Di atas sebuah hutan terpencil yang sangat rimbun dan di huni oleh ribuan hewan iblis yang sangat ganas, sebuah celah spasial tampak terbentuk lalu dari dalamnya muncul lesatan sesuatu bercahaya hitam putih bagaikan bintang mistis jatuh.
Swoooosshh... Sesuatu bercahaya hitam dan putih itu terus melesat dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya jatuh mendarat sangat keras hingga menciptakan sebuah ledakan besar yang mengguncang daratan. Booommmm... Hewan-hewan iblis yang menghuni hutan belantara terpencil itu langsung berlarian menjauh dari pusat ledakan karena selain adanya distorsi udara di sekitar, sebuah aura yang sangat mencekam dan menekan juga menyebar membuat ketakutan tersendiri untuk mereka. Di sebuah gua sederhana yang tidak terlalu jauh dari tempat terjadinya ledakan, sesosok iblis tua terlihat keluar dan menatap intens ke satu arah. 'Apa yang terjadi? Bagaimana bisa terjadi ledakan yang begitu kuat seperti itu di hutan terpencil ini? Apakah terjadi pertarungan antar iblis kuat?' gumam pria iblis tua tersebut yang penasaran. 'Dan apa-apaan aura mencekam ini?' Lanjutnya dengan hati gusar. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya iblis tua itu memutuskan untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di hutan sana. . . "I-ini.." Iblis tua yang telah mencapai tempat terjadinya ledakan tidak bisa untuk tidak terkejut ketika melihat kerusakan yang terjadi. Hutan-hutan dan pepohonan yang sangat rimbun itu kini telah hancur luluh lantak menjadi tanah tandus dengan sebuah kawah raksasa berarurakan misterius serta menekan. Namun sang iblis tua itu dapat merasakan bahwa aura tirani itu secara perlahan semakin menyusut dan terus menghilang seiring berjalannya waktu. Hal tersebut memicu rasa penasarannya hingga membuat dirinya memutuskan untuk menunggu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri apakah sesuatu yang sebenarnya jatuh dari atas langit dan menciptakan bencana sebesar ini. Setelah hampir seharian, akhirnya aura tirani tersebut menghilang sepenuhnya dan iblis tua yang merasakannya segera enyah dari tempatnya menunggu. Dia berjalan memasuki kawah raksasa itu dengan rasa penasaran tertingginya. Akan tetapi alangkah betapa terkejutnya dia ketika melihat sesosok pemuda iblis yang sangat tampan tampak terluka dan tidak sadarkan diri berada di pusat sumber bencana. Mata iblis tua itu melotot karena tidak menyangka bahwa ternyata dugaannya akan terjadinya suara ledakan adalah karena sebuah pertarungan antara dua entitas kuat dan salah satu diantara mereka adalah iblis muda yang sangat tampan ini. Sang iblis tua segera mendekati pemuda iblis itu dan mengecek nadi di tangannya. "Hmm.. Dia masihlah hidup, namun hampir seluruh organ tubuh bagian dalamnya telah terluka parah. Sungguh, mungkin dia telah mengalami pertarungan yang sangat luar biasa." Batin iblis tua itu meskipun merasa sedikit aneh karena kekuatan yang dimiliki oleh pemuda iblis tampan ini hanyalah berada di Ranah Dewa Bumi Tahap Awal saja. "Baiklah.. Aku memutuskan untuk menolong bocah iblis ini saja! Haiih.. Lagipula sudah cukup lama aku tidak memiliki teman di tempat terpencil ini setelah kejadian itu.." Katanya lagi namun ada jejak kesedihan yang sangat dalam terlihat dari nada berbicaranya ketika mengingat kembali akan kejadian masa lalunya. Entah mengapa dia juga tiba-tiba teringat dengan kejadian di masa lalu ketika melihat iblis muda yang saat ini sedang tidak berdaya itu, padahal dia sungguh menjauhi