Share

Chapter 29

Penulis: Els Arrow
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sesuai yang direncanakan, hari ini Darren mengajak Nadia untuk pulang ke kota asal adik iparnya itu. Mobil berhenti di hotel tepat jam sepuluh pagi, Nadia langsung menuju kamar yang bersebelahan dengan Darren.

Ada connecting door, Darren bisa dengan mudah mengecek keadaan Nadia.

"Aku bertemu kolega di jam makan siang, kamu aku tinggal sebentar nggak papa 'kan?" tanya Darren.

"Nggak papa, Kak. Aku nanti di dalam kamar saja, nggak akan ke mana-mana."

Pria itu mengangguk. "Jangan buka pintu sebelum lihat dari layar monitor. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku, Nad."

"Iya, Kak."

"Ya sudah, aku mau ke ruanganku dulu, ada beberapa dokumen yang harus dicek. Nanti malam baru kita ketemu ayah," ucap Darren.

Nadia hanya mengangguk singkat, netranya menatap datar ke arah Darren yang berjalan menuju kamarnya sendiri.

"Deg-degan banget rasanya mau ketemu ayah," gumam Nadia setelah menutup pintu.

Langkahnya menuj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dwi Istriani Dwi
tambah penasaran.. lanjut dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 30

    "Ba-Bagaimana maksudnya?" tanya Nadia sambil menatap bergantian Darren dan ayahnya.Bukannya menjawab, pria paruh baya itu malah terkekeh. "Sudahlah enggak usah dipikirkan, nanti kamu juga akan paham sendiri. Sekarang kita nikmati saja pertemuan ini, Nak."Gadis itu juga tidak mau ambil pusing, dia kembali duduk bersama ayahnya. Toni terus menggenggam tangan Nadia, seakan benar-benar takut putrinya kembali hilang. "Maaf kalau Ayah terlambat percaya," kata Toni seraya menatap lurus ke dalam manik mata Nadia. "Ayah nggak percaya saat kamu bilang Raka dan Tania selingkuh, tapi semenjak video mereka tersebar, Ayah sadar kalau kamulah korbannya."Gadis itu melirik ke arah Darren. "Ini semua berkat bantuan Kak Darren, Yah.""Iya, Ayah tahu. Ayah juga lega saat Darren bilang, kamu tinggal di apartemennya. Pokoknya kamu harus baik-baik di sana, Nad. Ayah nggak akan bilang sama siapa-siapa, kamu harus hidup tenang di sana, ya," ucap Toni dengan m

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 31

    Hari-hari berlalu begitu cepat, tanpa terasa kandungan Tania sudah menginjak usia empat bulan. Semalam Darren sudah berkonsultasi dengan dokter Raisa, dan pagi ini dia pulang ke kota tempat istrinya tinggal. "Aku harus meninggalkan Nadia lagi. Tapi nggak papa, ada banyak bodyguardku di sini. Lagi pula ... sekarang Renaldy sudah taubat, dia sudah punya pacar dan tidak lagi mengganggu Nadia, malah aku sering minta tolong agar dia menjaga Nadia saat aku sibuk. Huh ... baguslah, aku tidak sekhawatir dulu. Nadia pasti baik-baik, dia juga sudah bisa beladiri," gumam Darren sambil mengetuk-ngetukka jemarinya di meja kerjanya.Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi netranya belum bisa terpejam. Mengecek pekerjaan sudah selesai dari jam sembilan, kini pikirannya malah tidak tenang karena akan meninggalkan Nadia.Tatapan elang itu menyorot jauh ke depan, selalu ada banyak pertimbangan saat akan meninggakan Nadia. Apalagi kali ini dia harus menginap di ru

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 32

    Siang ini Darren terbangun dan langsung menuju rumah sakit bersama Tania. Dokter Raisa sengaja menyiapkan waktu khusus untuk Darren setelah pasien-pasiennya pulang."Maaf sudah merepotkan, Dok," kata Darren yang saat ini duduk di ruangan Dokter Raisa."Tidak, Pak Darren. Sudah tugas saya selaku dokter kandungan Ibu Tania.""Baik, Dok," jawab Darren sambil mengangguk ramah, tidak sabar rasanya mendapatkan hasil tes DNA-nya.Kemarin dia dan Dokter Raisa sudah berkonsultasi lewat telepon, Dokter Raisa sudah menjelaskan prosedur dan resikonya. Namun, karena sudah diambang batas kesabaran, Darren langsung mengiyakan dan mau memberikan persetujuan tertulis yang dia bawa hari ini.Dokter Raisa memandu Tania ke ranjang untuk dilakukan USG guna mengetahui posisi cairan amnion atau air ketuban dan posisi janin. "Untung aku masih berbaik hati memikirkan kandunganmu, Tan. Saat Dokter Raisa menawarkan pakai metode CVS atau Amniocen

