Dokter Rizal menghampiri bocah yang dari tadi merancau, disentuhnya kening bocah itu, sangat panas.
"Tunggu sebentar, aku akan belikan plaster penurun panas. Jangan menangis! Jika dia siuman nanti dia akan merasa bersalah karena membuat Mamanya menangis," ungkap Dokter Rizal."Baik, maaf!" jawab Naila sambil mengusap air matanya.Dokter Rizal keluar ruangan untuk pergi kesebuah apotek, ia berjalan dengan sangat cepat. Setengah jam kemudian ia pun kembali dengan membawa kantong plastik dan memberikan pada Naila"Banyak sekali belinya Dok?" tanya Naila sambil mengambil satu dan dipasangkan di kening anaknya."Tidak apa-apa untuk persediaan saja," jawabnya sambil mengalihkan pandangannya pada tempat lain. Andai bukan istri orang pasti saat ini dia tidak segan-segan memeluk wanita itu dan memberikan kenyamanan pada hatinya."Ros, mandilah dulu biar segar, aku akan menunggu Satria di sini. Aku kawatir jika anakmu nanti siuman ia akanDokter Rizal terpaku menatap wanita itu, dia tidak mengira mendengar hal itu dari bibir wanita itu. Tenggorokannya terasa tercekat. Tidak munafik dia ingin suami Rosmalalah yang salah dan wanita itu akan menggugat cerai pada suaminya itu. Ternyata dugaannya salah dan ia menyadari sekarang apa yang dipikirkan bahwa dia begitu dekat dengan Rosmala ternyata tidak, ia tidak tahu apa-apa tentang wanita itu.Hatinya berdenyut nyeri, ia keluar dari ruangan itu, pernah ia bertanya pada Hatan, tetapi jawaban pria itu tidak memuaskan hatinya.Jam berjalan dengan sangat lambat, ingin sekali dia meninggalkan wanita itu sendirian di sini tetapi ia tidak tega melakukan itu.Ia melihat jam tangannya menunjuk pukul sembilan malam, Ia kembali masuk keruangan Itu, Satria belum juga tersadar, beberapa kali la masih mendengar rancauan dari bibir mungilnya memangil Papa lalu ia menatap wanita itu dan mendekatinya."Ros, katakan siapa ayah dari Satria dan tinggal di mana? Aku akan mencarinya dan membawanya
Naila tidak tahu harus senang ataukah sedih ketika sang anak telah tersadar dari pingsannya, nyatanya sang anak merintih mengadu sakit di sekujur tubuhnya."Aku panggilkan Dokter Hamza, yang menangani langsung Satria," ucapnya sambil menekan bel panggilan.Tak lama kemudian Dokter Hamza datang, Memang ia menunggu Satria siuman karena di rangsang apa pun saja bocah itu tidak merespon. "Ada keluhan?" tanya Dokter Hamza."Ia merasa sakit di seluruh tubuhnya Dok," ucap Naila.Dokter Hamza mengerutkan dahinya dan menuliskan sebuah resep untuk di beli sekarang juga."Zal, kau tebus resep ini di apotik dan usahakan mau makan sebelum minum obatnya," saran Dokter Hamza."Ok! Trimakasih Za," jawab Dokter Rizal dan Dokter Hanza mengangguk ia pun keluar dari ruangan itu setelah memberi tahu bahwa besok akan di periksa secara menyeluruh."Boy mau makan apa nanti om belikan, itu buburnya sudah dingin, biar om ganti yang baru?" tanya Dokter Rizal."Aku tidak mau bubur om, mau nasi saja, mau ayam hi
"Pait, Om Dokter! Tidak adakah obat yang manis, bolehkah aku minum teh saja, setelah minum obat?" tanya Satria sambil mengerucutkan bibirnya."Tidak boleh, sayang," jawab Dokter Rizal sambil sibuk mengupas apel yang sengaja ia beli tadi setelah membeli nasi kotak."Kenapa tidak boleh? Kalau minum air putih rasa pahitnya tidak akan hilang," jawab bocah kecil itu."karena obat dan teh sama-sama menghambat pembekuan darah itu sebabnya tidak boleh meminum obat dengan teh," jawab Dokter Rizal sambil memberikan potongan buah apel pada Satria.Karena Satria adalah anak yang kritis jadi ia selalu bertanya hingga benar-benar mengerti, dan Dokter Rizal menjelaskan dengan sangat sederhana apa itu pembekuan darah dan lain sebagainya. Tak seberapa lama kemudian Satria pun tertidur karena efek obat. Dokter Rizal berjalan dan duduk di sofa, ia memejamkan matanya sambil melipat tangannya di dada. Sementara itu Naila duduk di depan ranjang anaknya sambil membelai rambut sang putra.Dokter Rizal membu
