Al masih setia berdebat dengan Rexi di dalam kamar wanita itu. Benar-benar membosankan.
Baru saja Rexi bergegas untuk keluar dari kamarnya, tetapi Al tiba-tiba memeluknya dari samping.
"Al!" kesal Rexi memperingati.
Al menggelengkan kepalanya, Rexi yang paham akan hal itu langsung menghela napas kasar.
"Sialan! Terserah lo, Bangsat!" kesal Rexi dan kembali duduk di tempatnya semula.
"Pindah lo!" tegas Rexi sambil mendorong Al dengan kasar.
Al melepaskan pelukannya, lalu mendecih kesal.
"Bisa enggak, sehari aja lo manjain gue, Rex?!" tanya Al kesal.
Rexi langsung menatap Al dengan tajam.
"Manja apalagi, sih, Dajjal?! Apalagi yang kurang, Anjing?!" tanya Rexi kesal dan emosi.
"Gue udah nurut apa kata lo. Gue udah kasih lo akses buat tanda kiss mark gila ini di leher gue. Apalagi yang kurang, Bangsat?!" tanya
Al tersenyum menang saat melihat setengah dari punggung polos Rexi terekspos karena tak tertutupi selimut putih tebalnya.Ah ... Al tak menyangka, Rexi menjadi wanita yang bodoh dan tak punya otak.Awalnya Al tak percaya, bagaimana bisa Rexi memilih pilihan yang merusak dirinya hanya untuk memenangkan egonya?Ya, Rexi memilih pilihan pertama yang diberikan oleh Al. Berharap dia mengandung anak Al agar pria itu hilang dari kehidupannya."Dan sekarang, lo udah benar-benar jadi milik gue, dan enggak akan pernah bisa buat lepas jauh dari gue," batin Al sambil tersenyum menyeringai.Al memberikan kecupan lembut pada punggung Rexi, membuat Rexi menggeliat geli saja.Al perlahan bergerak untuk masuk ke dalam selimut Rexi, dia bahkan dengan cepat melakukan hal tak senonoh pada Rexi."Uhm ... Al ... Ke ... Keluar ... Akh!"Usai mendapatkan perintah
"Ha?! Rexi tidur?! Tumben banget, biasanya dia tidur di jam dua belas malam, kan?" tanya Ice keheranan."Ini masih jam delapan malam lagi," lanjut Ice sambil memperlihatkan jam tangannya."Hah ... Katanya, dia capek, banyak tugas, sama lelah," kata Al yang berusaha untuk mengalihkan perhatian Ice."Rexi sakit?!" seru Ice yang salah mengartikan.Al mendengkus kesal.Al menarik Ice dengan begitu geram."Al!" pekik Ice."..."Tiba-tiba saja Ice menghentikan langkahnya, begitupun Al yang juga menghentikan langkahnya."Bau lo. Bau lo kayak bau ..." Ice terdiam dan berusaha untuk berpikir."...""Itu apaan di leher lo?" tanya Ice sambil melirik ke arah leher Al.Al kaget bukan main. Dia lupa untuk menutup kiss mark yang dibuat oleh Rexi."Oh shit! Kenapa bisa gu
Masih diwaktu yang sama.Al masih setia untuk membentak Rexi, bahkan pria itu malah semakin geram dan juga emosi kepada Rexi.Aksa yang melihat perilaku kasar Al kepada Rexi hanya bisa menggelengkan kepala tak habis pikir."Al! Lepasin Rexi!" seru Aksa."Diam! Lo enggak ada hubungannya, Sialan!" teriak Al membentak Aksa."Lepasin gue!" teriak Rexi sambil memberontak."Lo pulang sekarang juga!" tegas Al sambil menatap Rexi dengan tajamnya."Enggak! Buat apa gue disan? Yang ada di sana, gue cuma disiksa!" lawan Rexi.Al yang mendengarkan perlawanan Rexi, menggeram rendah."Al!" pekik Rexi kesakitan karena Al mengeratkan cengkeramannya."Pulang!" bentak Al sambil menyeret Rexi dengan emosi."Sakit!" teriak Rexi histeris.Aksa bergerak cepat menahan Al."Jangan sakiti cewek! Lo cowok apa banci?!" tanya Aksa emosi.Al menatap Aksa dengan tajamnya."Lo jangan ikut campur! Lo enggak ada urusan apapun sama masalah in
