Ketika serangan keempat pengawal bertemu dengan tapak Mo Tian, sebuah bunyi ledakan energi yang tidak terlalu besar terjadi dan membuat pandangan semua mata pengunjung yang berada di Penginapan Salju Beku itu menoleh ke satu titik.
Keempat pengawal dari Nona Muda Kota Luanli bernama Kiu Jue yang memiliki kultivasi Ranah Dewa Bumi Tahap Akhir terdorong mundur beberapa langkah sehingga membuat mereka terkejut. Ekspresi wajah keempatnya menjadi begitu serius ketika merasakan betapa kuatnya iblis muda rupawan di depan mereka ini, padahal dari kultivasi yang mereka rasakan pemuda itu hanyalah berada di Ranah Dewa Bumi Tahap Awal saja. "Apa yang kalian mau, hah? Aku datang ke kota ini hanya ingin beristirahat setelah perjalanan panjangku tanpa membuat hal salah sedikitpun. Apa kalian benar-benar akan membuat masalah ini menjadi besar hanya karena sebuah lelucon tidak berguna dari iblis wanita buruk rupa itu?" Mo Tian berkata dengan dingin serta sedikit merembeskan Niat Membunuh yang dimilikinya. Nona Muda Kiu Jue semakin dibuat marah oleh ucapan yang terlontar dari mulut iblis muda yang rupawan itu. Selama ini dia selalu mendapatkan perlakuan khusus dan perhatian baik dari semua iblis yang datang di kota ini tanpa ada satupun di antara mereka yang berani melawannya terlebih mengucapkan kata-kata buruk terhadap dirinya. Hal itu terjadi karena ayahnya adalah Walikota Kota Luanli ini yang memiliki kultivasi di atas Ranah Dewa Langit. Keangkuhannya yang selama ini tidak dapat dibendung oleh siapapun kali ini benar-benar dipatahkan oleh seorang iblis muda yang tidak diketahui asal-usulnya. Tentu saja sebagai seseorang yang terbiasa diselimuti oleh kebanggaan dan kesewenangan Nona Muda Kiu Jue tidak akan terima. "Bajingan! Kau berani menghina Nona Muda ini! Kau hanya akan mati dengan sengsara, bocah! Pengawal, bunuh dia untukku!" Teriak Nona Muda Kiu Jue dengan lantang. "Baik, Nona Muda!" Angguk keempat pengawalnya dengan patuh lalu masing-masing diantara mereka mulai mengerahkan kekuatan penuh untuk menghadapi iblis muda tampan di depan mereka. "Sungguh tidak masuk akal!" Geram Mo Tian sembari mengeluarkan sebilah pedang pusaka tingkat hitam yang dia beri nama Pedang Langit Malam. Mo Tian juga mengerahkan kekuatan penuhnya di ranah Dewa Bumi Tahap Awal dan berniat untuk membunuh mereka semua. itu karena dirinya begitu kesal dengan sikap para iblis idiot ini yang tidak memberikannya kesempatan untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan panjang dari kediaman terpencil Kakek Mo Lee. Namun sebelum pertarungan itu benar-benar terjadi, seorang pria paruh baya dengan ranah kultivasi Dewa Langit Tahap Akhir tiba-tiba muncul menghentikan mereka. "Tuan-tuan sekalian! Jika kalian ingin bertarung maka bertarunglah di luar! Aku tidak ingin penginapan ini hancur karena terdampak oleh pertarungan kalian!" Kata pria paruh baya itu yang nyatanya adalah pemilik dari Penginapan Salju Beku. Mo Tian mengerutkan keningnya ketika pemilik penginapan nyatanya tidak sepenuhnya menghentikan dirinya untuk bertarung. Sebagai seseorang yang saat ini menjadi pelanggannya, harusnya pria paruh baya tersebut membelanya dan mengusir iblis iblis tidak berguna ini. Ya, mungkin hal itu disebabkan oleh sosok Nona Muda Kiu Jue yang berada di antara mereka dan terlibat dalam permasalahan yang ada. Sang pemilik penginapan tentu saja tidak akan secara terang-terangan berani menghentikan tindakan wanita iblis berupa