“Tampan sekali.”Kakek Viscout memandang dinding dengan hiasan pigura foto. Para pelayan baru saja memajang foto keluarga Aurora, Zack dan Haven. Bahkan Kakek Viscout khusus membuat satu sisi dengan foto Haven saja.Aurora pun menatap pigura foto Haven dengan pakaian kebesaran bangsawan Adorra. Pakaian yang turun temurun dikenakan pada bayi bangsawan saat mereka diresmikan dan mendapat gelar.“Maaf, Kakek tidak memiliki foto bayimu di sini.” Kakek Viscout menggumam penuh penyesalan.Aurora segera melingkatri tangannya di lengan Kakek Viscout dan membalas, “Ada bagian dari Aurora di sana, Kek.” Tangannya menunjuk foto Haven dan ibu kandungnya.Kepala Kakek Viscout mengangguk. Ia mengembuskan napas berat lalu menatap sisi dinding yang masih kosong.“Semoga akan banyak foto-foto bayi Adorra menghiasi dinding kastil ini.”Harapan Kakek Viscout dibalas anggukan kepala oleh Aurora. Dinding bercat putih itu memang membutuhkan hiasan lebih banyak.Kakek Viscout lalu menoleh pada Aurora. “Kamu
“Apa proposalnya sudah jelas? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Vigor membereskan berkas di meja dan menatap Damian.“Kurasa belum ada pertanyaan saat ini.” Damian menandatangani berkas kerjasama dengan bisnis para sahabat Vigor. “Kalian tau resiko berbisnis dengan sahabat, bukan?”“Kami profesional. Tenang saja.”Damian mengangguk. Ia berkata hanya berjaga-jaga saja karena pengkhianatan datangnya bisa jadi dari orang terdekat.Memaklumi kekhawatiran Damian, Vigor mengangguk penuh pengertian. Namun selama ia bersahabat, semuanya terasa mudah bersama mereka.“Bagaimana kalian bertemu?” Damian tampak tertarik dengan Vigor dan para sahabatnya.“Kami satu kampus namun beda jurusan. Saat itu, Zack adalah ketua mahasiswa. Dia lah yang mengumpulkan kami dalam organisasi dan akhirnya kami menjadi akrab.”Kepala Damian mengangguk. “Tetapi, aku cukup heran kalian bisa bersahabat dengan Elvis. Yang aku tau, meskipun ramah, Elvis memiliki pribadi yang tertutup.”Bukan hanya Elvis. Sesungguhnya merek
“Kakek?” Zack menjulurkan kepalanya di pintu ruang kerja Kakek Viscout.Lelaki tua itu mendongakkan kepala dan menatap pintu. Wajahnya yang sejak semula serius kini tersenyum dan mengangguk. Ia mempersilahkan Zack duduk di sofa.“Apa Kakek masih sibuk?” Zack basa-basi bertanya.“Jika Kakek sibuk, sekretaris tidak akan membiarkanmu masuk, bukan? Pasti ada sesuatu yang serius yang ingin kamu bicarakan.”Zack mengangguk. Ia memberikan berkas kerjasama yang harus ditandatangani. Kakek Viscout mengenakan kacamatanya dan mulai membaca.Meskipun lanjut usia, Zack mengamati Kakek Viscout masih bisa bekerja dengan baik. Apalagi, Kakek Viscout memiliki pengalaman yang cukup luas.“Kakek rasa sudah ok semua.” Setelah berkata demikian, lelaki tua itu membubuhkan tandatangannya.Zack menerima berkas kembali. “Terima kasih, Kek. Aku atau Vigor nanti yang akan melaporkan perkembangan bisnis ini.&
“Haven sangat lucu dan menggemaskan saat tidur.” Dengan gemas Zack menciumi putranya.“Sudah! Kau akan membuatnya terbangun.” Aurora mendorong tubuh suaminya agar menjauh dari putra mereka yang telah terlelap.“Tetapi, sungguh. Aku tak tahan untuk tidak menggodanya saat ia tidur begini.”Aurora hanya menggeleng. Setelah Haven melepas susunya, bayi montok itu diletakkan perlahan di ranjang. Zack memastikan CCTV berjalan baik sebelum mereka keluar.Keduanya berjalan ke dapur. Sudah menjadi rutinitas Aurora sehabis menyusui, ia akan makan dan minum susu meski bukan saatnya jam makan. Zack pun melarangnya diet agar ASI untuk Haven tercukupi.“Kalau begini terus, kapan berat badanku normal, ya.” Aurora berkata sambil menikmati makanan yang disiapkan chef kastil.“Bukankah Mommy bilang seiring waktu berjalan, berat badanmu akan dengan sendirinya turun? Apalagi saat ini kamu rajin olahraga.&rdqu