semua hal yang berhubungan dengan dunia luar adalah agar dapat melupakan masa-masa kelam itu. Sang iblis tua itu pada akhirnya hanya menghela nafasnya beberapa kali lalu membawa iblis muda yang rupawan dan terluka tersebut di gua tempatnya tinggal dan merawatnya dengan sepenuh hati. *** Empat puluh hari setelah itu, iblis muda rupawan yang sedang terbaring lemah di atas pembaringan yang ada di dalam gua akhirnya membuka matanya. Pandangannya sedikit kabur pada awal mulanya namun setelah itu dia dapat dengan jelas melihat langit-langit gua dan sekitarnya. "D-dimana aku?" Ucapnya dengan lemah. "Ah! Akhirnya kau sadar juga, anak muda!" Terdengar suara serak dari arah mulut gua yang tentu saja adalah berasal dari sang iblis tua yang selama empat puluh hari ini merawatnya. Iblis muda rupawan itu pun mengalihkan pandangannya ke arah sang iblis tua tersebut sehingga terdapat jejak keterkejutan pada raut wajahnya. "Aura ini..? Aura iblis..?" Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia mengingat dengan jelas bahwa saat itu dirinya bersama dengan beberapa saudara dan saudarinya sedang berada di halaman Istana Suci untuk melakukan perjalanan serentak menuju Alam Dewa dengan cara melepaskan kekuatan yang telah melebih batas aturan dimensi Alam Menengah. Saat itu sebuah portal raksasa tercipta di atas langit Istana Suci yang merupakan jalan bagi dirinya dan semua saudara-saudarinya untuk menuju Alam Dewa. Pada awalnya tidak ada masalah sama sekali ketika semua orang memasuki portal tersebut. Akan tetapi ketika dalam tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba sebuah badai ruang dan waktu terjadi dan membuatnya terpisah seorang diri lalu tersedot di sebuah portal lain yang tiba-tiba muncul. Pemuda tampan yang tidak lain adalah Ling Tian itu harus berjuang mati-matian demi menyelamatkan nyawanya di dalam ruang kehampaan tersebut. Dia beberapa kali menerima hempasan bebatuan ruang angkasa yang memiliki energi yang membuatnya terluka dengan parah. Hingga pada akhirnya dirinya sudah tidak dapat mempertahankan lagi kesadarannya karena telah kehabisan seluruh energi Qi. Dia pun pasrah dan tubuhnya terus terseret memasuki aliran ruang portal misterius tersebut tanpa tahu ke manakah arah berakhirnya aliran ruang itu. 'Sial! Ini pasti ulah tua bangka sialan itu!' gumamnya dalam hati yang mengingat sosok yang selalu membuatnya kerepotan jika dirinya sedang melewati sebuah portal antar dimensi. Ya, sosok itu tentu saja adalah gurunya yang merupakan Sang Maha Dewa seluruh alam semesta ini. Ling Tian sadar bahwa saat ini pastilah dia telah dilemparkannya memasuki Alam Neraka, tempat para iblis berada. 'Tapi bagaimana mungkin aura dan energi dalam tubuhku juga berubah menjadi iblis? Apakah ini juga perbuatannya?' Lanjutnya bergumam. Iblis tua yang melihat iblis muda rupawan di hadapannya justru terlihat termenung ketika baru sadarkan diri dibuat mengerutkan keningnya. "Nak, apakah kau sudah baik-baik saja?" Dia bertanya. "Ah! Maaf, kek! Aku sekarang sudah baikan," Ling Tian terkejut dan tersadar dari lamunannya. "Hmm.. Baguslah jika begitu.. Ini, makanlah untuk memulihkan sedikit energimu!" Ucap sang iblis tua sembari memberikan sebuah mangkuk tempurung kelapa yang berisikan racikan herbal yang berguna memulihkan tenaga. Meskipun dia masih heran dengan alasan iblis muda rupawan dihadapannya yang tiba-tiba termenung, namun dirinya tidak menanyakannya lebih jauh. "Terima kasih, kek!" Ling Tian menerimanya dengan sudut