Angling berlari cepat mengejar gadis cantik berpakaian kumal tersebut. Entah mengapa tubuhnya reflek begitu saja, dan saat ia sudah mendekat, Angling melompat untuk menerkamnya.
Mereka berdua berguling-guling di permukaan tanah, dan kedua mata mereka saling memandang. Seakan-akan tatapan itu penuh arti.“Aishwarya Chandra?” gumam Angling dengan mata melebar, dan suara gumaman Angling dapat didengar oleh kedua telinga Chandra. Chandra menatap nyalang Angling masih dalam keadaan berguling-guling di permukaan tanah, dan menendang singkong premium milik pemuda berambut sebahu tersebut, “Dasar laki-laki mesum!”“Aakh!” pekik Angling dengan tubuh terpental beberapa meter, lalu berguling ke kiri, dan ke kanan sambil memegangi singkong premium miliknya.“Berani kau menyentuh tubuhku, hah?”“Bu-bukan, aku tidak bermaksud seperti i-itu,” sergah Angling mencoba bangkit berdiri, tetapi tetap tidak mampu karena singkong premiumnya masih merasakan ngilu setelah ditendang oleh Chandra.Secepat mungkin Angling memulihkan tubuhnya, terutama bagian singkong premium yang ditendang oleh Chandra menggunakan ajian cakra manggilingan, yakni tingkat pertama ajian serat jiwa. Ia takut kehilangan Chandra yang merupakan ‘Tabib Dewa.’Di kehidupan sebelumnya, Angling pernah bertemu dengan Chandra dalam medan pertempuran, dan pada akhirnya tubuh Chandra dikorbankan untuk dikendalikan oleh salah satu dewa sesat, yakni Dewi Lembu Durga. Maka dari itu Angling harus mendapatkan Chandra sebagai titik penting untuk mencegah, ataupun memenangkan peperangan, sehingga merubah takdir bumi selamat dari dewa sesat, dan juga bangsa siluman. “Lalu kenapa kau mengejarku? Hah!” bentak Chandra sambil menarik kerah baju Angling.“Aku hanya Raja kerajaan Awan Merah untuk mencari wanita bernama Aishwarya Candra, dan ciri-cirinya persis seperti Nona. Jadi aku mengejar Nona, dan aku pikir Nona adalah Aishwarya Chandra,” balas Angling beralasan.Padahal di kehidupan sebelumnya pun Angling hanya melihat sekilas wajah Aishwarya Chandra.Chandra semakin mengeratkan cengkraman tangannya di kerah baju Angling, dan menyergah keras, “Bohong! Pasti kau orang-orang dari partai Darah Iblis kan?”“Kalau Nona tidak percaya. Nona bisa berbicara dengan guruku Empu Satria —-”“Empu Satria?” potong Chandra dengan mata membulat, dan melanjutkan, “Apa itu benar?”“Ya, Nona. Itu benar, aku memang sengaja datang ke Desa Pasir Merak bersama guruku yang diutus oleh Raja Sabdo Pandito dari Kerajaan Awan Merah untuk menyelamatkanmu dari partai Kelabang Iblis,” jawab Angling dengan mantap.Chandra menghela nafas lega sambil melepaskan cengkraman tangannya dari kera baju Angling, “Syukurlah, aku pikir aku takan selamat.”“Dasar wanita barbar! Di kehidupan sebelumnya pun kau masih seperti itu. Selalu saja menyerang tanpa pernah berpikir taktis,” gerutu Angling dalam batinnya.“Maafkan aku, kisanak. Aku kira kamu mau merebutku dari anggota partai Kelabang Iblis, dan membawa ke partai Iblis Darah,” tutur Chandra dengan menunduk sesal, karena telah bersikap tidak sopan pada Angling.“Tunggu!” Angling panik, dan langsung menarik tubuh Chandra untuk tertelungkup di permukaan tanah. “Ada yang datang, dan jumlahnya sangat banyak, kita harus kembali ke desa!”Mereka berdua segera berlari ke desa, karena merasakan energi metafisika dalam jumlah besar sedang bergerak ke arah Desa Pasir Merak.Semua warga berlindung di balik tubuh Empu Satria yang sudah sadar. Mereka agak ketakutan dengan Karbara Abiyasa yang masih memakan mayat-mayat anggota partai Kelabang Iblis.Empu Satria yang tidak tahu kalau Abiyasa adalah hewan penjaga suci milik Angling bersiap menyerangnya.