“Hari ini kamu tidak perlu ikut gym, ya.” Aurora yang sedang bersiap untuk senam pemulihan pasca melahirkan berkata pada Zack.Lelaki itu mengerutkan kening. Padahal ia baru saja akan mengenakan pakaian olahraga. Biasanya Zack memang selalu menemani Aurora.“Kamu tidak mau aku temani? Kenapa?” Zack mulai takut Aurora kembali menjauhinya setelah malam pertama mereka setelah melahirkan.“Tak apa. Kamu temani Haven saja.”“Aku bisa membawa Haven ke ruang senam dan kami bisa menemanimu.” Zack bersikeras.Akhirnya, Aurora tidak dapat mencegah lagi. Alasannya memang kurang kuat untuk melarang Zack menemani. Yang ada suaminya itu akan tersinggung dan berpikir yang tidak-tidak.Masuk ke ruang senam lebih dulu, Aurora melihat pelatihnya sudah datang. Wanita muda cantik dan bertubuh sintal itu memakai pakaian senam ketat. Bentuk tubuhnya yang sempurna versi wanita tercetak jelas.“Selamat pagi, Lady Aurora.” Daisy, nama pelatihnya itu menyapa santun.“Pagi.”Aurora melirik Daisy yang tampak men
Aurora berbaring miring menatap jendela. Malam itu ia jadi sulit tidur. Wajah Papi tiba-tiba muncul di pelupuk matanya.Seperti Zack pernah bilang, ia hadir di tengah-tengah keluarga Morgan saat kondisi ekonomi mereka sedang tidak baik. Keputusan Papi mengadopsinya sempat membuat Zack kesal dan tidak memperdulikan dirinya.Akhirnya setelah mendengar kisah itu, Aurora mengerti mengapa Zack dulu begitu dingin padanya. Perusahaan Papi saat itu sedang bermasalah dan ia malah menambah beban dengan mengangkatnya menjadi anggota keluarga.Rekan kerja Papi berkhianat. Papi mengalami kerugian besar hingga harus menutup perusahaan paling besar yang ia miliki yang kini telah berkembang pesat di tangan Zack.Papi dan Mami sangat berusaha menjalankan kembali perusahaan yang lebih kecil karena biaya operasinya lebih rendah. Aurora melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Papi jatuh bangun membuat perusahaannya kembali bangkit.Tak sadar, Aurora menangis. Hingga akhirnya Zack terbangun dan me
“Salam untuk Clara dan Alzard.” Kakek Viscout mencium Aurora, Haven dan Zack sebelum ia masuk ke mobil.“Kakek hati-hati, ya.” Aurora berkata tegas agar Kakek-nya menjaga kesehatan.“Iya.” Lelaki tua itu terkekeh lalu melambaikan tangan.Aurora sempat berbincang dengan sekretaris Kakek Viscout sesaat sebelum mobil berangkat. Berpesan agar memperhatikan pola makan dan istirahat sang Kakek.Mobil berjalan pelan diiringi pengawal bermotor. Tiba-tiba saja Haven rewel. Tangannya menggapai-gapai dan menatap iring-iringan tersebut.“Kita masuk, Zack. Haven sudah mulai mengerti kalau ada yang pergi, dia akan merengek karena ingin ikut.” Aurora mengusap kepala putranya.Zack mengangguk dan mencium kepala Haven. “Sebentar lagi kita juga pergi, Haven. Jangan rewel di pesawat, ya.”Perjalanan pertama Haven cukup merepotkan. Zack memaksa membawa dua orang suster yang berpengalaman. Padahal mereka hanya dua hari di rumah Mami.Sementara andalan Aurora hanya ASI. Begitu, Haven mulai rewel, ia akan l
Ternyata hanya Aurora yang bisa membuat Mami luluh. Wanita itu mengembuskan napas panjang dan mendengarkan rencana Zack serta Alzard melalui bibir Aurora.Zack yang pandai bernegosiasi saja tidak dihiraukan. Ekspresi wajahnya tetap mengeras. Hingga akhirnya Aurora yang lebih banyak menjelaskan.Seketika, Clara meraih tisu dan mengelap hidungnya yang berair setelah Alzard mengucapkan kata maaf atas keputusannya. Akhirnya kekerasan hatinya melunak juga.“Mami juga minta maaf karena marah padamu.” Clara tersenyum pada Alzard.Selanjutnya, Clara berkata ia tidak membayangkan saat perusahaan dijual lalu putra-putranya kemudian akan menjual rumah pula. Habis sudah kenangan bersama mendiang suaminya.Zack dan Alzard tertunduk dalam penuh penyesalan. Untuk sebagian orang, kenangan memang selalu ada di hati. Namun, bagi Mami, peninggalan Papi pun patut dijaga.“Mami jangan khawatir. Aurora juga tidak akan membiarkan itu terjadi.” Aurora mengusap lembut punggung Mami.Senyum kecil terukir di wa
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint