Beranda / Romansa / Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai! / 82. Pertengkaran berdampak pada anak

Share

82. Pertengkaran berdampak pada anak

Penulis: ZuniaZuny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 23:07:21

"Alesya."

Seberapa kuatnya cinta Liam untuk Alesya, tak akan mampu menghadirkan kembali seorang Alesya. Hal ini membuat Liam putus asa. Sedangkan Bella, dia terus dihantui rasa bersalah terhadap Alesya yang membuatnya seolah olah Alesya meneror hidupnya.

Meski mereka mencoba untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain, pada kenyataannya Liam masih belum sepenuhnya bisa mencintai Bella. Semua tanggung jawab diberikan tapi tidak untuk cinta. Mereka tidur terpisah dan tak pernah saling menyentuh satu sama lain.

Suatu sore, Bella duduk termangu di tepi jendela, menatap langit yang mulai gelap. Hatinya terasa hampa dan kesepian, menangis dalam diam. Liam, suaminya yang selalu sibuk dan tak pernah menoleh padanya, membuat Bella merasa tak berharga. Ingin rasanya ia merasakan belaian dan manjaan dari lelaki yang dicintainya itu.

Dalam keheningan malam, Bella menahan tangis yang menggenang di matanya. "Kenapa Liam terus mengabaikanku?" gumamnya lirih. Ia teringat saat-saat indah ketika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   83. Lagi dan lagi

    Bella memikirkan ucapan Liam, memang seharusnya dirinya tak egois dan bertengkar dengan Liam. Dia mengangguk setuju, "ya. Kita harus menjadi orang tua yang baik untuk Angel. Mulai sekarang, kita harus lebih sabar dan saling mengerti."Bella berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan berusaha menjaga kebahagiaan keluarga kecil mereka, demi kebahagiaan Angel yang menjadi prioritas utama dalam hidup mereka.Lima tahun kemudian."Papa, Angel bisa menggambar. Lihatlah gambaran Angel!"Anak berusia lima tahun itu menyodorkan kertas putih berukuran A4 dengan coretan pensil yang menghasilkan gambar dua orang dewasa dan dua anak yaitu laki laki dan perempuan. Sontak hal itu membuat Liam terkejut. "Angel gambar siapa ini?""Tentu saja gambaranku," jawab angel mencebikan mulutnya.Liam menggosok kepala Angel, "papa tahu jika ini adalah lukisan buatan tanganmu sayang. Maksud papa adalah siapa laki laki di lukisan ini?" Angel tersenyum manis, membuat siapapun yang melihat anak kecil

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   84. Wanita itu?!

    "Baiklah, tapi jangan ceritakan hal-hal yang membuat Angel takut, Liam. Kita harus melindungi perasaannya."Ucapan Bella membuat Liam merasa kesal. Bagaimanapun sebagai seorang Ayah, Liam tak akan memberi anaknya yang baru berumur lima tahun itu dengan kalimat kasar ataupun ucapan yang membebani otaknya. Dengan helaan nafas panjang, Liam berbisik pada Angel. "Sayang, apakah kamu mau bermain di taman kota?"Angel berbinar terang, segera setuju atas ajakan dari Ayahnya itu. "Mau Daddy. Aku mau!""Oke. Let's go!"Bella merasa jika suami dan anaknya mengacuhkannya, segera menghadang mereka. "Mau kemana? Ini sudah sore hari. Sebentar lagi, Angel ada les menari dan menyanyi.""Kami hanya pergi sebentar," jawab Liam berlalu melewati Bella tanpa menoleh lagi padanya. Hal itu membuat Bella sungguh murka, berkali kali menghentakkan kaki hingga terasa sakit sendiri.Liam dan Angel berangkat ke taman bermain di tengah kota, meninggalkan Bella yang terus mengomel tentang les Angel dan pekerjaan rum

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   85. Alesya, kau kah itu?

    "Kamu?!"Liam berdiri terpaku, matanya memandang tak percaya ke arah sosok wanita yang semula menunduk, membersihkan luka lecet di kaki Angel dan kini berdiri di hadapannya. "Ale!"Ya, wanita yang kini di depan Liam adalah Alesya, wanita yang dulu hilang tanpa jejak akibat kecelakaan tragis dan dinyatakan meninggal dunia itu kini berdiri dengan penampilan yang sangat berbeda. Rambutnya yang dulunya panjang kini dipotong pendek, dan gaya berpakaiannya yang dulu feminin, kini berubah menjadi lebih tomboi.Wajah Liam pucat, tubuhnya seakan kehilangan kekuatan. "Alesya?" suaranya bergetar, tak yakin apakah itu benar-benar istrinya atau hanya bayang-bayang masa lalu yang kembali menghantuinya. Alesya mengangguk perlahan, matanya yang dulunya ceria kini terlihat sayu. "Ya, Liam, ini aku," jawabnya dengan suara yang serak, seolah-olah setiap kata yang diucapkan menguras kekuatannya.Liam melangkah mendekat, tangannya gemetar saat ia mencoba menyentuh wajah Alesya, memastikan bahwa ini bukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   86. Dia yang berbeda