“Ajian tongkat pemukul ku —”“Tunggu Guru!” potong Angling sambil berdiri di depan Abiyasa yang malah enak-enakan mengunyah kepala-kepala mayat anggota partai Kelabang Iblis. Kemudian Angling melanjutkan dengan raut muka mengiba, “Ini adalah temanku. Namanya Karbara Abiyasa. Jadi guru jangan memukulnya. Nanti aku jelaskan. Lebih baik sekarang kita bawa semua warga Desa Pasir Merak untuk mengungsi dari sini. Soalnya mereka sudah dekat, dan jumlahnya sangat banyak.”Empu Satria menyetujui usulan Angling dengan mengangguk pelan. Pria berjenggot putih juga merasakan energi metafisika dalam jumlah yang sangat banyak bergerak ke arah Desa Pasir Merak.“Ini buruk, kalau mereka berhasil menemukan kita. Pasti mati, aku sangat paham energi metafisika ini bukan pendekar biasa. Mereka pasti dari partai Iblis Darah yang sangat kejam,” gumam Empu Satria.“Semuanya ikuti Nona ini!” titah Angling.Para warga pun diarahkan oleh Chandra untuk menuju ke hutan terlarang di sebelah barat Desa Pasir Merak."Angling, ayo kita juga menyusul!" ajak Empu Satria."Tidak, Guru. Aku akan bersembunyi disini bersama Abiyasa. Aku hanya ingin memastikan mereka selamat. Kalau mereka dapat mengendus keberadaan wara, setidaknya aku masih bisa melawan mereka untuk mengulur waktu —"Empu Satria memukul kepala Angling, karena selalu saja keras kepala kalau masalah tolong-menolong orang lain, "Bahaya bodoh!"Angling meringis kesakitan sambil mengelus-elus cepat kepalanya yang sakit, "Guru kenapa memukul kepalaku? Sakit tahu!" "Aku tidak ingin kau mati. Mereka bukan lawan yang mudah kau taklukan. Aku pernah bertarung dengan mereka, paham!" sergah Empu Satria kesal, karena Angling masih saja keras kepala disaat situasi genting seperti ini.Angling berdehem keras ke arah Abiyasa yang sudah kekenyangan setelah memakan semua mayat anggota partai Kelabang Iblis. Abiyasa tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya yang tajam, tetapi bersih putih setelah memakan banyak mayat.Kemudian Abiyasa berlari, dan menggigit bagian baju Empu Satria, lalu membawanya masuk ke dalam hutan."Woy, Serigala laknat! Kau mau dapat kutukan karena memperlakukan orang tua sepertiku, hah?" berontak Empu Satria, tetapi Abiyasa pura-pura tidak mendengarnya.Setelah punggung Abiyasa tidak terlihat, Angling masuk ke dalam salah satu rumah penduduk yang paling ujung. Setelah itu terdengar suara hentakan sepatu kuda dengan jumlah yang sangat banyak.Seorang pria memakai topeng hitam turun dari kudanya dengan raut muka dingin di balik topengnya. Ia mengedarkan energi metafisikanya ke seluruh wilayah untuk mencari keberadaan Aishwarya Chandra, ataupun penduduk yang masih tersisa."Sial, mereka semua telah dihabisi. Siapa yang berani membawa harta berhargaku," gumamnya dengan menggertakan gigi. Kemudian ia melompat ke belakang untuk menaiki kudanya kembali, lalu berteriak, “Bakar semuanya!”Pasukan utama partai Iblis Darah mengeluarkan bola api dari telapak tangan mereka, dan menembakkannya ke arah rumah-rumah penduduk.Si Jago Merah dengan cepat melahap rumah-rumah penduduk. Kobaran api membumbung ke langit, pasukan yang dipimpin oleh pemimpin utama partai Iblis darah bernama Arya Dewangga itu pun pergi. Angling masih tetap berada di dalam rumah penduduk yang paling ujung sedang bersila menyerap energi metafisika yang sangat besar untuk menerobos fase selanjutnya, yakni fase kayu bintang satu."Aku berhasil dengan cepat naik budidaya fase kayu bintang satu. Namun resiko dari mempelajari teknik budidaya serat jiwa akan muncul setelah aku mencapai tahap emas. Karena hanya para pendekar dengan koin emas yang banyak yang bisa menggunakan teknik budidaya ini yang membutuhkan banyak sumber daya," gumamnya sambil mengarahkan telapak tangan kirinya yang sudah memunculkan lubang hitam ke depan.Pria bertopeng hitam itu bukan pendekar sembarangan. Ia telah mengetahui keberadaan Angling, dan mengutus anak buahnya yang pandai dalam pembunuhan senyap."Habisi dia!"Tiba-tiba muncul di bagian belakang pelana kuda seorang pria memakai baju ninja berwarna hitam dalam keadaan berlutut satu kaki."Siap, Tuan!"Sosok pria tersebut hilang dari pandangan pria bertopeng dengan tubuh berkedip, walaupun pria bertopeng hitam tersebut tidak menoleh untuk melihatnya. Sosok pria tersebut memiliki ajian meringankan tubuh yang sangat mumpuni, yakni ajian saipi angin. Hanya dalam sekejap mata, jarak 500 meter itu ditempuh, dan tiba di dalam rumah yang sedang didiami oleh Angling, dan dalam keadaan api berkobar-kobar membakar bagian dalam rumah.“Pemuda yang sangat tampan, tetapi tuanku menginginkan nyawamu! Ajian Candra Kembar!” Sosok tersebut mengeluarkan kedua pedang dari cincin ruangnya, lalu di tebaskan secara diagonal ke arah leher Angling.Angling menangkis dengan seruling emasnya, lalu menendang kedua pedang tersebut sambil salto ke belakang. Begitu ada kesempatan, ia langsung menerobos dinding rumah yang terbuat dari bambu di belakang dengan gerakan lompat harimau, dan berhasil keluar.Sosok ninja berbaju hitam tersebut tidak membiarkan Aggling kabur, dia juga menerobos kobaran api yang sudah membesar. Rumah itu ambruk setelah diterobos oleh sosok ninja tersebut, hingga kobaran apinya hampir mengenai Angling. “Aku harus memancingnya ke dalam hutan. Aku butuh kedua pedang itu,” gumam Angling terus berlari ke dalam bagian luar hutan terlarang guna memancing sosok ninja tersebut untuk mengejarnya. Namun tetap saja sosok ninja tersebut lebih cepat gerakannya. Hanya dalam satu hembusan nafas, dia sudah berada di depan Angling dan melepaskan tebasan beruntun.“Mati kau! Ajian Candra Kembar!” serunya dengan tatapan nyalang.Angling kembali menangkis dengan seruling emas. Ketiga senjata itu berbenturan, dan keduanya terpun
Angling mengelus-elus kepalanya yang sakit setelah dipukul oleh Empu Satria, dan Candra. Lalu berjalan masuk ke dalam bangunan bekas istana Adipati kota Lotus Api tanpa meminta izin kepada orang yang sedari menawarkan bangunan itu seharga 100 koin emas. Sang penjaga istana Adipati Lotus Api membiarkan Angling begitu saja.“Aku telah menemukan penyebab wabah ini!” gumam Angling tanpa menoleh.Ketika ia sampai di depan sebuah dinding, tangannya mengelus pelan untuk menghilangkan debu yang menutupi dinding tersebut, dan tampak sebuah gambar yang tercetak di dinding tersebut, serta sangat dihafal Angling Madangkara dalam ingatannya.Angling menekan gambar Serigala mirip Abiyasa, dan gambar Rubah berekor 10. Seketika itu juga dinding itu bergerak ke atas, dan mengeluarkan suara gesekan batu yang sangat keras..Empu Satria, Candra, dan orang dari suku Dwaya yang menjual bangunan istana tersebut terkejut setengah mati. Mereka bertiga bertanya-tanya, bagaimana Angling bisa tahu bahwa ada pintu
Candra menangkis cakaran kedua tangan Angling dengan kedua pedangnya, dan membuat tubuh Angling terpundur dengan merangkak. Pria berambut hitam tersebut sudah berubah bentuk fisiknya seperti siluman Harimau yang memiliki kuku-kuku panjang, manik matanya merah darah, dan keempat gigi taringnya mencuat ke atas dan ke bawah, hingga meneteskan air liur.Candra berlari cepat dengan membalikan posisi pedangnya ke bagian dalam, lalu melompati tubuh Angling, dan mendarat dengan sempurna setelah melakukan lompatan harimau. Setelah mendarat, Candra tidak basa-basi lagi menghantamkan kedua ujung gagang pedang ke tengkuk Angling, dan langsung membuatnya pingsan.Bayanaka juga ikut pingsan, dan merubah panah pasopati tersebut menjadi sebuah sarung tangan besi dengan warna berbeda, warna merah di sebelah kiri, dan warna biru di sebelah kanan.Candra menumpu tubuhnya dengan kedua pedang yang ditusukan ke permukaan lantai dalam keadaan dada kembang kempis, dan nafas tersengal.“Dasar pendekar monster
Angling panik, sebab mengira Maung Lodaya akan menerkam warga desa Pasir Merak yang pingsan untuk dilahapnya. Kemudian ia melompat ke arah Maung Lodaya yang sedang mengaum untuk menghentikan gelombang pasir Gandiwa.Namun usaha salah paham dari Angling itu berbuah manis, Maung Lodaya berhasil dihantam kepalanya dengan seruling emas.Perlahan tubuh Maung Lodaya lenyap, tetapi sebelum tubuh Harimau berwarna jingga tersebut lenyap, mulutnya terbuka, dan menghisap semua pasir Gandiwa.“Aku mengutukmu, Angling Madangkara! Kau akan merasakan haus darah ketika bulan purnama, dan hanya bisa sembuh kalau kau menemukan pasir Gandiwa!”Suara menggelegar tersebut adalah suara Maung Lodaya yang tak terima dirinya dihantam seruling emas, dan membuat tubuhnya kembali tersegel di dalam seruling emas.“Apa? A-aku salah paham terhadap Maung Lodaya?” Angling matanya membulat, karena apa yang dilakukannya pada Maung Lodaya justru jadi bumerang baginya.Empu Satria yang mengetahui pasir Gandiwa yang sanga
Anak panah itu diselimuti kobaran api yang sangat besar. Pasukan Rasputi yang sedang menaiki kuda segera mundur dengan berlari sejauh mungkin.Benar saja saat anak panah itu mengenai permukaan tanah, ledakan dahsyat terjadi. Bahkan membuat 13 anak buah Rasputi terpental dari punggung kuda yang sedang dinaikinya.Ledakan itu menciptakan kobaran api yang sangat besar disertai gelombang kejut yang sangat dahsyat, dan mampu meluluhlantakkan wilayah dalam radius 200 meter.“B*d*b**! Siapa yang berani melakukan ini pada pasukan elit milikku?” berang Rasputi dengan menggertakkan gigi, dan gada besar yang sudah diangkat ke udara.Pasukan Lotus salju juga yang berjaga di atas menara depan gerbang masuk kota Lotus Api segera menembaki Rasputi dengan ratusan anak panah secara bertubi-tubi.“Ajian Triwikrama!” seru Rasputi, dan membuat tubuhnya menjadi raksasa setinggi 20 meter. Lalu mengayunkan gada raksasa tersebut untuk menghempaskan ratusan anak panah yang segera mengenai hampir seluruh bagia
Angling menyelesaikan pembuatan pil pemulihan nirwana dengan sangat cepat. Pil berwarna biru pudar tersebut segera disimpan ke dalam cincin nirwana miliknya dengan gerakan cepat. “Abiyasa, cepat! Kita harus menolongnya!” seru Angling sambil menunjuk ke arah pria berbadan kekar dengan kumis tipis dan memakai baju keraton berwarna emas yang sedang menaiki kuda. Lalu bergegas menaiki punggung Karbara Abiyasa, dan Serigala berbulu hitam runcing tersebut berlari cepat ke arah Patih Winda Basudara yang sedang menyeret tubuh Kakek Segala Tahu dengan kudanya menjauh dari pintu gerbang benteng kota raja Pringgandani.Para pengawal Patih Winda Basudara yang sedang berlari di depan kuda sang patih langsung berhenti. Kemudian melepaskan tusukan tombak ke arah Abiyasa. Tubuh Serigala hitam yang hendak berhenti tersebut terpundur ke belakang, dan hampir saja terjungkal.“Grrr ….”Dengan tatapan tajam Abiyasa menggeram keras, dan bersiap menyerang para pengawal sang patih.“Tenang Abiyasa! Ini han