itu mengingat identitasnya sebagai putri satu-satunya dari sang walikota. Wajah Nona Muda Kiu Jue menjadi semakin buruk saja ketika tiba-tiba pria paruh baya itu muncul diantara para pengawal dan juga iblis muda rupawan yang memiliki kata-kata menyakitkan hatinya tersebut. Dia ingin protes dan memakinya namun mengingat pemilik penginapan ini juga berteman baik dengan ayahnya dan termasuk dalam salah satu jajaran pilar Kota Luanli, dia pun hanya diam dan pergi meninggalkan penginapan. Mo Tian yang sebenarnya tidak ingin masalah tersebut dibesar-besarkan, dia ingin menghentikan pertarungannya. Namun melihat tatapan pria tua pemilik Penginapan Salju Beku yang menyiratkan bahwa jika dirinya tidak menyelesaikan masalah yang sudah terlanjur timbul dengan Nona Muda Kiu Jue maka hidupnya tidak akan dapat tenang di Kota Luanli ini. Hingga pada akhirnya, Mo Tian pun ikut keluar untuk melanjutkan pertarungannya yang terjeda. Mo Tian berniat akan menyelesaikan pertarungan ini dalam waktu secepat-cepatnya serta membunuh Nona Muda Kiu Jue yang buruk rupa itu lalu pergi meninggalkan Kota Luanli untuk menghindari pengejaran yang merepotkan. Orang-orang yang sebelumnya berada di dalam Penginapan Salju Beku juga ikut keluar karena ingin menyaksikan pertarungan yang akan melibatkan Nona Muda Kiu Jue yang memang sejak awal sudah terkenal akan sikapnya yang berlebihan di Kota Luanli. Mo Tian menatap ke arah empat pengawal Kiu Jue dengan tajam lalu tanpa sedikitpun aba-aba dirinya melesat dengan cepat bagaikan kilat menebaskan pedangnya. Tidak lupa juga dia menggunakan kemampuan berpedangnya yang telah mencapai pemahaman tertinggi dalam serangan tersebut. Bisa dikatakan bahkan jika itu adalah Ranah Dewa Langit Tahap Akhir sekalipun akan dapat terbunuh kapan saja jika mendapatkan serangan ledakan yang begitu kuat seperti ini. Apalagi yang dihadapi oleh Mo Tian saat ini hanyalah para Ranah Dewa Bumi Tahap Akhir dan untuk Nona Muda Kiu Jue sendiri hanyalah berada di Ranah Dewa Biasa Tahap Awal, dia seperti semut saat ini di mata Mo Tian. Sraiing! Swoooosshh... Jresssss... Energi pedang yang tercipta akibat tebasan pedang Mo Tian tanpa dapat dihalangi langsung memotong tubuh kelima orang tersebut yang membuat mata mereka melotot sempurna karena tidak percaya nasib mereka akan habis di detik ini juga. Mereka semua awalnya hendak melakukan pergerakan menahan serangan, namun karena kecepatan dari musuh yang terlalu melampaui batas kekuatan mereka, hingga pada akhirnya kematian lah yang lebih mendahului. Nona Muda Kiu Jue tentu saja adalah orang yang paling tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya ini. Perasaannya menjadi sedikit berkecamuk dan dipenuhi penyesalan karena telah memprovokasi iblis muda yang rupawan namun tidak memiliki rasa takut sedikitpun dengan identitas yang dimilikinya. Mo Tian yang melihat bahwa serangannya telah sukses membunuh semua musuh segera menghilang dari tempat tersebut meninggalkan puluhan bahkan sampai ratusan pasang mata yang menyaksikannya dalam suasana yang begitu hening. Setelah hampir 3 menit berlalu barulah salah satu di antara para iblis yang menonton pertarungan singkat Mo Tian dan Nona Muda Kiu Jue serta para pengawalnya tersadar seraya berseru lantang penuh provokatif, "Oh tidak! Dia benar-benar membunuh Nona Muda Kiu Jue dan empat pengawalnya dengan tanpa ampun. Ini adalah berita besar! Dengan ini Walikota Luanli pasti akan marah besar dan