    Zidan berjalan perlahan mendekati Alesya dan Liam yang sedang bersama di taman. Senyumnya mengembang, penuh kepuasan sepanjang jalannya. Liam memperhatikan setiap langkah Zidan, hatinya tiba tiba merasa ragu, mencoba memahami situasi."Sudah lama kita tidak bertemu, Liam," ucap Zidan sambil menepuk bahu Liam ringan. "Aku ingin kau tahu bahwa selama ini, aku yang selalu ada disisi Alesya."Kata- kata itu seperti petir di siang bolong bagi Liam. Rasa nyeri yang mendadak muncul di ulu hatinya membuatnya hampir kehilangan keseimbangan. Lima tahun lalu, Alesya, istrinya, menghilang tanpa jejak. Dan kini, setelah pencarian yang begitu melelahkan dan penuh harap, Alesya muncul kembali bukan di sisinya, melainkan di sisi Zidan.Liam selalu membayangkan Alesya dalam doa dan mimpi, kini sepertinya Tuhan telah mendengar doanya, Alesya berdiri di hadapannya, tapi dengan aura yang berbeda. Liam bingung untuk mengatakan berbagai pertanyaan yang muncul di benaknya."Liam, aku—" Alesya mencoba berbic

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   87. Anak kecil saja mengetahuinya

    "Iya. Wanita yang tadi berbicara dengan Papa namanya Alesya," ucap Angel dengan lugu dan Bella tak mampu berkata kata."Ternyata mereka mengenalku, Ma. Papa bilang ibunya Dev adalah teman dekat papa. Tapi yang membuatku heran adalah, sikap aneh Papa, dia memeluk lama pada wanita itu. Papa bahkan meneteskan air mata, Ma. Tangisan yang tak pernah aku lihat," lanjut Angel, masih dengan rasa takjub dan kebingungan. Bella memandang Liam, matanya penuh pertanyaan. Liam menghela nafas, diamnya adalah jawaban jika dia mengakui wanita itu memang benar Alesya, seperti pengaduan Angel. Bella tersenyum dan memeluk Angel, mencoba menenangkannya. "Sayang kamu ke ruang belajar dulu ya, kerjakan PR-mu.""Baik, Ma."Suasana di ruang tamu itu menjadi penuh emosi, dengan campuran kekesalan dan kejutan dari kembalinya Alesya. Meski Angel sudah mengatakan yang sebenarnya, entah mengapa Bella tak percaya dan berharap semuanya hanya mimpi."Apakah benar yang dikatakan Angel, Liam? Apakah wanita dan anak yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   88. Sensasi pertemuan Ayah dan Anak

    "Angel, maukah kamu menolong mama," ucap Bella pada putrinya.Angel masih sedih mengingat sikap Liam, dengan enggan menyeka air di sudut mata lalu menjawab, "mama minta bantuan apa?""Tolong kamu bujuk papa kamu agar menjauh dari Dev dan ibunya. Ibunya adalah wanita tidak baik." "Baik Ma, aku akan bicarakan hal ini dengan papa."Bella setuju, segera memberikan jari kelingkingnya untuk disatukan dengan jemari Angel. Tak lama kemudian Liam pulang dari kantor. Dia merasa heran dengan anak dan istrinya yang tengah tersenyum bersama. "Apa yang sedang kalian diskusikan?" tanya Liam penasaran dan mendekat."Tidak ada. Em, aku akan menyiapkan air hangat untukmu." Bella segera melipir pergi ke kamar mandi sedangkan Liam duduk di samping Bella. "Katakan pada Papa, apa saja kegiatan anak manis papa ini?""Em, tidak ada. Seharian aku hanya di kamar.""Benarkah? Memangnya ada apa sayang?""Ada yang sedang aku pikirkan. Apakah papa mau tahu?""Apa itu, coba ceritakan pada papa."Angel menatap ayah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   89. Liam dan Alesya