Angling segera bereaksi dengan melayangkan pukulan ke dahi Putri Dyah Ayu menggunakan seruling emas, dan membuatnya memekik kesakitan, hingga terpundur beberapa langkah.Namun Putri Dyah yang sudah melepaskan cengkramannya di leher Angling kembali menyerang dengan lompat harimau untuk menumbuk perut Angling, dan merobeknya dengan cakaran kedua tangannya.“Auuu!”Abiyasa membesarkan tubuhnya, dan langsung melompat untuk menghalau serangan Putri Dyah Ayu. Alhasil gadis bertubuh seksi yang terbuka belahan gunung kembarnya tersebut, dan hampir lepas kain yang menutupi bagian tersebut, tubuhnya terpental setelah menabrak kepala Abiyasa.“Jangan ada yang masuk!” teriak Angling dari dalam kamar dengan suara panik. Sebab dia tidak mau ada yang terluka oleh amukan Putri Dyah Ayu yang sedang kerasukan siluman yang cukup ganas.“Hahaha …. Lebih baik kau serahkan tubuhmu untuk aku makan, hahaha …,” kata Putri Dyah Ayu dengan tertawa menyeringai.Abiyasa yang kesal melompat ke arah Putri Dyah Ayu
4000 tahun yang lalu, bumi mencapai puncak keemasan, dan kedamaiannya, karena terus diberkati dewa-dewa yang memberikan banyak ilmu pengetahuan pada manusia.Namun saat Siluman muncul di bumi, dan membantai manusia, hingga manusia memasuki era kepunahan. Pada saat kondisi terlemah dalam sejarah bumi inilah muncul 9 orang yang diberkahi oleh dewa bernama Nawadewanata, dan berkumpul menciptakan kubah dinding yang tak terbatas.Kubah tersebut berhasil memisahkan benua sangakama, yakni benua manusia, alam dewa, dan alam siluman. Kubah dinding tak terbatas atau kubah Nawadewanata adalah sebuah perisai yang memiliki luas jutaan hektar, dan tak bisa ditembus oleh dewa maupun siluman dengan tingkat kekuatan sihir apapun.Selama ribuan tahun kubah Nawadewanata berhasil melindungi umat manusia sampai 1000 tahun lamanya.Akan tetapi akibat keserakahan manusia yang terus mengeksploitasi energi dari kubah Nawadewanata untuk dirinya sendiri, lambat laun kubah pelindung tersebut melemah. Pada akhir
Angling segera bereaksi dengan melayangkan pukulan ke dahi Putri Dyah Ayu menggunakan seruling emas, dan membuatnya memekik kesakitan, hingga terpundur beberapa langkah.Namun Putri Dyah yang sudah melepaskan cengkramannya di leher Angling kembali menyerang dengan lompat harimau untuk menumbuk perut Angling, dan merobeknya dengan cakaran kedua tangannya.“Auuu!”Abiyasa membesarkan tubuhnya, dan langsung melompat untuk menghalau serangan Putri Dyah Ayu. Alhasil gadis bertubuh seksi yang terbuka belahan gunung kembarnya tersebut, dan hampir lepas kain yang menutupi bagian tersebut, tubuhnya terpental setelah menabrak kepala Abiyasa.“Jangan ada yang masuk!” teriak Angling dari dalam kamar dengan suara panik. Sebab dia tidak mau ada yang terluka oleh amukan Putri Dyah Ayu yang sedang kerasukan siluman yang cukup ganas.“Hahaha …. Lebih baik kau serahkan tubuhmu untuk aku makan, hahaha …,” kata Putri Dyah Ayu dengan tertawa menyeringai.Abiyasa yang kesal melompat ke arah Putri Dyah Ayu
Angling menyelesaikan pembuatan pil pemulihan nirwana dengan sangat cepat. Pil berwarna biru pudar tersebut segera disimpan ke dalam cincin nirwana miliknya dengan gerakan cepat. “Abiyasa, cepat! Kita harus menolongnya!” seru Angling sambil menunjuk ke arah pria berbadan kekar dengan kumis tipis dan memakai baju keraton berwarna emas yang sedang menaiki kuda. Lalu bergegas menaiki punggung Karbara Abiyasa, dan Serigala berbulu hitam runcing tersebut berlari cepat ke arah Patih Winda Basudara yang sedang menyeret tubuh Kakek Segala Tahu dengan kudanya menjauh dari pintu gerbang benteng kota raja Pringgandani.Para pengawal Patih Winda Basudara yang sedang berlari di depan kuda sang patih langsung berhenti. Kemudian melepaskan tusukan tombak ke arah Abiyasa. Tubuh Serigala hitam yang hendak berhenti tersebut terpundur ke belakang, dan hampir saja terjungkal.“Grrr ….”Dengan tatapan tajam Abiyasa menggeram keras, dan bersiap menyerang para pengawal sang patih.“Tenang Abiyasa! Ini han