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 33

    Malam ini Darren masih asyik dengan secangkir kopinya di teras, pria itu menatap lurus ke halaman luas tanpa peduli udara dingin yang terus menusuk kulitnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi dirinya masih enggan beranjak masuk.Sebelum memastikan Tania benar-benar tidur, dia tidak akan masuk kamar. "Kenapa belum tidur, Kak? Memangnya Kak Tania nggak cerewet kamu masih di luar?" tanya Nadia dari seberang telepon. Darren menekan earphone agar suara adik iparnya terdengar jelas. Setelah berkali-kali memaksa Nadia untuk bertelepon, akhirnya gadis itu setuju. Darren takut mengantuk meskipun sudah meminum kopi. Ayah mertuanya sedang masuk angin dan tidak bisa mengobrol di teras. Jadi, pria itu berinisiatif menghubungi Nadia. "Nggak, tenang saja," jawab Darren singkat.Hanya sepenggal kata yang dia ucapkan dari tadi, khawatir ada seseorang yang mendengar suaranya. Dia berhati-hati dalam memilih kalimat, janga

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 34

    "Jangan dekat-dekat, Mas. A-aku benar-benar nggak nyaman saat ini. Eum ... aku minta tolong buatkan jahe hangat saja," kata Tania dengan suara bergetar.Darren mengangguk, mengalah meskipun ingin sekali menangkap basah wanita itu. Langkahnya menuju dapur dan membuat secangkir teh hangat, kemudian segera membawa ke kamar.Di sana pria itu mendapati Tania sudah duduk bersandar di dipan dengan mengenakan pakaian lengkap, Darren segera mengangsurkan cangkir yang dibawanya kemudian langsung berbaring."Makasih, Mas," ucap Tania.Darren melirik sekilas, bibirnya mengulas senyum tipis dan lantas mengangguk."Aku tidur duluan, Tan. Besok pagi aku harus balik ke Jakarta, Jacob bilang investor dari Singapura mau datang.""Besok jam berapa, Mas? Biar aku siapkan bekal dan sarapannya," sahut Tania dengan enteng.Pria dalam balutan kaos oblong itu tertawa dalam hatinya. Kini Tania sudah tidak menahan kepergiannya, padahal biasanya se

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 35

    Darren menarik tangan Tania untuk masuk ke dalam unitnya, ia lantas menutup pintu dengan kencang. "Ada apa, Mas? Kamu terpaksa, ya? Kok kasar?" tanya Tania dengan raut bingung. "Eum, enggak." Darren melirik ke arah pintu, sambil berpikir keras bagaimana caranya agar Tania tidak curiga. "Kamu istirahat dulu, Tan, di kamar. Pasti capek habis perjalanan jauh." Wanita itu mengangguk. "Iya, sih, Mas. Aku capek banget. Ya sudah, aku mau tidur saja. Nanti tolong bangunkan jam empat, ya." Darren hanya mengangguk melihat Tania berjalan menuju kamar, detik berikutnya terdengar suara ketukan pintu yang sontak membuat Tania kembali membalik badan. "Ada tamu, Mas?" tanya wanita itu. "Mungkin staf. Biasanya 'kan memang ada pengecekan rutin. Kamu langsung masuk kamar saja, biar aku yang urus," jawab Darren, degup jantungnya berdebar tidak karuan. "Baiklah." Pria itu masih tidak bergeming, berdiri terpaku memastikan Tania benar-benar masuk kamar. Hingga suara ketukan kembali terdengar, memb