menyiapkan bounty yang sangat luar biasa untuk kepala pemuda itu! Semuanya, ayo kejar dan tangkap iblis muda rupawan itu!"Teriakan dari salah satu iblis yang menyaksikan pertarungan singkat antara Mo Tian dan juga Nona Muda Kiu Jue serta keempat pengawalnya nyatanya langsung menggugah semangat dari iblis iblis lain yang juga ikut menyaksikannya. Mereka semua langsung berbondong-bondong melesat dengan kecepatan tertinggi yang dapat dilakukan untuk melakukan pengejaran terhadap iblis muda rupawan yang tidak lain adalah Mo Tian. Di sisi lain, iblis tua pemilik Penginapan Salju Beku tampak menggelengkan kepalanya ketika menyaksikan kejadian tidak terduga itu. Dia pun sama seperti halnya yang lainnya dan tidak percaya bahwa pelanggannya akan bertindak sedemikian brutal tanpa banyak berpikir lagi terhadap salah satu orang yang paling disegani di kota kecil Luanli ini. Namun dalam hati iblis tua itu juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Mo Tian karena telah melenyapkan satu iblis yang selama ini sebenarnya memang telah menjadi seperti halnya hama di Kota Luanli. 'Semoga kau tidak tertangkap, anak mud
Di Dunia Jiwa.Swoooosshh...Sebuah pusaran angin berwarna putih keemasan muncul di atas langit-langit Istana Ling. Dari dalamnya lalu muncul seorang pemuda tampan yang tidak lain adalah Mo Tian.Tap!Mo Tian mendarat dengan mulus lalu beberapa orang yang dikenalinya segera datang menghampiri dan menyambutnya dengan penuh keramahan. "Selamat datang kembali di dalam Dunia Jiwa, Tuan Muda!" Ucap seorang gadis cantik yang tidak lain adalah Putri Pa Nie yang berasal dari Dunia Lotus Putih dan memutuskan untuk mengikuti Mo Tian bersama dengan Ja Bu.Terdapat juga dua gadis kecil yang mungil beserta dua pemuda tampan di sebelah Putri Pa Nie. Mereka berdua tentu saja adalah Tian Ru'er alias putri angkat Mo Tian dan Putri dari Pangeran Mahkota Kekaisaran Naga Ye Langtian bernama Ye Lan'er yang menjadi murid keduanya. Sedangkan kedua pemuda itu adalah Ja Bu dan Gang Jiang.Kini di dalam Dunia Jiwa hanya tersisa mereka berlima saja. Semuanya telah Mo Tian keluarkan pada saat masih berada di Al
Saat Mo Tian baru saja menghapus susunan formasi array ilusi pada mulut gua tiba-tiba saja sebuah serangan yang sangat kuat karena terdiri dari gabungan beberapa orang yang melakukannya secara bersamaan mengarah kepada dirinya. Untung saja, ada Jingshen Wangzhi yang selalu setia menemani Mo Tian di balik bayang-bayangnya sehingga secara refleks dia menciptakan sebuah pelindung energi agar tidak terkena serangan mematikan itu. Ya, nyatanya para iblis yang mengejar Mo Tian telah curiga dan menemukan tempat persembunyian iblis muda yang membunuh putri dari Walikota Luanli. Akan tetapi karena tidak dapat menghancurkan susunan formasi array ilusi buatan Mo Tian tersebut, mereka semuanya menunggu dan terus menunggu hingga sampai pada akhirnya formasi itu terbuka sendiri, mereka langsung menyerangnya secara membabi buta. "Ha-ha-ha.. Ternyata memang benar bahwa kau bersembunyi di balik susunan formasi array ilusi ini, bocah laknat!" Ujar iblis muda pertama dengan suara tawanya yang terden
Trank! Trank! Trank! Pertarungan antara Mo Tian dengan iblis belati ketiga masih terus berlangsung dengan begitu sengit. Mereka terus melancarkan serangan demi serangan terkuat mereka untuk menjatuhkan lawan. Namun, jika dilihat dari pandangan kasat mata, keduanya benar-benar dalam kondisi yang sangat berbeda. Mo Tian masih dalam kondisi yang sangat fit dan tidak menerima luka sama sekali, sedangkan iblis belati ketiga sudah menerima cukup banyak luka sehingga pakaian yang dia kenakan telah bersimbah dengan darah. Ketika Mo Tian ingin mengakhiri pertarungannya dengan menggunakan salah satu jurus dari teknik pedang awan miliknya, tiba-tiba saja dia terpaksa harus berhenti karena keempat saudara dari iblis belati muncul menghadangnya dengan serangan gabungan. Zheep! Mo Tian yang terpaksa harus mundur beberapa langkah karena tebasan keempatnya tersebut sungguh sangat berbahaya. Dengan kultivasinya saat ini yang hanya berada di Ranah Dewa Bumi Tahap Awal tentu hal tersebut dapat memb
Keempat Iblis belati bersaudara membeku di tempat mereka ketika melihat sebuah ledakan yang sangat besar akibat serangan yang diciptakan oleh iblis muda yang telah mengeluarkan jurus andalannya. Dengan kekuatan ledakan yang sedemikian besar dan dampak yang ditimbulkan maka sudah dipastikan saudara pertama mereka akan mati di tempat. Tubuh keempatnya lalu bergetar hebat karena kemarahan yang menyelimuti hati mereka. Niat Membunuh yang begitu besar juga meledak dengan gila yang disertai dengan aura tirani dari kultivasi Ranah Dewa Langit Tahap Menengah. Karena gabungan keempat Iblis belati bersaudara tersebut, udara di sekitar mereka sampai terdistorsi dan ruang terlihat begitu kacau. Mo Tian yang melihat itu tampak memasang wajah serius karena bagaimanapun pertarungan yang akan cukup melelahkan sekaligus merepotkan akan segera terjadi. "Kau badjingan sialan berani membunuh saudara pertama kami, kau tidak akan pernah kami lepaskan!" Teriak Iblis belati ketiga yang kini tubuhnya telah
Kekuatan serangan yang dikeluarkan oleh Iblis belati kedua benar-benar sangat kuat sehingga ketika Mo Tian melakukan gerakan untuk pengadangan terciptalah sebuah ledakan yang sangat-sangat kuat dan besar. Swush! Mo Tian terpental puluhan langkah ke belakang sembari memasang wajah garang dan serius. Dia sedikit kurang percaya bahwa kekuatan dari Iblis belati kedua akan sekuat itu padahal kekuatannya saat ini telah dapat disetarakan dengan mereka yang berada di Ranah Dewa Langit Tahap Akhir. Sedangkan di sisi lain, ketika melihat saudara Kedua mereka telah selesai melakukan serangan kepada Mo Tian, Iblis belati ketiga, keempat dan kelima langsung menyiapkan serangan mereka masing-masing. Mereka ingin memberikan serangan beruntun dengan kekuatan maksimal mereka agar iblis muda bertopeng separuh wajah dapat mereka bunuh dengan lebih cepat tanpa diketahui oleh iblis-iblis lainnya. "Sekarang!" Ucap Iblis belati ketiga yang langsung diangguki oleh kedua saudaranya yang lain. "Gerakan Ket
Setelah berbincang-bincang sejenak dengan Tuan Mudanya, Jingshen Wangzhi yang sebelumnya berada di balik bayangan langsung keluar dan menghilang. Dalam waktu sekejap saja, Jingshen Wangzhi setelah kembali lagi kepada Mo Tian dengan kondisi seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Namun terdapat suatu hal yang membedakan antara sebelumnya dan setelah dia pergi. Itu adalah dari tangannya terdapat jejak aura keempat Iblis belati bersaudara yang tersisa. Ya, meskipun tidak ada sedikitpun bercak darah di sana namun Mo Tian yakin bahwa pengawalnya itu telah menghabisi keempat iblis yang memburunya tersebut. Ini benar-benar hal yang sangat tidak terduga sekali dan membuktikan bahwa kekuatan dari Jingshen Wangzhi benar-benar sangat kuat. Di sisi lain hal tersebut semakin membuat Mo Tian merasakan sakit hati karena merasa akan begitu lemahnya dia. Jiwanya menjadi semakin bertekad dan menggebu-gebu untuk lebih keras lagi dalam berlatih setelah ini. Yang diperlukan oleh Mo Tian saat ini adalah t