Anak panah itu diselimuti kobaran api yang sangat besar. Pasukan Rasputi yang sedang menaiki kuda segera mundur dengan berlari sejauh mungkin.Benar saja saat anak panah itu mengenai permukaan tanah, ledakan dahsyat terjadi. Bahkan membuat 13 anak buah Rasputi terpental dari punggung kuda yang sedang dinaikinya.Ledakan itu menciptakan kobaran api yang sangat besar disertai gelombang kejut yang sangat dahsyat, dan mampu meluluhlantakkan wilayah dalam radius 200 meter.“B*d*b**! Siapa yang berani melakukan ini pada pasukan elit milikku?” berang Rasputi dengan menggertakkan gigi, dan gada besar yang sudah diangkat ke udara.Pasukan Lotus salju juga yang berjaga di atas menara depan gerbang masuk kota Lotus Api segera menembaki Rasputi dengan ratusan anak panah secara bertubi-tubi.“Ajian Triwikrama!” seru Rasputi, dan membuat tubuhnya menjadi raksasa setinggi 20 meter. Lalu mengayunkan gada raksasa tersebut untuk menghempaskan ratusan anak panah yang segera mengenai hampir seluruh bagia
Angling panik, sebab mengira Maung Lodaya akan menerkam warga desa Pasir Merak yang pingsan untuk dilahapnya. Kemudian ia melompat ke arah Maung Lodaya yang sedang mengaum untuk menghentikan gelombang pasir Gandiwa.Namun usaha salah paham dari Angling itu berbuah manis, Maung Lodaya berhasil dihantam kepalanya dengan seruling emas.Perlahan tubuh Maung Lodaya lenyap, tetapi sebelum tubuh Harimau berwarna jingga tersebut lenyap, mulutnya terbuka, dan menghisap semua pasir Gandiwa.“Aku mengutukmu, Angling Madangkara! Kau akan merasakan haus darah ketika bulan purnama, dan hanya bisa sembuh kalau kau menemukan pasir Gandiwa!”Suara menggelegar tersebut adalah suara Maung Lodaya yang tak terima dirinya dihantam seruling emas, dan membuat tubuhnya kembali tersegel di dalam seruling emas.“Apa? A-aku salah paham terhadap Maung Lodaya?” Angling matanya membulat, karena apa yang dilakukannya pada Maung Lodaya justru jadi bumerang baginya.Empu Satria yang mengetahui pasir Gandiwa yang sanga
Candra menangkis cakaran kedua tangan Angling dengan kedua pedangnya, dan membuat tubuh Angling terpundur dengan merangkak. Pria berambut hitam tersebut sudah berubah bentuk fisiknya seperti siluman Harimau yang memiliki kuku-kuku panjang, manik matanya merah darah, dan keempat gigi taringnya mencuat ke atas dan ke bawah, hingga meneteskan air liur.Candra berlari cepat dengan membalikan posisi pedangnya ke bagian dalam, lalu melompati tubuh Angling, dan mendarat dengan sempurna setelah melakukan lompatan harimau. Setelah mendarat, Candra tidak basa-basi lagi menghantamkan kedua ujung gagang pedang ke tengkuk Angling, dan langsung membuatnya pingsan.Bayanaka juga ikut pingsan, dan merubah panah pasopati tersebut menjadi sebuah sarung tangan besi dengan warna berbeda, warna merah di sebelah kiri, dan warna biru di sebelah kanan.Candra menumpu tubuhnya dengan kedua pedang yang ditusukan ke permukaan lantai dalam keadaan dada kembang kempis, dan nafas tersengal.“Dasar pendekar monster