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 36

    "Bu, sudahlah. Yang penting ayah sudah ada ada di sini, aku malu sama Mas Darren kalau kalian bertengkar," bisik Tania.Mella mengangguk dan lantas melenggang pergi masuk ke dalam kamar tamu, meninggalkan tiga orang itu yang masih berdiri di sana."Masuklah, Ayah. Istirahat dulu saja di kamar tamu, atau mau minum kopi?" tawar Darren."Tidak perlu, Nak Darren. Ayah sudah ngopi, sekarang mau tidur saja biar nanti malam nggak capek," sahut Toni yang sontak membuat Kening Tania mengernyit."Ayah nanti malam mau ke mana?""Ada pertemuan dengan Pak Arif, sekalian mengajak Ibumu biar nggak curiga terus."Tania mengulum senyum sambil menggigit bibir bawahnya. Itu artinya, nanti malam ia punya waktu berdua bersama Darren."Syukurlah, aku nggak kesepian. Malam nanti Raka lembur sama Kakeknya, jadi aku bisa sama Mas Darren," batin wanita dalam balutan baju tidur itu.Tania memutuskan masuk kamar Darren, ia ingin mengistirahatkan tubuhnya. Mungkin saja nanti malam ia akan melayani suaminya, tentu

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 37

    "Ada apa, ya? Kalian nggak sopan banget gedor-gedor pintu!" "Arabella? Ngapain kamu di sini?" tanya Tania pada wanita pemilik wajah mungil itu, yang tak lain adalah kekasih Renaldy.Tania mengenal Arabella dengan baik karena Renaldy sempat menjalin hubungan lama dengan wanita itu, tetapi sempat putus selama beberapa bulan. Ara pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi sebagai desainer, keduanya terpaksa putus karena tidak kuat harus menjalani LDR.Kini keduanya kembali menjalin kasih setelah Arabella selesai dengan pendidikannya dan Renaldy juga sudah dipercaya untuk meneruskan perusahaan keluarganya."Saya menyewa apartemen Pak Darren, kebetulan saya sudah dua bulan ini pulang ke Indonesia. Sambil mengurus pernikahan, saya sementara tinggal di sini," jelas Ara.Netra coklatnya menatap bergantian Mella dan Tania, detik berikutnya Renaldy muncul dari belakang tubuhnya dan langsung memeluk pinggang mungil itu."Siapa tamunya?" bisik Renaldy."Istrinya Pak Darren, Sayang. Aku kira si

Bab terbaru

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Extra Part - Ending

    Hari-hari berlalu begitu cepat, berganti minggu dan bulan. Kehidupan Darren dan Nadia dipenuhi dengan kebahagiaan. Mereka menikmati setiap momen bersama, membangun bisnis bersama, dan merencanakan masa depan mereka. Suatu pagi, Nadia terbangun dengan perasaan yang berbeda. Perutnya terasa sedikit mual, dan dia merasa lebih sensitif terhadap bau. Dia langsung menuju kamar mandi dan mengambil test pack yang sudah dia beli beberapa hari sebelumnya. Dengan tangan gemetar, Nadia melakukan tes. Dia menahan napas, jantungnya berdebar kencang. Beberapa saat kemudian, hasil tes muncul. Dua garis merah terang muncul di layar test pack. Nadia terdiam, matanya berkaca-kaca. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya. Dia tak percaya, dia hamil. Dia akan menjadi seorang ibu. Wanita cantik itu langsung berlari keluar dari kamar mandi dan menuju kamar tidur. Darren masih tertidur pulas di ranjang. Nadia duduk di tepi ranjang, matanya menatap Darren dengan penuh kasih sayang. "Kak," bisik Nadi

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Extra Part

    Minggu-minggu berlalu begitu cepat. Nadia sudah beberapa kali kontrol ke dokter untuk memeriksa kondisi tulang pahanya setelah operasi pelepasan pen. Dokter mengatakan bahwa tulang pahanya sudah pulih dengan baik dan dia sudah bisa beraktivitas seperti biasa."Kak, aku sudah bisa jalan normal lagi, lho!" seru Nadia, matanya berbinar gembira.Darren tersenyum, matanya memancarkan kebahagiaan. "Aku senang mendengarnya, Sayang," jawabnya. "Kamu sudah bisa kembali ke butik."Nadia mengangguk, matanya berbinar-binar. "Aku sudah tidak sabar untuk kembali bekerja," katanya. "Aku ingin membantu kamu mengembangkan butik."Darren mencium kening Nadia dengan lembut. "Aku tahu kamu bisa, Nad," kata Darren. "Kamu akan jadi desainer yang berbakat."Nadia kembali bekerja di butik milik Darren. Dia sangat antusias dalam berbagai hal, mulai dari mendesain baju, memilih bahan, hingga melayani pelanggan. Kehadiran Nadia di butik membuat suasana di sana semakin hidup dan ceria."Kak, aku punya