Naila mulai menyeka badan Satria. Boca itu pun terbangun saat merasa sesuatu yang basah menyentuh tubuhnya."Mama!" teriaknya kaget dan matanya membulat sempurna.Naila tersenyum. "Kenapa? Kaget ya? Maaf Mama gak bangunkan kamu sebelumnya habis kamu lelap sekali sih." "Iya, jadi kaget kirain apa kok terasa ada yang basah," jawabnya sambil terkikik.Setelah selesai membasuh tubuh putranya, Ia menggantikan baju si kecil. Tak lama kemudian Dokter Hamza dan Dokter Rizal masuk kedalam ruangan."Hello Boy hari ini Om dokter mau periksa darah kamu, ya, tetapi tunggu satu jam dulu dan kamu tidak boleh makan dulu sebelum di ambil darahnya," jelas Dokter Rizal sambil membelai rambut Satria."Apa Om Dokter akan mengambil darahku dengan sangat banyak? Bagaimana kalau darah Tria habis?" tanyanya pada Dokter Rizal membuat Dokter Hamza juga tertawa."Tidak anak tampan, hanya sedikit di ambilnya, Dokter mau lihat apa ada virus di darah kamu dan akan segera mengusirnya biar virusnya tidak mengganggum
Di sebuah kamar di rumah yang megah seorang pria terjaga dari tidurnya dengan napas terengah-engah. Ia kembali bermimpi tentang seorang anak lelaki yang terbaring di ranjang dengan banyak kabel di tubuh anak itu."Aku bermimpi lagi, ada apa denganmu, Nak," bisiknya lirih.Ia meraup wajahnya dengan kasar, hidupnya benar-benar berantakan, rindu tidak terobati dan semakin dalam tak tahu harus mencari ke mana dua orang belahan jiwanya.Ia beranjak dari duduknya, ia tidak tahu kenapa ia tertidur saat selesai sholat subuh, dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi ia bergegas berganti pakaian dan mempersiapkan dirinya berangkat ke kantor.Dengan sangat tergesa-gesa ia menuruni tangga dan keluar rumah tanpa menyentuh sarapan yang sudah di siapkan.Masuk kedalam mobil yang di kemudian dengan sangat cepat. Sesampainya di gedung perkantorannya ia berhenti dan memarkirkannya di basement lalu keluar dan berjalan menuju lift. Dalam perjalanan ia berpapasan dengan office boy ia berhenti
Ia meletakan makanan dan air mineral serta nasi kotak di atas meja, lalu pergi begitu saja. Naila yang melihat itu merasa terabaikan tetapi ia membangun pikiran positif agar tidak menaruh curiga pada pria itu."Mau makan sekarang, Nak?" tanya Naila dan bocah itu mengangguk."Mau makan sendiri atau di suapi?" tanya Naila lagi."Mau di suapi, Mam. Tadinya satria ingin di suapi sama Om Dokter, tetapi Om diam saja jadi Satria gak berani bilang, Ma," jawab Satria sambil mengerucutkan bibirnya."Om, masih sibuk, sayang. Dia juga harus memeriksa pasiennya jadi Satria sama Mama saja, ya," jawab Naila memberikan pengertian pada putranya itu sambil menyuapkan bubur kacang hijau yang masih hangat.Melihat bubur yang ada di tangannya itu membuat ia teringat akan Bayu suaminya itu. Pria itu juga menyukai makanan ini. 'Kau sangat mirip ayahmu, Nak,' pikir Naila.Setelah satu cup bubur habis, Naila memberikan obat pada Satria, lalu memberikan satu iris buah apel yang sudah dikupasnya.Naila berjalan