Angling mengelus-elus kepalanya yang sakit setelah dipukul oleh Empu Satria, dan Candra. Lalu berjalan masuk ke dalam bangunan bekas istana Adipati kota Lotus Api tanpa meminta izin kepada orang yang sedari menawarkan bangunan itu seharga 100 koin emas. Sang penjaga istana Adipati Lotus Api membiarkan Angling begitu saja.“Aku telah menemukan penyebab wabah ini!” gumam Angling tanpa menoleh.Ketika ia sampai di depan sebuah dinding, tangannya mengelus pelan untuk menghilangkan debu yang menutupi dinding tersebut, dan tampak sebuah gambar yang tercetak di dinding tersebut, serta sangat dihafal Angling Madangkara dalam ingatannya.Angling menekan gambar Serigala mirip Abiyasa, dan gambar Rubah berekor 10. Seketika itu juga dinding itu bergerak ke atas, dan mengeluarkan suara gesekan batu yang sangat keras..Empu Satria, Candra, dan orang dari suku Dwaya yang menjual bangunan istana tersebut terkejut setengah mati. Mereka bertiga bertanya-tanya, bagaimana Angling bisa tahu bahwa ada pintu
Angling menangkis dengan seruling emasnya, lalu menendang kedua pedang tersebut sambil salto ke belakang. Begitu ada kesempatan, ia langsung menerobos dinding rumah yang terbuat dari bambu di belakang dengan gerakan lompat harimau, dan berhasil keluar.Sosok ninja berbaju hitam tersebut tidak membiarkan Aggling kabur, dia juga menerobos kobaran api yang sudah membesar. Rumah itu ambruk setelah diterobos oleh sosok ninja tersebut, hingga kobaran apinya hampir mengenai Angling. “Aku harus memancingnya ke dalam hutan. Aku butuh kedua pedang itu,” gumam Angling terus berlari ke dalam bagian luar hutan terlarang guna memancing sosok ninja tersebut untuk mengejarnya. Namun tetap saja sosok ninja tersebut lebih cepat gerakannya. Hanya dalam satu hembusan nafas, dia sudah berada di depan Angling dan melepaskan tebasan beruntun.“Mati kau! Ajian Candra Kembar!” serunya dengan tatapan nyalang.Angling kembali menangkis dengan seruling emas. Ketiga senjata itu berbenturan, dan keduanya terpun
Angling berlari cepat mengejar gadis cantik berpakaian kumal tersebut. Entah mengapa tubuhnya reflek begitu saja, dan saat ia sudah mendekat, Angling melompat untuk menerkamnya.Mereka berdua berguling-guling di permukaan tanah, dan kedua mata mereka saling memandang. Seakan-akan tatapan itu penuh arti.“Aishwarya Chandra?” gumam Angling dengan mata melebar, dan suara gumaman Angling dapat didengar oleh kedua telinga Chandra. Chandra menatap nyalang Angling masih dalam keadaan berguling-guling di permukaan tanah, dan menendang singkong premium milik pemuda berambut sebahu tersebut, “Dasar laki-laki mesum!”“Aakh!” pekik Angling dengan tubuh terpental beberapa meter, lalu berguling ke kiri, dan ke kanan sambil memegangi singkong premium miliknya.“Berani kau menyentuh tubuhku, hah?”“Bu-bukan, aku tidak bermaksud seperti i-itu,” sergah Angling mencoba bangkit berdiri, tetapi tetap tidak mampu karena singkong premiumnya masih merasakan ngilu setelah ditendang oleh Chandra.Secepat mung
Tubuh Angling seperti terkelupas kulitnya. Setelah tangannya tiba-tiba menggenggam pusaka tingkat dewa, yakni seruling emas. Ia juga tak sengaja menarik kitab ajian serat jiwa yang sangat terlarang, dan energinya masuk ke dalam wadah induk miliknya.Energi metafisika yang berada di dalam gua terserap sangat cepat masuk ke dalam wadah induk tenaga dalamnya, dan menaikan fasenya ke fase pejuang bintang lima dalam sekejap.“Aaargh!” Angling Madangkara terus mengerang dengan seluruh urat otot menonjol besar di sekujur tubuh. Bahkan gua itu tak berhenti bergetar, membuat semua penduduk di desa Pasir Merak ketakutan, termasuk semua anggota partai Kelabang Iblis.“Huff … huff ….” Angling Madangkara berhasil menarik keluar sepenuhnya pusaka seruling emas, dan ia berlutut satu kaki dengan dada kembang-kempis, serta bulir-bulir keringat membasahi tubuhnya, “Huff … aku harus cepat keluar dari sini, dan menyelamatkan warga Desa Pasir Merak, karena esok hari mereka semua akan dieksekusi.”Angling