bibir tersebut lembut. Ling Tian meminumnya dengan perlahan dan menyerap esensi yang terkandung dalam ramuan itu. Dalam hatinya dia berkata, "Alam Neraka ini akan menjadi awal mula yang baru untukku sebelum naik ke Alam Dewa dan merebut tahta Kekaisaran Langit dari bocah itu! Huh! Baiklah.. Di sini juga tidak terlalu buruk!"Butuh waktu sekitar hampir setengah jam lagi Ling Tian untuk menyerap seluruh esensi yang terkandung dalam ramuan pemberian dari sang iblis tua itu.Dengan mata terbuka dan tatapan lembut, Ling Tian berkata, "Terima kasih karena telah merawatku selama 40 hari ini, kakek. Aku pasti akan membalas semua jasa kakek dengan baik!""Aiih.. Kau tidak perlu terlalu sopan seperti itu kepada iblis bau tanah sepertiku, anak muda! Oiya, perkenalkan namaku Mo Lee Min atau orang-orang biasanya memanggilku dengan sebutan Kakek Mo Lee. Jika boleh tahu siapa namamu? Lalu mengapa kau dapat mengalami luka yang begitu parah?" Iblis tua yang ternyata bernama Mo Lee Min itu berkata untuk bertanya dengan senyuman sangat ramah. "Baiklah, Kakek Mo Lee! Namaku Ling Tian! Dan mengenai alasanku dapat terluka seperti ini adalah karena secara tidak sengaja ketika melewati portal antar dimensi dari Alam Menengah menuju ke Alam Dewa, aku mendapati sebuah bencana berupa badai ruang dan waktu sehingga secara tidak sen
"Itu.. Kau bisa menanyakannya secara langsung nanti kepada yang bersangkutan. Baiklah.. Aku telah menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan, maka kalian boleh pergi sekarang!" Kata Sang Maha Dewa sembari melambaikan tangannya yang membuat tubuh Ling Tian maupun Kakek Mo Lee menjadi transparan. Wajah Ling Tian benar-benar terlihat sangat buruk kali ini karena tua bangka sialan itu sama sekali tidak memberikannya waktu untuk sedikit berkata-kata. Dia yakin gurunya tersebut telah mengetahui isi hatinya yang ingin memprotes beberapa hal mengenai dirinya yang dilemparkan ke Alam Neraka.Akan tetapi Ling Tian sama sekali tidak dapat membela dirinya lagi sehingga pandangannya menjadi gelap kembali dan dirinya telah kembali ke alam nyata bersama dengan Kakek Mo Lee."Oiya, Mo Lee Min! Tolong kau ajari bocah nakal itu beberapa hal mengenai kebiasaan para iblis di Alam Neraka. Dan juga tunjukkan dia arah tempat Makam Sejuta Pedang berada!""Ha-ha-ha.. Dan untukmu, bocah bau! Kau jangan terlalu
Alam Neraka adalah Alam Tingkat Tinggi yang bisa disejajarkan dengan Alam Dewa dalam hal kepekatan energi langit dan buminya. Akan tetapi perbedaan yang begitu mencolok di sini adalah energi yang ada di seluruh Alam Neraka adalah energi iblis yang merupakan kebalikan dari energi Dewa. Alam Neraka sebenarnya tidak bisa dikatakan sebagai sebuah alam melainkan sebuah dunia yang memiliki luas yang hampir tidak terhingga. Namun karena alasan penghuni di dalamnya dapat melakukan penerobosan kultivasi hingga di tingkat yang sama dengan para Dewa tertinggi di Alam Dewa, maka tempat luas ini disetujui untuk digolongkan sebagai sebuah alam.Di dalam Alam Neraka setidaknya terdapat empat kerajaan yang masing-masing dari setiap pemimpin kerajaan tersebut adalah seorang Raja Iblis yang tunduk pada satu orang yang menduduki satu-satunya tahta kekaisaran. Kerajaan-kerajaan itu adalah Kerajaan Gurun Kematian yang dikuasai oleh Klan Iblis Singa Api, Kerajaan Gunung Setan yang dikuasai oleh Klan Ibli
Ketika serangan keempat pengawal bertemu dengan tapak Mo Tian, sebuah bunyi ledakan energi yang tidak terlalu besar terjadi dan membuat pandangan semua mata pengunjung yang berada di Penginapan Salju Beku itu menoleh ke satu titik.Keempat pengawal dari Nona Muda Kota Luanli bernama Kiu Jue yang memiliki kultivasi Ranah Dewa Bumi Tahap Akhir terdorong mundur beberapa langkah sehingga membuat mereka terkejut.Ekspresi wajah keempatnya menjadi begitu serius ketika merasakan betapa kuatnya iblis muda rupawan di depan mereka ini, padahal dari kultivasi yang mereka rasakan pemuda itu hanyalah berada di Ranah Dewa Bumi Tahap Awal saja."Apa yang kalian mau, hah? Aku datang ke kota ini hanya ingin beristirahat setelah perjalanan panjangku tanpa membuat hal salah sedikitpun. Apa kalian benar-benar akan membuat masalah ini menjadi besar hanya karena sebuah lelucon tidak berguna dari iblis wanita buruk rupa itu?" Mo Tian berkata dengan dingin serta sedikit merembeskan Niat Membunuh yang dimiliki
Teriakan dari salah satu iblis yang menyaksikan pertarungan singkat antara Mo Tian dan juga Nona Muda Kiu Jue serta keempat pengawalnya nyatanya langsung menggugah semangat dari iblis iblis lain yang juga ikut menyaksikannya. Mereka semua langsung berbondong-bondong melesat dengan kecepatan tertinggi yang dapat dilakukan untuk melakukan pengejaran terhadap iblis muda rupawan yang tidak lain adalah Mo Tian.Di sisi lain, iblis tua pemilik Penginapan Salju Beku tampak menggelengkan kepalanya ketika menyaksikan kejadian tidak terduga itu. Dia pun sama seperti halnya yang lainnya dan tidak percaya bahwa pelanggannya akan bertindak sedemikian brutal tanpa banyak berpikir lagi terhadap salah satu orang yang paling disegani di kota kecil Luanli ini.Namun dalam hati iblis tua itu juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Mo Tian karena telah melenyapkan satu iblis yang selama ini sebenarnya memang telah menjadi seperti halnya hama di Kota Luanli.'Semoga kau tidak tertangkap, anak muda!'
Di Dunia Jiwa.Swoooosshh...Sebuah pusaran angin berwarna putih keemasan muncul di atas langit-langit Istana Ling. Dari dalamnya lalu muncul seorang pemuda tampan yang tidak lain adalah Mo Tian.Tap!Mo Tian mendarat dengan mulus lalu beberapa orang yang dikenalinya segera datang menghampiri dan menyambutnya dengan penuh keramahan. "Selamat datang kembali di dalam Dunia Jiwa, Tuan Muda!" Ucap seorang gadis cantik yang tidak lain adalah Putri Pa Nie yang berasal dari Dunia Lotus Putih dan memutuskan untuk mengikuti Mo Tian bersama dengan Ja Bu.Terdapat juga dua gadis kecil yang mungil beserta dua pemuda tampan di sebelah Putri Pa Nie. Mereka berdua tentu saja adalah Tian Ru'er alias putri angkat Mo Tian dan Putri dari Pangeran Mahkota Kekaisaran Naga Ye Langtian bernama Ye Lan'er yang menjadi murid keduanya. Sedangkan kedua pemuda itu adalah Ja Bu dan Gang Jiang.Kini di dalam Dunia Jiwa hanya tersisa mereka berlima saja. Semuanya telah Mo Tian keluarkan pada saat masih berada di Al
Saat Mo Tian baru saja menghapus susunan formasi array ilusi pada mulut gua tiba-tiba saja sebuah serangan yang sangat kuat karena terdiri dari gabungan beberapa orang yang melakukannya secara bersamaan mengarah kepada dirinya. Untung saja, ada Jingshen Wangzhi yang selalu setia menemani Mo Tian di balik bayang-bayangnya sehingga secara refleks dia menciptakan sebuah pelindung energi agar tidak terkena serangan mematikan itu. Ya, nyatanya para iblis yang mengejar Mo Tian telah curiga dan menemukan tempat persembunyian iblis muda yang membunuh putri dari Walikota Luanli. Akan tetapi karena tidak dapat menghancurkan susunan formasi array ilusi buatan Mo Tian tersebut, mereka semuanya menunggu dan terus menunggu hingga sampai pada akhirnya formasi itu terbuka sendiri, mereka langsung menyerangnya secara membabi buta."Ha-ha-ha.. Ternyata memang benar bahwa kau bersembunyi di balik susunan formasi array ilusi ini, bocah laknat!" Ujar iblis muda pertama dengan suara tawanya yang terdenga
Trank! Trank! Trank! Pertarungan antara Mo Tian dengan iblis belati ketiga masih terus berlangsung dengan begitu sengit. Mereka terus melancarkan serangan demi serangan terkuat mereka untuk menjatuhkan lawan. Namun, jika dilihat dari pandangan kasat mata, keduanya benar-benar dalam kondisi yang sangat berbeda. Mo Tian masih dalam kondisi yang sangat fit dan tidak menerima luka sama sekali, sedangkan iblis belati ketiga sudah menerima cukup banyak luka sehingga pakaian yang dia kenakan telah bersimbah dengan darah. Ketika Mo Tian ingin mengakhiri pertarungannya dengan menggunakan salah satu jurus dari teknik pedang awan miliknya, tiba-tiba saja dia terpaksa harus berhenti karena keempat saudara dari iblis belati muncul menghadangnya dengan serangan gabungan. Zheep! Mo Tian yang terpaksa harus mundur beberapa langkah karena tebasan keempatnya tersebut sungguh sangat berbahaya. Dengan kultivasinya saat ini yang hanya berada di Ranah Dewa Tahap Akhir tentu hal tersebut dapat membaha
Tuan Muda Yui Cheng hanya bisa menggelengkan kepala serta menghela nafas panjangnya ketika melihat ekspresi wajah dari iblis muda yang mengenakan topeng separuh wajah di hadapannya.Dia mungkin bisa menganggap bahwa pemuda itu benar-benar telah gila karena ingin menuju suatu tempat di mana tempat tersebut justru hanya akan menjadi kuburannya. Setor mati saja, jika dalam pembahasaan gampangnya. Tuan Muda Yui Cheng tidak lagi membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan Makam Sejuta Pedang ataupun membujuk iblis muda di depannya agar tidak mendatanginya. Dia merasa akan sangat sia-sia saja. Namun dalam hatinya ada sedikit harapan yang timbul agar pemuda gila ini akan selamat seperti halnya sang jenius sejati di seluruh Alam Neraka alias Yang Mulia Kaisar Iblis, Mogui Tufui.Selesai dengan hidangan yang disajikan, Mo Tian kemudian pamit undur diri kepada Yui Cheng dengan alasan ingin beristirahat, karena merasakan sedikit kelelahan akibat melakukan latihan bersama dengan Patriark Yui Qui
Di Klan Yui.Mo Tian yang tidak tahu dengan rencana Patriark Klan Wen serta putranya Wen Danye yang akan melakukan hal sama dengan apa yang dilakukan oleh Patriark Yui Qui ketika dirinya berkunjung ke Klan Wen suatu hari nanti saat ini sedang menikmati jamuan mewah yang disuguhkan oleh Tuan Muda Yui Cheng.Mo Tian sama sekali tidak sungkan dan memakan semua jamuan itu dengan sangat lahap. Baginya, makan-makan merupakan hal penting sekaligus menyenangkan, meski sebenarnya bagi tingkatan kultivator yang telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Akhir sepertinya dapat tidak makan sampai waktu tak terbatas lagi masih ada energi Qi di tempat yang dia pijaki."Senior Mo Tian, jika saya boleh tahu, ke manakah senior akan pergi setelah dari klan kami?" Tuan Muda Yui Cheng mencoba bertanya dan mengakrabkan diri dengan iblis muda yang begitu kuat di depannya itu."Emm.. Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju ke Kekaisaran Iblis atau lebih tepatnya Makam Sejuta Pedang. Jadi, aku hanya ingin me