Gadis itu memberengut. Kenapa tidak sama dengan kak Nara?" tanyanya sambil mendekati Satria."Ah, kenapa jadi protes semua sih? Kalian mau jenguk aku apa mau buat aku pingsan lagi," protes Satria sambil mengerucutkan bibirnya karena kesal."Jangan pingsan, nanti kita gak bisa main sama-sama. Baiklah aku tidak akan protes lagi," jawab Clarissa."Nah begitu kalian semua cantik dan imut, trimakasih sudah menjengukku," ucap Satria."Apa kau akan tinggal lama di sini?" tanya Nara."Tidak tahu," jawabnya lalu menoleh pada Mamanya."Ma, apa kita tinggal lama di sini?" tanyanya.Naila menoleh. Tunggu sembuh dan di periksa ya, sayang," jawabnya.Ketiga anak itu manggut-manggut, mereka pun berbincang-bincang bercerita tentang teman mereka dan sekolah mereka sedang Lia dan Hatan berbincang-bincang dengan Naila."Ros, apa kata Dokter? Satria sakit apa?" tanya Hatan."Masih belum tahu, Mas. Masih menunggu hasil lab," jawab Naila."Kalau ada apa-apa telepon aku Ros, akulah yang bertanggung jawab at
Setelah bersusah payah menyusul Dokter Rizal, akhirnya ia pun bisa membersamainya. "Dok, kenapa jalannya cepat sekali?" gerutu Naila sambil mengatur napasnya sebentar.Lelaki itu tidak meresponnya sama sekali ia kembali berjalan masuk bersama Naila. Setelah itu ia pun duduk di depan Dokter Hamza dan di ikuti Naila duduk di sebelahnya.Naila menatap pria itu berusaha mencari sesuatu di wajah datarnya itu. dan sekarang ia benar-benar yakin bahwa lelaki itu tersinggung akan perkataan dan sikapnya kemarin."Begini bu, untuk hasil labnya baru bisa diketahui besok, untuk itu saya juga ingin memeriksa ibu untuk mengetahui apakah sumsum tulang belakang ibu cocok dengan Satria, Jika nanti memang perkiraan saya benar, maka untuk bisa sembuh secara total anak Anda butuh transplantasi sumsum tulang belakang. Utamanya, pendonor sumsum tulang ini memang diprioritaskan dari keluarga (yang memiliki kekerabatan dekat). Dengan cara ini, risiko terjadinya penolakan sistem im
Setelah beberapa saat pemakaman sudah sepi, tinggal Yuda dan Dara berdiri di pusara itu, Dara, menghampiri Yuda. "Daddy memberikanmu Amplop besar dan surat ini padamu. Aku hanya boleh memberikan saat dia sudah tiada," ucap Dara dan Yuda mengangguk."Maafkan Dia adikku," ucap Dara lalu pergi meninggalkan pria itu. Setelah Kepergian Dara, Yuda membuka Surat hanya dua baris kalimat kalimat yang terdapat didalamnya [Ibumu adalah wanita yang ada di hatiku tetapi aku tidak pernah ada di hatinya. Maaf telah membuatmu ada Dunia, your Dadd]Yuda menghembuskan napasnya. Ia membuka amplop besar ternyata berisi sebuah sertifikat atas nama dirinya sebuah rumah sakit besar yang di bangun di sebuah desa di mana Naila tinggal dalam persembunyiannya duluh.Dia menatap pusara itu. "Aku tak menginginkan semua ini, Dadd. Aku hanya mendambakan hidup dengan keluarga utuh yang diawali dengan benar.Seseorang menepuk punggungnya dari belakang, ia menoleh. "Mas Hugo, Bu!"Pria yang memeluk wanita paruh baya
Satu minggu kemudian Satria sudah diijinkan pulang tetapi masih harus bed rest selama satu bulan.Regan semakin hari kesehatan semakin menurun, sebelum menyadari itu ia meminta Dara, untuk mengantarkan pada wanita-wanita yang disakitinya pertama ia mendatangi ibunya Hugo seorang wanita yang ia kagumi. Namun justru menikah dengan sahabatnya. Lalu ia pergi ke rumah penampungan wanita korban pelecehan dirinya. Matanya sembab, inikah jejak kenakalan, ia benar-benar merasa menyesal, bahkan andai mereka tidak memaafkannya dia akan ikhlas.Setelah meminta maaf kepada keempat wanita yang ada di sana ia pun pulang ke rumah di antar oleh Dara."Dara, Daddy, mau menitipkan sesuatu padamu dan tolong berikan pada Yuda setelah Daddy tidak ada," ucap Regan sambil meminta Dara mendorong kursi rodanya ke ruangan kerjanya.Ia membuka laci lalu mengambil surat dan diberikan pada Dara, "Berikan itu pada Yuda saat aku sudah tidak ada lagi dan sampaikan maafku padanya," pintanya sambil tersenyum."Dad,