    "Sudah hampir petang. Kita harus kembali Dev," ucap Zidan menghentikan aktivitas sepak bola di depannya."Yah, padahal lagi seru serunya," keluh Dev tak mau mengakhiri permainan tersebut.Dengan berat hati Dev segera berlari kepada Zidan tanpa berpamitan dengan Liam. Menggandeng tangan Zidan dan berbalik bersama."Tunggu?!"Liam menghentikan langkah mereka, mendekat dan berkata, "bolehkah aku ikut kalian? Ada yang ingin aku tanyakan kepada Alesya."Dev memandang Zidan sekilas, meminta jawaban kepada lelaki yang dianggap ayah itu. Zidan mengangguk setuju meski keinginan di hati menolak keras permintaan Liam. "Baiklah, Paman. Kamu boleh ikut."Mereka segera berjalan menuju mobil. Melaju membelah jalanan di tengah keramaian kota. Sepanjang perjalanan, Liam memperhatikan detail, menyimpan dalam memori tempat yang kini dituju.30 menit kemudian.Zidan membuka pintu rumahnya dengan perasaan campur aduk. Dia menoleh ke belakang, memastikan Liam mengikutinya masuk. Cahaya lampu menyinari waj

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   90. Devano mengerti kebenarannya

    "Berhenti."Alesya menarik tangan Zidan dengan kuat, menahan langkahnya yang hendak maju ke depan Dev. "Tunggu, Zidan," bisiknya dengan suara yang penuh urgensi. Di matanya, terlihat kepanikan yang mencoba ia sembunyikan. Zidan menoleh, kebingungan terlukis jelas di wajahnya."Kenapa, Le? Ada apa?" tanya Zidan, cemas melihat ekspresi Alesya yang jarang sekali terlihat.Alesya menelan ludah, matanya sejenak melirik ke arah Dev yang berdiri tidak jauh dari mereka, sibuk menerka apa yang Zidan dan Alesya bicarakan. "Jangan katakan apa-apa tentang itu sekarang. Aku... aku hanya minta waktu," ucapnya, suaranya hampir tidak terdengar.Zidan, yang semula ingin membongkar semua rahasia yang dipendam, merasa ragu. Ia bisa melihat kesungguhan dalam mata Alesya, keseriusan yang membuatnya harus berpikir dua kali. "Baiklah, tapi kita tidak bisa terus-terusan seperti ini, Ley. Kamu tahu itu," sahut Zidan, suaranya lembut namun teguh.Alesya mengangguk pelan, "Aku tahu, dan aku berjanji ini tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02

Bab terbaru

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   120. Malam ke-dua, penuh gairah

    Matahari telah tenggelam ketika Liam akhirnya sampai di rumah. Kepenatan terlihat jelas di raut wajahnya setelah lembur panjang di kantor. Namun, ketika ia membuka pintu kamar dan melihat Alesya, istrinya yang cantik, terbaring lelap dalam kedamaian, rasa lelah itu seolah sirna. "Alesya!" Liam duduk di tepi ranjang, menatap lembut wajah yang damai itu. Dengan hati-hati, Liam mengulurkan tangannya, mengelus pipi Alesya dengan penuh kasih. Dia tersenyum, merasa begitu bersyukur memiliki istri secantik dia, meski seharian ini Alesya marah padanya. Ya, Liam mengetahuinya dari Angel dan Devano.Sambil terus memandang, Liam tidak menyadari bahwa gerakan tangannya yang lembut telah membuat Alesya merasa tak nyaman. Tiba-tiba, Alesya membuka matanya, memandang objek yang mengganggunya sedangkan Liam yang terkejut, segera mengalihkan pandangannya."Alesya kenapa kamu bangun? Itu …. Itu, aku tidak bermaksud, em …."Liam bergumam dengan kata-kata yang tidak jelas, mencoba menyembunyikan kebing

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   119. Malam pertama

    "Aku tak sabar untuk memulai kembali malam pertama kita.""Liam!"Liam tersenyum menggoda, pergi ke tempat Marco. Mereka berbisik-bisik, entah membicarakan apa, Alesya tak bisa mendengarnya. Setelahnya, Liam kembali dan memegang tangan Alesya."Liam, apa yang baru saja kamu katakan pada Ayah?""Tidak penting. Ayo kita pergi.""Tapi …."Liam terus menyeret sang istri menuju kamar mereka. Baik Liam maupun Alesya terkejut bukan main saat masuk kamar. Ruangan yang semula rapi itu terlihat acak acakan dengan banyaknya kelopak bunga yang semburat seisi kamar. Ulah siapakah ini? Tentu saja ulah kedua anak mereka. Devano dan Angel, mereka sengaja menyulap kamar Liam yang biasa menjadi luar biasa. Bahkan tempat tidur mereka juga penuh kelopak mawar. Banyak juga balon beterbangan di langit langit kamar dengan berbagai tulisan. "Happy wedding, with love, I love you, making love dan masih banyak kata-kata cinta lainnya."Semua ini pasti ulah Angel dan devano," tebak Liam, mencoba menyingkirkan k