Patriark Yui Qui sadar betul dengan kekuatan yang dimiliki oleh iblis muda bertopeng separuh wajah di sampingnya ini. Bahkan, setelah dia mengerahkan seluruh kekuatannya yang telah mencapai kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Menengah, pemuda ini masih saja sanggup mengimbanginya serta teknik pedang yang dimilikinya benar-benar terlalu mengerikan. Patriark Yui Qui masih ingat dengan jelas ketika pemuda ini hendak menebaskan pedangnya ke arah lehernya dibatalkannya sehingga pria paruh baya yang menjadi salah satu entitas terkuat di Kota Yunluo terselamatkan. Lalu bagaimana mungkin para tertuanya yang hanya berada di tingkatan di bawah kultivasinya dapat mengalahkan sosok semengerikan ini? Itu benar-benar sangat mustahil di dalam penilaian Patriark Yui Qui. Yang ada, mereka semua pasti akan dibantai habis oleh Mo Tian jika dirinya merasa tersinggung. Beruntungnya ayah Yui Cheng atau Patriark Yui Qui tidak bertindak impulsif sejak awal kepada pemuda ini sehingga menghindarkan dari sesuat
Wush!Bammmm!Bammmm!Mo Tian dan Patriark Yui Qui sama-sama terpental mundur akibat ledakan pertemuan antara dua jurus terkuat. Keduanya terlihat imbang dalam segala aspek dan hal ini tentu saja mengejutkan salah satu orang paling kuat di Kota Yunluo itu."Cukup, temanku!" Patriark Yui Qui dengan cepat berbicara seraya mengangkat tangannya menghentikan Mo Tian yang telah bersiap untuk melakukan serangan selanjutnya menggunakan jurus terkuat lainnya."Oh..? Apakah disini anda menyerah, Patriark Yui?" Mo Tian bertanya dengan seringai tipis terpancar dari sudut bibirnya."Ha-ha-ha.. Tentu saja tidak, teman Mo Tian! Aku tidak mungkin kalah darimu yang hanya memiliki kekuatan Ranah Dewa Raja Tahap Akhir!" Patriark Yui Qui menjawab sembari tertawa terbahak-bahak. Namun dalam hatinya dia mengakui bahwa kekuatan pemuda bertopeng di hadapannya ini benar-benar sangat luar biasa menakutkan karena dapat mengimbangi dua tahapan tingkatan kultivasi. Hanya mereka yang dianggap sebagai monster atau
Tempat latih tanding antara Mo Tian dan Patriark Yui Qui memang telah dilindungi oleh susunan formasi array yang sangat kuat. Namun, hal itu masih saja tidak dapat menyamarkan dari suara dentuman yang sangat keras disertai sebuah getaran yang melingkupi dihampir keseluruhan wilayah mansion Klan Yui.Kepanikan tentu saja terjadi dan semua orang mengira bahwa terjadi sebuah penyerangan di kediaman keluarga Yui. Bahkan Yui Cheng yang sebelumnya mengantarkan Mo Tian untuk menghadap kepada sang ayah ayahnya melakukan suatu hal yang sependapat dengan Yui Gong hingga terpantik lah sebuah perseteruan yang berujung pada pertarungan.'Apa ayah lebih memilih mengambil pendapat iblis tidak masuk akal itu daripada putranya sendiri?' Yui Cheng bergumam dalam hatinya dan merasakan kekecewaan kepada sang ayah karena setelah menyerang dermawannya.Di tempat salah satu Tetua Klan Yui, Yui Zo dan Yui Gong yang sedang berbicara beberapa hal di kejutkan dengan suara dentuman keras dan getaran hebat. Kedua
"Salam, ayah!" Yui Cheng memberikan salam sembari menangkupkan kedua tangan dan membungkukkan badan kepada sosok pria paruh baya yang sedang duduk di gazebo taman belakang kediaman Patriark."Salam, Patriark Yui!" Mo Tian juga melakukan hal sama namun sama sekali tidak membungkukkan badannya."Hmm.. Yui Cheng, kau boleh pergi! Ayah ingin berbicara empat mata dengan dermawan mu ini. Tuan Muda Mo Tian, silakan duduk bersamaku! Aku telah menyiapkan teh galaxy untuk kita nikmati bersama!" Patriark Yui Qui berkata dengan sangat ramah."Baik, ayah!" Yui Cheng menurut dan pergi."Terima kasih, Patriark Yui!" Sedangkan Mo Tian dengan tanpa sungkan langsung duduk di tempat yang dipersilahkan oleh sang Patriark Yui.Mo Tian dengan santai menyeruput teh galaxy itu hingga sudut bibir Patriark Yui Qui terangkat sedikit. Dia cukup kagum dengan pemuda bertopeng separuh wajah ini karena masih begitu tenang meskipun sebenarnya sejak awal dia telah mengumbarkan aura kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Me