Hugo meringis saat Rizal menatap horor padanya. "Kali ini aku serius, enggak main-main," ucapnya"Apa dulu kita tertukar ya, harusnya kamu anak Daddy," ucap Rizal seenaknya."Enggaklah bedah, aku gak pernah menghamili anak orang, aku cuma cium-cium doang kalau dia mau, kalau gak mau, ya engak," ucapnya cuek."Hogu, aku tanya siapa?" teriak Rizal"Aduh, jangan teriak-teriak telinga aku sakit lagian ini di rumah sakit Dokter Rizal," ucap Hugo sambil menutup telinganya lalu ia berjalan menghampiri Rizal."Ayo, ike kasih tahu siapa yang ike suka dari adik-adik elo," ucap sambil menggamit lengan Rizal sambil berjalan berlenggang-lenggok."Ogah, najis tahu, Aduh ... Gusti adikku yang mana suka sama kamu, Go," ucap Rizal mengusap wajahnyq dengan kasar.Semua yang ada di ruangan itu tertawa. "Memang kenapa aku, 'kan tampan," ucapnya sambil berdiri tegak dan berwibawa.Mereka kembali tertawa yang paling keras sendiri adalah Satria. "Waduh, sudah sembuh nih, karena om Hugo ke sini," timpal Hugo
Beberapa hari dipenuhi suka cita akan kehadiran anggota baru yaitu bayi perempuan bernama Ayana itu.Seminggu kemudian operasi transplantasi punca dilaksanakan. Bocah berusia lima tahun itu berbaring diruang operasi.Lima jam menunggu akhirnya pintu kamar operasi terbuka dan Dokter mengatakan bahwa operasi transplantasi punca telah berhasil dan pasien akan di pindahkan di ruang ICU setelah pemeriksaan lebih lanjut.Naila dan Bayu masih belum bisa lega ia harus menunggu kondisi Satria benar-benar stabil."Sayang, jangan terlalu dipikirkan, kamu sedang menyusui, biar soal Satria aku dan Daddy yang urus. Ayo aku antar pulang sama Mama ya?" tanyanya sambil menoleh ke Melati."Mama di sini saja, Bay sama Daddymu. Kamu antar saja istrimu kasihan Ayana nanti," ucap Melati pada putranya itu."Ayo kasian Ayana loh, kalau di tinggal lama-lama, yang," ucap Bayu sambil beranjak dari duduknya."Iya," jawab Naila yang dengan engan berdiri, ia begitu dilema bayinya ada di rumah sedang anak pertamany
Saat mendengar sang cucu kedua sudah lahir, Melati membujuk Herlan untuk segera terbang ke Indonesia. Herlan tak mampu menolak keinginan sang istri detik itu juga yang memesan tiket pesawat ke Indonesia.Tak banyak yang dibawa tetapi hadiah untuk menantunya tidak boleh ketinggalan. hari itu juga mereka berangkat tanpa memberi tahu anak dan menantunya ia ingin membuat kejutan. Apalagi ia juga sangat merindukan cucu lelakinya itu yang hanya bisa ditemui lewat video call.Saat cucunya jatuh sakit lagi ia ingin langsung terbang ke Indonesia untuk melihat pria kecilnya itu tetapi suami masih harus menangani masalah perusahaannya di Jepang.Sebenarnya Mereka ingin Frans yang mengurus perusahaan di Jepang tetapi untuk saat ini Frans dan Jelita belum bisa terbang ke Jepang karena kondisi Jelita sedang hamil, Jika sudah melahirkan Herlan ingin mereka segera terbang ke Jepang lalu dia dan istrinya ingin menikmati hari tua dengan hanya berkumpul dengan anak dan cucunya.Ia ingin satu bulan ke In