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   118. Pernikahan ulang

    "Ale, apa menurutmu kita harus menikah lagi?""Apa?"Alesya tidak mengerti, mengapa Liam tiba-tiba ingin menikah ulang? Mungkin karena perpisahan yang terlalu lama."Bagaimana, Sayang?""Terserah kamu saja, Liam.""Baiklah aku akan membicarakannya dengan Angel, Devano dan Ayah Marco."Liam tak mau menunggu lebih lama lagi. Dia segera menuruni tangga, menuju lantai bawah, di mana Marco berada. Terlihat jika lelaki yang berstatus mertua itu sedang menonton Televisi sendirian."Ayah, anak-anak sudah tidur?""Sudah.""Apa Ayah ada waktu sebentar?""Tentu saja. Ada perlu apa? Bicaralah!""Terima kasih telah meluangkan waktu sebentar.""Tidak masalah, jika ada yang ingin kamu bicarakan, bicara saja."Liam menghela napas panjang dan mulai berkata, "Baik, Ayah. Seperti yang Ayah tahu, aku dan Alesya telah berpisah selama lima tahun ini. Meskipun kami belum resmi bercerai dan masih dianggap suami istri, aku ingin meminta izin Ayah untuk mengadakan ritual pernikahan kami lagi.""Oh, begitu. Apa

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   117. Menikah lagi?

    Siang itu, langit tampak cerah seolah turut merayakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Liam. Liam dengan langkah gembira mendekati Alesya yang sedang berdiri di samping mobilnya. "Aku datang, Sayang."Liam langsung memeluk Alesya dengan erat, seolah tak ingin melepaskan lagi. "Alesya, kabar baik! Mona akhirnya di penjara," bisik Liam dengan suara yang bergetar, mencampurkan rasa lega dan kebahagiaan.Wajah Alesya yang semula teduh itu berubah menjadi sangat cerah. Senyum lebarnya menghiasi wajah cantiknya, matanya bersinar-sinar menunjukkan kegembiraan yang tak terbendung. "Benarkah, Liam? Ini benar-benar kabar terbaik!" serunya, tidak bisa menyembunyikan antusiasme yang membanjiri hatinya.Liam mengangguk, matanya terpejam sejenak menikmati kehangatan dari orang yang dicintainya. Namun, Liam segera melihat sekitar. "Di mana Angel dan Dev?""Mereka pergi ke taman dengan Ayah Marco, mungkin pulang larut. Katanya akan bersenang-senang.""Wah mereka curang. Kita harus membalasnya.""Memb

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   116. Memberi balasan yang setimpal

    "Ini berkas berkas gugatan dari saya." Liam menggenggam erat berkas-berkas di tangannya, pandangannya tajam tertuju kepada Nyonya Mona yang duduk di sisi ruangan yang berlawanan. Tension di ruangan itu kian terasa ketika Hakim memasuki ruangan dengan wajah serius. Liam berniat menyerahkan berkas itu pada pengadilan."Pak Liam dan Nyonya Mona, saya memutuskan untuk memberi waktu kepada kedua belah pihak untuk mempertimbangkan kembali kasus yang diajukan hari ini," ujar Hakim dengan tegas. "Kita akan melanjutkan sidang esok hari."Liam, yang merasa keadilan harus segera ditegakkan, mendapati kekecewaan mendalam. Dia menatap Mona yang terlihat tenang dan tidak terganggu. Hal itu membuat Liam frustasi membara.Di sisi lain, Mona berusaha menampilkan ekspresi tenang. Namun, matanya sesekali berkedip cepat, menandakan kecemasan yang dia coba sembunyikan.Keduanya berdiri dan meninggalkan ruangan dengan langkah yang berat, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri tentang bagaiman

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   115. Akhirnya ....