Al menenggelamkan seluruh wajahnya pada perpotongan leher Rexi usai dia mendengarkan pertanyaan tiba-tiba dari Rexi."Bilang sama gue, siapa yang bilang sama lo kalau gue sama Renata udah ngelakuin hal yang sama kayak lo tadi?" tanya Al dengan lemasnya.Bukannya menjawab, Rexi malah tersenyum sinis."Rex ..."Al mengangkat pandangannya dan menatap lekat kedua bola mata Rexi.Rexi mengalihkan pandangannya dan tak mau menatap Al sedikitpun."Maafin gue, Rex ..." lirih Al."Lagi pula, gue ngelakuin itu karena Renata sakit," lanjut Al pelan.Rexi langsung menatap ke arah Al sambil memperlihatkan senyuman yang begitu sulit untuk diartikan."Gue ... Gue sayang sama lo ..." lirih Al dan kembali menutup seluruh wajahnya di leher Rexi."Gue ... Gue enggak mau kalau perasaan lo huat gue
Al mengepalkan kedua tangannya dengan begitu emosi karena solusi tidak masuk akal yang diberikan oleh Ice."Papa setuju dengan saran yang diberikan Ice!" sahut Barack."Pa!" protes Al."Al! Kalau memang Rexi sayang sama kamu. Maka, dia akan memilih kamu. Tapi, kalau malah sebaliknya, maka kamu harus merelakan dia demi kebahagiaannya!" tegas Bellina dengan kedua mata yang mengalirkan air mata."Rexi bisa bahagia tanpa harus sama kamu," lanjut Bellina."Enggak! Gue bakalan bertanggung jawab sama apa yang udah gue lakuin sama Rexi. Rexi itu sepenuhnya milik gue!" tegas Al."Mau gue punya anak di dalam perut Rexi atau enggak, tetap aja dia milik gue dan nggak akan ada orang yang bisa mengklaim dia!" lanjutnya lagi.Rexi yang mendengarkan perkataan Al, dia langsung menatap pria itu dengan tatapan yang begitu nanar."Lo uda
Al menatap Rexi dengan tatapan sendunya."Matanya kenapa?" batin Rexi saat menangkap tatapan Al."Kenapa lo enggak mau buat nikah sama gue?" tanya Al lemas."Karena gue enggak suka karena gue enggak suka sama semua sikap yang memiliki!" jawab Rexi."Lo itu kasar. Lo itu pembohong! Gue enggak suka!" balasnya lagi.Kedua mata Rexi sudah mulai berkaca-kaca.Grep!Al menarik Rexi ke dalam pelukannya."Nikah sama gue aja, yah? Gue enggak mau kalau lo jadi milik orang lain," ujar Al."Lo cuma milik gue. Lo milik Al. Cuma milik gue, enggak ada yang lain selain gue," lanjutnya."Lo egois!" bentak Rexi.Rexi mendorong Al dengan kasar sehingga membuat pelukan itu terlepas."Asal lo tahu, gue nyesal banget untuk ngelakuin hal kotor itu sama lo!"
Rexi sekarang sudah berada di dalam mobil Al."Sial! Jawab telepon gue bajingan!" teriak Rexi frustasi.Rexi menancap gas mobilnya dengan kuat, pastinya tanpa arah dan tujuan ke mana dia akan mencari si pria berengsek itu, Alvaro Addison."Gue harus cari bajingan itu di mana, Tuhan?!" tanya Rexi bingung disertai emosi.Rexi terus berusaha untuk berpikir tempat di mana Al pergi untuk bunuh diri (?)Seketika Rexi akan sesuatu yang tak terpikirkan oleh otaknya sedari tadi.Rexi menginjak rem mobilnya dengan cepat, untung saja tak ada kendaraan di belakangnya. Jika ada, maka akan ada berita kecelakaan di jam satu malam lewat itu.Rexi mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi pelacak di sana."Gotcha! Dia sekarang ada di bar Erimary!" pekik Rexi bahagia.Iya, Rexi melacak keberadaan Al.&
Masih di hari dan tempat yang sama."Gue hamil, Al! Gue mikirin cara gimana caranya biar hati gue mau menerima lo kembali! Tapi, apa balasan lo buat gue?!" bentak Rexi."Lo dan Renata malah- Arggg!" Rexi mengusap wajahnya dengan frustasi, tak tahu harus mengatakan apa lagi kepada Al yang begitu bejad."Ternyata pemikiran gue tentang lo salah besar!" sinis Rexi.Rexi benar-benar terpukul dan tak tahu berkata apa lagi.Rexi benar-benar di ambang rasa lelahnya yang tak tahu harus berbuat apa.Mulutnya benar-benar tak mampu untuk berbicara sedikitpun!"Gue enggak tahu harus berbuat apa! Kenapa harus berakhir kayak gini?!" tanya Rexi di dalam hati."Di saat gue mau buka hati buat si berengsek ini ... Kenapa ... Kenapa dia malah santai banget buat ngehancurin semuanya dengan tenang?!" tanya Rexi lagi yang benar-benar tak pe