"A-apa! B-bagaimana bisa ada sosok sekuat itu disini?" Mo Tian sampai tergagap ketika berbicara karena saking terkejutnya. "Saya juga tidak tahu, Tuan Muda. Namun satu hal yang pasti, sosok iblis sekuat ini pasti mengenali aura anda," ujar Jingshen Wangzhi tiba-tiba dan nada bicaranya terdengar begitu tenang. "Ha?" Mo Tian bingung dengan maksud ucapan pelayannya itu. "Maksudku adalah semua iblis kuat yang ada di Alam Neraka pasti mengenali orang milik Kaisar Dewa Ling Zhentian, karena mereka adalah pengikut setia beliau. Oleh karenanya, anda tidak perlu takut dan cukup perlihatkan aura Kaisar Dewa milik anda, Tuan Muda!" Jelas Jingshen Wangzhi. "Oh? Begitukah?" Mo Tian pun menjadi lebih rileks dan tenang setelah mendengarkan penuturan tersebut. Mo Tian kemudian menatap lurus ke arah hutan gelap di depannya dengan pandangan intens seolah tidak ada rasa takut sama sekali di hatinya. Dengan suara lantang dia berseru, "Siapapun di sana, tunjukkan dirimu sekarang juga!" Bersamaan deng
Tuan Muda Yui Cheng hanya bisa menggelengkan kepala serta menghela nafas panjangnya ketika melihat ekspresi wajah dari iblis muda yang mengenakan topeng separuh wajah di hadapannya.Dia mungkin bisa menganggap bahwa pemuda itu benar-benar telah gila karena ingin menuju suatu tempat di mana tempat tersebut justru hanya akan menjadi kuburannya. Setor mati saja, jika dalam pembahasaan gampangnya. Tuan Muda Yui Cheng tidak lagi membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan Makam Sejuta Pedang ataupun membujuk iblis muda di depannya agar tidak mendatanginya. Dia merasa akan sangat sia-sia saja. Namun dalam hatinya ada sedikit harapan yang timbul agar pemuda gila ini akan selamat seperti halnya sang jenius sejati di seluruh Alam Neraka alias Yang Mulia Kaisar Iblis, Mogui Tufui.Selesai dengan hidangan yang disajikan, Mo Tian kemudian pamit undur diri kepada Yui Cheng dengan alasan ingin beristirahat, karena merasakan sedikit kelelahan akibat melakukan latihan bersama dengan Patriark Yui Qui
Di Klan Yui.Mo Tian yang tidak tahu dengan rencana Patriark Klan Wen serta putranya Wen Danye yang akan melakukan hal sama dengan apa yang dilakukan oleh Patriark Yui Qui ketika dirinya berkunjung ke Klan Wen suatu hari nanti saat ini sedang menikmati jamuan mewah yang disuguhkan oleh Tuan Muda Yui Cheng.Mo Tian sama sekali tidak sungkan dan memakan semua jamuan itu dengan sangat lahap. Baginya, makan-makan merupakan hal penting sekaligus menyenangkan, meski sebenarnya bagi tingkatan kultivator yang telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Akhir sepertinya dapat tidak makan sampai waktu tak terbatas lagi masih ada energi Qi di tempat yang dia pijaki."Senior Mo Tian, jika saya boleh tahu, ke manakah senior akan pergi setelah dari klan kami?" Tuan Muda Yui Cheng mencoba bertanya dan mengakrabkan diri dengan iblis muda yang begitu kuat di depannya itu."Emm.. Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju ke Kekaisaran Iblis atau lebih tepatnya Makam Sejuta Pedang. Jadi, aku hanya ingin me