    "Bagaimana, Hakim?""Diperbolehkan."Mata Angel terlihat berkaca-kaca saat dia berdiri di depan ruangan persidangan yang penuh sesak. Suara kecilnya bergetar, namun penuh tekad saat dia mulai berbicara. "Yang Mulia, saya ingin tinggal bersama ayah saya, Liam," ujarnya, menatap hakim dengan mata yang memohon.Liam, yang duduk di bangku belakang, memperhatikan putrinya dengan penuh kebanggaan dan sedikit kekhawatiran. Wajahnya yang biasanya tenang, kini tampak tegang."Sejak saya masih bayi, hanya ayah yang selalu ada untuk saya. Ayah yang mengajari saya berjalan, ayah yang selalu menyembuhkan luka saya," lanjut Angel, suaranya semakin mantap. Ruangan itu terdiam, semua mata tertuju padanya.Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Ibu saya, Bella, dia... dia sudah meninggal. Tapi sebenarnya, sejak saya masih kecil, dia jarang ada untuk saya. Saya tidak merasa dicintai olehnya." Air mata mulai mengalir di pipi mungil Angel, tapi dia cepat-cepat menghapusnya."Saya tidak mau

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   114. Hasil putusan sidang adalah....

    Hari persidangan.Ruang sidang itu terasa besar dan berat dengan hiasan yang minimalis. Dindingnya berwarna abu-abu terang, memberikan suasana yang serius dan formal. Di tengah ruangan, terdapat meja panjang yang ditutupi dengan kain putih rapi, di atasnya berjejer dokumen-dokumen penting yang terorganisir dengan baik. Sidang telah dimulai dengan ruangan yang penuh ketegangan. Mona berdiri dengan mantap di hadapan Hakim, menggenggam beberapa dokumen penting. Raut wajahnya tegang namun bertekad, menunjukkan keseriusannya dalam memperjuangkan hak asuh atas putri sahabatnya, Angel."Yang Mulia, berikut adalah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa saya adalah pihak yang lebih layak dalam membesarkan Angel," ucap Mona dengan suara yang bergetar sedikit karena emosi.Dia menyodorkan foto-foto, rekaman video, dan laporan sekolah yang menunjukkan keterlibatan aktifnya dalam kehidupan Angel. Setiap bukti diserahkan dengan tangan yang sedikit gemetar, namun determinasinya tidak luntur.Sementara

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   113. Seranjang tapi tak bersentuhan

    "Apa maksudmu, Bu?" tanya Liam tak mengerti."Haha, aku hanya bercanda. Ini, ambillah! Aku memberikan gratis untuk anakmu yang baru sembuh."Liam mengernyitkan kening, bingung mencerna ucapan wanita tua di depannya. Meski berusia lanjut, nenek itu terlihat cantik dan elegan. Sangat tak padu dengan kegiatannya malam ini, sebagai penjual bunga."Benarkah ini gratis? Ah tidak tidak. Aku akan membayarnya. Ini, terimalah!"Liam membuang kasar uang kertas itu, berlalu dengan cepat setelah mendapatkan seikat bunga mawar. Mobil melaju dengan kencang tanpa memperdulikan wanita penjual bunga tadi. Sesekali Liam melirik seikat bunga mawarnya, memikirkan Angel yang pasti tersenyum bahagia."Tunggu aku, Sayang."Kediaman Roderick."Aku pulang.""Papa."Angel menyambut Liam dengan sorot mata yang bersinar saat melihat bunga mawar merah di tangan ayahnya. Anak perempuan kecil itu melompat kegirangan dan berlari menghampiri Liam, "Papa bawa bunga kesukaan Angel!" teriaknya penuh kegembiraan. Dengan

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   112. Bantuan kawan lama

    "Aku …, baiklah. Aku akan membantumu."Liam segera memegang tangan Andi. Senyuman terulas di bibir seksinya, juga bulir bening menetes di pipi. Andi segera merengkuh sahabatnya itu, memberi dukungan terhadap Liam. Namun, pelukan segera diakhiri. Dengan tatapan penuh telisik, Andi memandang Liam."Katakan padaku, bagaimana bisa kamu menyembunyikan rahasia besar tentang pernikahanmu padaku?"Liam tersenyum kecut, mengingat betapa egoisnya kala itu. "Saat itu aku benar benar kecewa, saking kecewanya pada Bella, Alesya lah sebagai pelampiasan nya. Dan aku tak ingin mengumbar aib keluargaku. Bagaimanapun juga, Bella pernah menjadi wanita yang kucintai. Sekarang, aku hanya fokus hidup pada keluarga kecilku bersama Alesya."Andi mengangguk, memahami betapa sulitnya kehidupan Liam selama ini. Dan sahabatnya itu sukses menutup rapat masalah sehingga tak ada satupun yang mengerti kesulitan yang dihadapi. Bahkan perusahaan Roderick sama sekali tak terpengaruh. Sungguh lelaki yang bijaksana dan d

DMCA.com Protection Status