Anggara Dolken :Mau dingertiin?From Anggara Dolken :Ogah gue!From Anggara Dolken :Gue bosnya, bukan lo.From Anggara Dolken :Nego, kan?From Anggara Dolken :Enggak terima negosiasi gue.
Dengan sekuat tenaga Rexi berusaha untuk melepaskan cengkeraman Al pada tangannya. Tapi, nihil, Al mencengkeram pergelangan tangannya dengan begitu kuat dan juga begitu erat. Seakan-akan meng-klaim bahwa Rexi adalah miliknya dan tak seorangpun yang boleh menyentuh wanita itu selain hanya dirinya."Akh sial! Ini benar-benar sakit! Al cengkeram tangan gue kuat banget!" batin Rexi di dalam hatinya."Bisa buat enggak nyakitin cewek gue, enggak?" tanya Anggara sinis sambil menyunggingkan senyum kecilnya ke arah Al.Semuanya kaget bukan main dengan apa yang dikatakan oleh Anggara."Cewek?!" tanya Al kaget.Anggara tersenyum sinis."You know that," jawab Anggara tenang.Al mengalihkan pandangannya dan langsung menatap tajam ke arah Rexi.Rexi mendengkus kesal sambil menatap Anggara dengan emosi."Lo jangan ngaku-ngaku deh! Lo buk
- Sekolah - 09:12 AM -Rexi berjalan santai untuk masuk ke kelasnya. Renata yang tengah duduk tenang langsung menatapnya dengan begitu sinis dan tak suka. Rexi yang sadar akan hal itu hanya mendengkus kesal."Lo acuhin aja, Rex. Enggak usah diurus," batin Rexi di dalam hatinya sambil memutar kedua bola matanya dengan begitu malas.Rexi perlahan duduk di kursinya yang tepatnya berada di samping Kiara."..."Kiara melirik ke arah Rexi dengan canggung."Gue harus minta maaf sama Rexi. Lo harus minta maaf sama Rexi, Ki," batin Kiara sambil menunduk dengan sedih.Rexi yang juga tampak tak peduli lebih memilih untuk membaca buku saja.Sudah tiga menit lebih berlalu, tetapi Kiara tak kunjung meminta maaf kepada Rexi."Sial! Mulut gue susah banget buat ngomongnya!" batin Kiara kesal.Rexi tiba-tiba meletakkan buku
"Oke! Gue akui kalau gue itu emang bodoh. Gue pecundang. Gue bego. Gue juga salah karena udah ninggalin lo dan percaya sama penjelasan gila Al. Gue akui kalau gue emang salah, Rex. Tapi, setidaknya kasih gue kesempatan kedua, Rex ..." lirih Deian sambil menunduk sedih.Rexi tersenyum sinis, lalu kemudian mendorong Deian dengan kasar."Rex ..."Rexi tidak perduli dengan panggilan Deian, dia perlahan berdiri dari duduknya sambil menatap Deian yang bersujud di hadapannya.Ah ... Dunia benar-benar berubah, yah.Rexi menghapus air matanya dengan kasar. Perlahan dia sudah merasa baik dan normal."Sayangnya, gue udah enggak percaya sama yang namanya kesempatan kedua," kata Rexi sinis sambil tersenyum menyeringai.Deian berdiri dengan cepat karena kaget dengan keputusan Rexi. Ah ... Bukannya kaget, sih, hanya saja dia tidak terima.Baru saja Rexi
Degh! Blush!Saat jantung Rexi berdetak, saat itu juga wajahnya merona saat mendengarkan permintaan Al.Rexi menundukkan kepalanya dengan cepat sambil menggigit bibir bawahnya."Sial! Kenapa gue bisa malu di saat kayak gini, sih?! Waktu sekarang enggak mendukung bodoh! Oh damn!" pekik Rexi di dalam hatinya dengan emosi dan kesal.Al memegang pipi Rexi, lalu menatap wanita itu dengan santai dan tenang."Lo mau kalau gue puas dan udah enggak rebut lagi punya lo? Ah ... Gue mau, kok, asalkan lo punya buah dari gue," kata Al santai sambil tersenyum menyeringai.Rexi membulatkan matanya dengan lebar."Lo gila! Ha?! Gue enggak sudi punya suami kayak lo! Punya pacar kayak lo aja ogah! Haram bagi gue!" teriak Rexi keras.Plak!Al menampar Rexi dengan begitu keras saat dia mendengarkan penuturan dari wanita itu. Dia benar-benar emo
Al masih setia berdebat dengan Rexi di dalam kamar wanita itu. Benar-benar membosankan.Baru saja Rexi bergegas untuk keluar dari kamarnya, tetapi Al tiba-tiba memeluknya dari samping."Al!" kesal Rexi memperingati.Al menggelengkan kepalanya, Rexi yang paham akan hal itu langsung menghela napas kasar."Sialan! Terserah lo, Bangsat!" kesal Rexi dan kembali duduk di tempatnya semula."Pindah lo!" tegas Rexi sambil mendorong Al dengan kasar.Al melepaskan pelukannya, lalu mendecih kesal."Bisa enggak, sehari aja lo manjain gue, Rex?!" tanya Al kesal.Rexi langsung menatap Al dengan tajam."Manja apalagi, sih, Dajjal?! Apalagi yang kurang, Anjing?!" tanya Rexi kesal dan emosi."Gue udah nurut apa kata lo. Gue udah kasih lo akses buat tanda kiss mark gila ini di leher gue. Apalagi yang kurang, Bangsat?!" tanya
Al tersenyum menang saat melihat setengah dari punggung polos Rexi terekspos karena tak tertutupi selimut putih tebalnya.Ah ... Al tak menyangka, Rexi menjadi wanita yang bodoh dan tak punya otak.Awalnya Al tak percaya, bagaimana bisa Rexi memilih pilihan yang merusak dirinya hanya untuk memenangkan egonya?Ya, Rexi memilih pilihan pertama yang diberikan oleh Al. Berharap dia mengandung anak Al agar pria itu hilang dari kehidupannya."Dan sekarang, lo udah benar-benar jadi milik gue, dan enggak akan pernah bisa buat lepas jauh dari gue," batin Al sambil tersenyum menyeringai.Al memberikan kecupan lembut pada punggung Rexi, membuat Rexi menggeliat geli saja.Al perlahan bergerak untuk masuk ke dalam selimut Rexi, dia bahkan dengan cepat melakukan hal tak senonoh pada Rexi."Uhm ... Al ... Ke ... Keluar ... Akh!"Usai mendapatkan perintah
"Ha?! Rexi tidur?! Tumben banget, biasanya dia tidur di jam dua belas malam, kan?" tanya Ice keheranan."Ini masih jam delapan malam lagi," lanjut Ice sambil memperlihatkan jam tangannya."Hah ... Katanya, dia capek, banyak tugas, sama lelah," kata Al yang berusaha untuk mengalihkan perhatian Ice."Rexi sakit?!" seru Ice yang salah mengartikan.Al mendengkus kesal.Al menarik Ice dengan begitu geram."Al!" pekik Ice."..."Tiba-tiba saja Ice menghentikan langkahnya, begitupun Al yang juga menghentikan langkahnya."Bau lo. Bau lo kayak bau ..." Ice terdiam dan berusaha untuk berpikir."...""Itu apaan di leher lo?" tanya Ice sambil melirik ke arah leher Al.Al kaget bukan main. Dia lupa untuk menutup kiss mark yang dibuat oleh Rexi."Oh shit! Kenapa bisa gu