Sehari berlalu dan di dalam Dunia Jiwa telah berlalu 3 hari disebabkan perbedaan waktu antara dimensi nyata dan juga dimensi milik Mo Tian.Selama itu pula Mo Tian menggunakannya untuk beristirahat sekaligus menemani Putri kecil serta muridnya untuk berlatih.Dan kini, tibalah waktu bagi Mo Tian berpisah dengan dua murid sekaligus saudara-saudarinya yang menghuni Dunia Jiwa."Ayah, sering-seringlah mengunjungi kami!" Rengek Tian Ru'er dengan manja karena merasa bahwa waktu 3 hari kebersamaannya dengan sang ayah masih begitu kurang. "Benar yang dikatakan saudari Ru'er, guru! Sering-seringlah guru mendatangi Dunia Jiwa. Latihanku dengan guru sangat terasa berbeda dan lebih mudah dipahami. Lain halnya jika dengan paman Ja Bu atau pun yang lainnya!" Muridnya, Ye Lan'er menambahkan."Baiklah-baiklah.. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk sering mengunjungi kalian. Tapi, ada satu syarat yang harus kalian tepati jika kita bertemu lagi,""Syarat?" Tian Ru'er dan Ye Lan'er berucap serentak.
Mo Tian berjalan santai memasuki Kota Yunluo dengan rombongan Tuan Muda dari Klan Yui. Tidak ada satupun masalah lagi yang menghampiri rombongan mereka karena beberapa orang telah melihat dengan jelas keberanian pemuda bertopeng separuh wajah yang mencekik Wen Danye bahkan hampir membunuhnya.Tidak ada orang waras yang mau berselisih dengan sosok seperti itu. Mereka yakin bahwa pemuda itu sangat kuat sekali karena dengan mudahnya dapat membuat tidak berdaya Tuan Muda Wen Danye padahal kultivasinya telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Awal.Rombongan itu akhirnya sampai di sebuah mansion yang sangat besar dan megah di tengah-tengah kota."Selamat datang di kediaman keluarga Yui, senior!" Yui Cheng berkata kepada Mo Tian.Mo Tian hanya menganggukkan kepala saja untuk menanggapinya.Yui Cheng lalu membawa Mo Tian di salah satu bangunan megah guna mempersilahkannya beristirahat. Dia tahu bahwa pemuda bertopeng separuh wajah ini cukup kelelahan karena ketika dalam perjalanan menuju Kota Yu
Tuan Muda Wen Danye meraung-raung dengan marah seraya meledakkan Niat Membunuhnya yang sangat pekat ke arah Mo Tian. Zheep! Namun baru saja ketika dia selesai berbicara, pemuda bertopeng separuh wajah yang di cacinya tiba-tiba muncul tepat di depannya lalu dengan tanpa basa-basi mencekik lehernya dengan sangat kuat. Ugh! Tuan Muda Wen Danye terkejut bukan main saat tubuhnya tiba-tiba terangkat dan nafasnya susah untuk di tarik. Energi Qi di dalam tubuhnya juga terasa tersegel seketika itu juga. "Katakan sekali lagi padaku, kau ingin membunuhku? Apa kau layak di mataku?" Mo Tian berkata dengan nada dalam serta sorot matanya yang tajam memberikan perasaan menakutkan bagi Wen Danye. "Ugh! S-senior.. T-tolong lepaskan dan ampuni aku yang lemah ini.." Wen Danye berbicara memohon dengan terbata-bata. Dia bukanlah iblis bodoh seperti Yui Gong yang serta merta menyinggung sosok yang tidak takut sama sekali dengan identitasnya, padahal jelas-jelas dia sebelumnya telah meneriakkan dengan l