Patriark Yui Qui sadar betul dengan kekuatan yang dimiliki oleh iblis muda bertopeng separuh wajah di sampingnya ini. Bahkan, setelah dia mengerahkan seluruh kekuatannya yang telah mencapai kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Menengah, pemuda ini masih saja sanggup mengimbanginya serta teknik pedang yang dimilikinya benar-benar terlalu mengerikan. Patriark Yui Qui masih ingat dengan jelas ketika pemuda ini hendak menebaskan pedangnya ke arah lehernya dibatalkannya sehingga pria paruh baya yang menjadi salah satu entitas terkuat di Kota Yunluo terselamatkan. Lalu bagaimana mungkin para tertuanya yang hanya berada di tingkatan di bawah kultivasinya dapat mengalahkan sosok semengerikan ini? Itu benar-benar sangat mustahil di dalam penilaian Patriark Yui Qui. Yang ada, mereka semua pasti akan dibantai habis oleh Mo Tian jika dirinya merasa tersinggung. Beruntungnya ayah Yui Cheng atau Patriark Yui Qui tidak bertindak impulsif sejak awal kepada pemuda ini sehingga menghindarkan dari sesuat
Wush!Bammmm!Bammmm!Mo Tian dan Patriark Yui Qui sama-sama terpental mundur akibat ledakan pertemuan antara dua jurus terkuat. Keduanya terlihat imbang dalam segala aspek dan hal ini tentu saja mengejutkan salah satu orang paling kuat di Kota Yunluo itu."Cukup, temanku!" Patriark Yui Qui dengan cepat berbicara seraya mengangkat tangannya menghentikan Mo Tian yang telah bersiap untuk melakukan serangan selanjutnya menggunakan jurus terkuat lainnya."Oh..? Apakah disini anda menyerah, Patriark Yui?" Mo Tian bertanya dengan seringai tipis terpancar dari sudut bibirnya."Ha-ha-ha.. Tentu saja tidak, teman Mo Tian! Aku tidak mungkin kalah darimu yang hanya memiliki kekuatan Ranah Dewa Raja Tahap Akhir!" Patriark Yui Qui menjawab sembari tertawa terbahak-bahak. Namun dalam hatinya dia mengakui bahwa kekuatan pemuda bertopeng di hadapannya ini benar-benar sangat luar biasa menakutkan karena dapat mengimbangi dua tahapan tingkatan kultivasi. Hanya mereka yang dianggap sebagai monster atau
Tempat latih tanding antara Mo Tian dan Patriark Yui Qui memang telah dilindungi oleh susunan formasi array yang sangat kuat. Namun, hal itu masih saja tidak dapat menyamarkan dari suara dentuman yang sangat keras disertai sebuah getaran yang melingkupi dihampir keseluruhan wilayah mansion Klan Yui.Kepanikan tentu saja terjadi dan semua orang mengira bahwa terjadi sebuah penyerangan di kediaman keluarga Yui. Bahkan Yui Cheng yang sebelumnya mengantarkan Mo Tian untuk menghadap kepada sang ayah ayahnya melakukan suatu hal yang sependapat dengan Yui Gong hingga terpantik lah sebuah perseteruan yang berujung pada pertarungan.'Apa ayah lebih memilih mengambil pendapat iblis tidak masuk akal itu daripada putranya sendiri?' Yui Cheng bergumam dalam hatinya dan merasakan kekecewaan kepada sang ayah karena setelah menyerang dermawannya.Di tempat salah satu Tetua Klan Yui, Yui Zo dan Yui Gong yang sedang berbicara beberapa hal di kejutkan dengan suara dentuman keras dan getaran hebat. Kedua
"Salam, ayah!" Yui Cheng memberikan salam sembari menangkupkan kedua tangan dan membungkukkan badan kepada sosok pria paruh baya yang sedang duduk di gazebo taman belakang kediaman Patriark."Salam, Patriark Yui!" Mo Tian juga melakukan hal sama namun sama sekali tidak membungkukkan badannya."Hmm.. Yui Cheng, kau boleh pergi! Ayah ingin berbicara empat mata dengan dermawan mu ini. Tuan Muda Mo Tian, silakan duduk bersamaku! Aku telah menyiapkan teh galaxy untuk kita nikmati bersama!" Patriark Yui Qui berkata dengan sangat ramah."Baik, ayah!" Yui Cheng menurut dan pergi."Terima kasih, Patriark Yui!" Sedangkan Mo Tian dengan tanpa sungkan langsung duduk di tempat yang dipersilahkan oleh sang Patriark Yui.Mo Tian dengan santai menyeruput teh galaxy itu hingga sudut bibir Patriark Yui Qui terangkat sedikit. Dia cukup kagum dengan pemuda bertopeng separuh wajah ini karena masih begitu tenang meskipun sebenarnya sejak awal dia telah mengumbarkan aura kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Me