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 165

    Malam itu, udara dingin menusuk tulang. Darren dan Nadia berjalan beriringan menuju kediaman Rudi, om Darren yang terkenal kejam. Nadia melangkah dengan hati-hati, tulang pahanya masih terasa nyeri setelah operasi pelepasan pen."Kamu yakin mau ke sini?" tanya Darren, sedikit ragu."Iya, sekadar berbela sungkawa sebentar."Sesampainya di depan rumah Rudi, mereka mendengar suara teriakan yang nyaring. Suara itu berasal dari dalam rumah, terdengar seperti jeritan orang kesakitan. Nadia mengernyit, jantungnya berdebar kencang."Itu suara Om Rudi," bisik Darren.Mereka mengintip dari balik jendela. Di dalam, Rudi tampak seperti orang gila, berteriak-teriak histeris. "Mama ... Ma! Kembalilah padaku, Ma. Aku mohon jangan tinggalkan Papa ...!" teriaknya histeris, memeluk foto mendiang istrinya.Nadia merasa iba melihat Rudi yang terpuruk. "Kasian, dia kayak orang kehilangan akal," gumamnya.Darren hanya diam, matanya menatap Rudi dengan dingin. "Karma," gumamnya pelan, "Karma atas semua keja

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 164

    Beberapa jam berlalu. Nadia terbangun dari tidurnya, tubuhnya masih terasa lemas akibat pengaruh obat bius. Matanya perlahan terbuka, dan pandangannya langsung tertuju pada Darren yang duduk di samping ranjang, wajahnya tampak lesu. Nadia berusaha bangkit, tetapi rasa sakit yang menusuk di perutnya membuatnya kembali terbaring."Kak ...," lirih Nadia, suaranya serak dan bergetar.Darren langsung mendekat, memegang tangan Nadia dengan lembut. "Sayang, kamu udah bangun? Kamu masih sakit?"Nadia menggeleng lemah. "Sudah nggak terlalu."Darren tidak menjawab, hanya mengelus lembut rambut istrinya. Membuat Nadia berpikir macam-macam, tak biasanya suaminya murung."Kak, apa semua baik-baik saja? Ada masalah, sampai kamu murung begitu?" tanya Nadia, sambil tangannya perlahan menekan perut meredam rasa nyeri.Darren menarik napas dalam-dalam. "Iya, Sayang. Maaf membuatmu khawatir.""Ada apa?"Darren sebenarnya belum ingin cerita, tetapi Nadia sudah terlanjur curiga. "Kakek meninggal be

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 163

    Darren melangkah gontai memasuki ruangan rumah sakit tempat Nadia dirawat. Ia berharap bisa menemukan sedikit ketenangan di sini, setelah melakukan tindakan brutal terhadap Rahayu. Sayangnya, saat ia melihat wajah Nadia yang pucat dan terbaring lemah, rasa bersalah kembali menyergapnya."Sayang," lirih Darren, tangannya meraih tangan Nadia yang dingin. "Maafkan aku. Aku nggak bisa mencegah Tante Rahayu mengirimkan pesan itu, sehingga membuat pikiranmu terganggu."Namun, sebelum Darren bisa melanjutkan kata-katanya, bodyguard-nya, datang menghampiri. Wajahnya tampak muram, matanya berkaca-kaca."Tuan, ada kabar buruk," ucap Ryan, suaranya bergetar menahan tangis. "I-ini menyangkut Tuan Besar.""Apa?" tanya Darren, jantungnya berdebar kencang."Tuan Besar telah meninggal dunia, Dokter mengabarkan dua puluh menit yang lalu, dan saat ini jenazahnya masih ada di ICU karena menunggu Tuan," ucap Ryan, suaranya tercekat.Darren terpaku di tempat, matanya membelalak tak percaya. Ia tak