Setengah jam kemudian Dokter Dara kembali masuk ke ruangan bersama dokter Raka dan seorang perawat lalu Dokter Raka berdiskusi sebentar dengan Dokter Dara kemudian pria itu pun keluar.Detik berikutnya Naila merasakan sakit kembali, sang suster kembali memeriksa jalan lahir, dan sudah pembukaan lengkap.Dua jam berjuang akhirnya lahir bayi cantik yang sehat lalu bayi melakukan IMD. Naila merasa sangat legah, terlihat dari wajahnya.Bayu memeluk istrinya baru kali ini dia menemani sang istri melahirkan, rasanya tidak melihat perjuangan istri dalam melahirkan. "Trimakasih, sayang," ucapnya pada sang istri."Sama-sama, Mas, aku sangat bahagia kau ada di sampingku, dulu waktu melahirkan Satria gak sesakit ini," ucap Naila Bayu terkekeh karena teringat peristiwa saat dia mengalami sakit perut yang luar biasa hingga dia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit."Kenapa tertawa?" tanya Naila menatap Bayu penuh dengan pertany
Beberapa hari kemudian semua aset sudah dikembalikan pada Naila, sekarang perusahaan itu dikelola oleh Bayu.Sementara itu Mawar yang sudah sehat setelah menggugurkan kandungannya itu kembali ke Korea dan Regan semakin hari semakin parah. Lelaki itu tidak mau di temani siapa-siapa selain perawat pria.hari berganti hari perusahaan Bayu semakin besar mempunyai banyak cabang dari dalam maupun luar negeri. Namun tidak membuatnya kehilangan waktu untuk keluarganya Usia Kandungan Naila sudah sembilan lebih, ia mulai merasakan ketidak nyamanan pada tabuhnya. Hingga siang hari ini Naila mulai mengalami kontraksi palsu Semakin lama kontraksi semakin sering, Satria yang baru saja sembuh karena kecapekan karena terlalu banyak beraktivitas melihat sang Mama meringis kesakitan pun menghampiri Mamanya."Ma, Mama kenapa? Tria panggilin Tante ya sepertinya tante sudah pulang. Apa telpon apa, Ma?" tanya Tria pada Mamanya."Panggilin Tante saja, Nak, bilang kalau Mama mau melahirkan. Biar Bik Narti
Rizal tertawa mendengar umpatan Bayu. "Sebenarnya aku kemari mencari Naila, bukan kamu.""Jangan bilang kau berubah kepribadian, gue getok kepala lo," ucap Bayu."Sebenarnya kalau ada dia lebih enak karena bisa ketemu dia langsung, kalau cuma Bapak-bapak rasanya mata kurang segar," ucap Rizal yang sedang menggoda bayu."Kamu mau Gelut ya sama aku?" tanyanya sambil tangannya mulai meraih kepala Rizal "Stop-stop aku tidak suka istrimu aku lebih suka Firda dari pada aku babak belur," ucapnya tertawa."Ya, sudah sekali lagi ku tanya kau mau apa?" tanya Bayu."Aku tadi kan sudah telpon dan bertanya kapan Naila siap dikukuhkan sebagai Presdir," protes Rizal."Presdir perusahaan mana? Kau benar-benar tidak jelas, telpon pun terburu-buru aku mau tanya sudah kau tutup," protesnya."Baiklah akan kuperjelas. Dulu Perusahaan Keluarga Naila dipegang Daddy dengan cara curang, dan sekarang dia ingin mengembalikan kepada pemil
Rizal sudah diberitahu oleh Dron, tentang keinginan Regan untuk mengembalikan aset milik orang tua Naila, dan meminta untuk diuruskan perceraiannya dengan Linda, Regan ingin Linda menikah kembali karena dia masih sangat muda.Rizal mengendarai mobilnya menuju perusahaan Naila yang selama ini dijalankan ayahnya.setengah jam kemudian dia sampai. Ia segera turun dari mobilnya dan berjalan melewati lobby dan masuk dalam lift. Pintu terbuka dan ia keluar lalu berjalan serta masuk keruangan Presdir.Ia mulai mempersiapkan surat-surat pengalihan kuasa dari Regan ke Naila, ia meminta sekertaris ayahnya segera memprosesnya. Setelah itu menelpon Bayu ia menanyakan kapan Naila siap untuk dikukuhkan sebagai Presdir. Setelah itu, ia keluar dari ruangan itu untuk kembali ke rumah sakit tempatnyabekerja.Beberapa hari ia sibuk dengan urusan ayahnya membuat ia belum bertemu dengan Firda. Dia ingin menjalin keseriusan dengan gadis itu.Mobil berjalan dengan sangat cepatnya menuju tempat berkerja.