Sehari berlalu dan di dalam Dunia Jiwa telah berlalu 3 hari disebabkan perbedaan waktu antara dimensi nyata dan juga dimensi milik Mo Tian.Selama itu pula Mo Tian menggunakannya untuk beristirahat sekaligus menemani Putri kecil serta muridnya untuk berlatih.Dan kini, tibalah waktu bagi Mo Tian berpisah dengan dua murid sekaligus saudara-saudarinya yang menghuni Dunia Jiwa."Ayah, sering-seringlah mengunjungi kami!" Rengek Tian Ru'er dengan manja karena merasa bahwa waktu 3 hari kebersamaannya dengan sang ayah masih begitu kurang. "Benar yang dikatakan saudari Ru'er, guru! Sering-seringlah guru mendatangi Dunia Jiwa. Latihanku dengan guru sangat terasa berbeda dan lebih mudah dipahami. Lain halnya jika dengan paman Ja Bu atau pun yang lainnya!" Muridnya, Ye Lan'er menambahkan."Baiklah-baiklah.. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk sering mengunjungi kalian. Tapi, ada satu syarat yang harus kalian tepati jika kita bertemu lagi,""Syarat?" Tian Ru'er dan Ye Lan'er berucap serentak.
Mo Tian berjalan santai memasuki Kota Yunluo dengan rombongan Tuan Muda dari Klan Yui. Tidak ada satupun masalah lagi yang menghampiri rombongan mereka karena beberapa orang telah melihat dengan jelas keberanian pemuda bertopeng separuh wajah yang mencekik Wen Danye bahkan hampir membunuhnya.Tidak ada orang waras yang mau berselisih dengan sosok seperti itu. Mereka yakin bahwa pemuda itu sangat kuat sekali karena dengan mudahnya dapat membuat tidak berdaya Tuan Muda Wen Danye padahal kultivasinya telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Awal.Rombongan itu akhirnya sampai di sebuah mansion yang sangat besar dan megah di tengah-tengah kota."Selamat datang di kediaman keluarga Yui, senior!" Yui Cheng berkata kepada Mo Tian.Mo Tian hanya menganggukkan kepala saja untuk menanggapinya.Yui Cheng lalu membawa Mo Tian di salah satu bangunan megah guna mempersilahkannya beristirahat. Dia tahu bahwa pemuda bertopeng separuh wajah ini cukup kelelahan karena ketika dalam perjalanan menuju Kota Yu
Tuan Muda Wen Danye meraung-raung dengan marah seraya meledakkan Niat Membunuhnya yang sangat pekat ke arah Mo Tian. Zheep! Namun baru saja ketika dia selesai berbicara, pemuda bertopeng separuh wajah yang di cacinya tiba-tiba muncul tepat di depannya lalu dengan tanpa basa-basi mencekik lehernya dengan sangat kuat. Ugh! Tuan Muda Wen Danye terkejut bukan main saat tubuhnya tiba-tiba terangkat dan nafasnya susah untuk di tarik. Energi Qi di dalam tubuhnya juga terasa tersegel seketika itu juga. "Katakan sekali lagi padaku, kau ingin membunuhku? Apa kau layak di mataku?" Mo Tian berkata dengan nada dalam serta sorot matanya yang tajam memberikan perasaan menakutkan bagi Wen Danye. "Ugh! S-senior.. T-tolong lepaskan dan ampuni aku yang lemah ini.." Wen Danye berbicara memohon dengan terbata-bata. Dia bukanlah iblis bodoh seperti Yui Gong yang serta merta menyinggung sosok yang tidak takut sama sekali dengan identitasnya, padahal jelas-jelas dia sebelumnya telah meneriakkan dengan l