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 162

    Darren melangkah tegap menuju kantornya, meninggalkan kekacauan di Atmajaya. Ia tak peduli dengan perusahaan yang kini terancam bangkrut, tak peduli dengan kekhawatiran staf-staf Atmajaya tadi, dan tak peduli dengan nasib Rudi. Ia memasuki ruangannya, sebuah ruangan mewah dengan pemandangan kota dari jendela besar. Namun, kemewahan itu tak lagi berarti apa-apa baginya. Ia duduk di kursi empuk, membuka laptop, dan mulai mengetik.Darren mengirim email kepada para investor Atmajaya, memerintahkan mereka untuk segera menarik investasi dari perusahaan milik omnya. Ia tahu, dengan kekuasaannya, para investor pasti lebih berpihak padanya.[Saya harap Anda semua sudah membaca berita terkini tentang Atmajaya. Saya sarankan Anda untuk segera menarik investasi Anda dari perusahaan ini. Atmajaya sudah tidak layak untuk Anda investasikan.] tulis Darren dalam emailnya.Ia menekan tombol "kirim" dengan penuh amarah. Ia tahu, dengan email itu, ia telah menghancurkan Atmajaya. Namun, ia tak

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 161

    Nadia terbaring lemah di ranjang rumah sakit, matanya terpejam. Napasnya teratur, tubuhnya lemas setelah perawat menyuntikkan obat penenang. Air mata yang sebelumnya membasahi pipinya kini telah kering, meninggalkan jejak samar di kulit pucatnya. Marah, sedih, dan kecewa bercampur aduk dalam hatinya. Janin yang baru berusia dua bulan terpaksa diluruhkan, mimpi untuk menjadi seorang ibu harus ditunda.Darren duduk di kursi samping ranjang, matanya tertuju pada wajah Nadia yang tenang dalam tidurnya. Hatinya pedih melihat istrinya terbaring lemah, tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menggenggam erat tangan Nadia, berharap sentuhannya bisa sedikit meringankan beban yang sedang ditanggung istrinya. "Maaf, Sayang. Aku gak bisa ngelakuin apa-apa," bisik Darren lirih, suaranya bergetar menahan kesedihan. "Aku janji, kita bakal punya anak lagi."Darren terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca. Ia teringat untuk menemani Brata, sang kakek, yang dirawat di ICU karena infek

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 160

    Dokter itu meletakkan selembar kertas dan pulpen di hadapan Darren. Tangannya gemetar saat meraih pulpen, matanya menerawang ke arah pintu ruang operasi tempat Nadia terbaring."Ini, Pak Darren. Formulir persetujuan untuk tindakan medis. Saya sudah jelaskan risikonya, dan saya harap Anda bisa memahami keputusan ini." Dokter itu berkata dengan nada lembut, tetapi suaranya terasa berat di telinga Darren.Darren menatap formulir itu dengan tatapan kosong. Kata-kata dokter berputar-putar di kepalanya.Risiko tinggi.Kondisi kritis.Keputusan sulit. Ia mencoba mencari kekuatan di dalam diri, mencoba mencari jalan keluar dari dilemma yang menjeratnya."Dokter, apakah ... apakah tidak ada cara lain?" tanya Darren, suaranya terasa serak dan patah.Dokter menggeleng pelan. "Maaf, Pak Darren. Ini adalah pilihan terbaik yang bisa kita ambil saat ini. Jika kita tidak bertindak segera, kondisi Ibu Nadia akan semakin memburuk. Dan ris

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 159

    Darren masih terpaku di depan pintu ruang operasi, matanya menerawang ke dalam ruangan. Kekhawatirannya belum juga mereda. Nadia, istrinya, masih belum sadar dari pengaruh obat bius. Operasi pelepasan pen berjalan lancar, tapi kondisi Nadia justru memburuk setelahnya. Tekanan darahnya terus meningkat, dan keadaan kandungannya juga melemah.Tiba-tiba, seorang perawat berlari menghampirinya. Wajahnya tampak panik. "Maaf, Pak Darren. Ada kabar buruk. Kakek Brata kritis."Darren tersentak. "Apa maksudnya? Kakek Brata kenapa?""Infeksi paru-parunya semakin parah, Pak. Batuknya semakin keras dan sulit bernapas. Saat ini, Kakek Brata kejang-kejang." Perawat itu mengusap keringat di dahinya. Darren langsung berdiri tegak. "Dimana Kakek sekarang?""Di ruang ICU, Pak." Perawat itu menunjuk arah. "Saya harus kembali ke sana. Maaf, Pak."Darren terdiam sejenak. Rasa cemas dan takut bercampur aduk dalam dirinya. Nadia masih belum sadar, dan sekarang Kakeknya kritis. Ia merasaka

DMCA.com Protection Status