"Bayi ini sudah pasti petaka dalam keluarga kita, dia pasti seorang monster!" ucap salah seorang penatua dengan tangan gemetaran. "Kita harus segera membunuhnya!"
Selir yang mendengar hal itu terkejut. Ia baru saja bahagia karena telah melahirkan anak laki-laki yang tampan, tetapi anak itu akan dibunuh karena telah mencapai tingkat menengah Essence Beginner ? Seharusnya dia disebut seorang jenius dan dipuja-puja, bukan dibunuh. Di dunia ini, jalan kultivasi terbagi menjadi tujuh tingkatan, masing-masing terdiri dari tahap rendah, menengah, dan tinggi. Tingkatan itu dimulai dari: Essence Beginner, Spirit Disciple, Essence Seeker, Soul Master, Void Guardian, Celestial Ruler, dan Immortal Sovereign. Namun, ada satu tingkatan lagi yang belum pernah di capai siapapun selain Kaisar Altair, dan tiga orang kaisar lainnya. Itu adalah tingkat Heavenly Eternal, siapapun yang dapat mencapai tingkat itu, ia dapat menjadi kaisar yang menguasai dunia. Selir berusaha meraih tangan kepala klan. Ia menggenggamnya dengan erat dan berkata, "Suamiku, aku mohon padamu, jangan bunuh anak kita." Mata sang selir menatap kepala klan dengan penuh harapan. Kepala klan memandangi selirnya. Ia berpikir keras, mencari cara agar anaknya yang baru lahir tidak dibunuh tanpa melawan kehendak para penatua. Sebagai seorang ayah, ia tentu memiliki rasa kasih sayang terhadap anak-anaknya. Sementara itu, Kaisar Altair mencoba memahami apa yang sedang ia alami. Sebelumnya, ia berpikir telah berada di akhirat. Namun, ketika membuka matanya, ia melihat seorang wanita yang sedang menggendongnya. Siapa wanita itu? Di mana... aku sekarang? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepalanya. Samar-samar ia mendengar perdebatan antara penatua dan kepala klan. "Apa maksudnya ini? Jadi... Apakah aku terlahir kembali dalam tubuh bayi ini?" Kaisar Altair begitu senang ketika ia menyadari telah terlahir kembali dalam tubuh mungil ini. Ia kemudian mencoba memeriksa tingkat Kultivasinya, namun itu membuat ia sedikit kecewa karena kini ia hanya berada di tingkat menengah Essence Beginner. Kerja keras dan jerih payahnya selama ini hilang begitu saja. Namun, apa yang ia harapkan pada tubuh seorang bayi? Terlahir kembali dalam keadaan sehat saja seharusnya ia sudah bersyukur. Ia ingin memikirkan apa yang terjadi di istana Nebula. Namun, perdebatan antara kepala klan dan penatua membuatnya penasaran. Ia pun kembali menyimak. "Kita harus membunuhnya sekarang juga!" Penatua mengeluarkan sebuah pisau kecil dari kantungnya dan mengarahkannya pada Kaisar Altair. Kaisar Altair terkejut, ia sempat berpikir kenapa nasibnya begitu sial. Baru saja ia lahir namun akan dibunuh? Beruntung kepala klan menangkis pisau penatua hingga terpental ke tanah. Penatua menatap tajam ke arah kepala klan, "Apa maksudnya ini? Apa kau mau menentang ajaran leluhur!" ucap penatua dengan perasaan marah. "Aku harap para penatua memikirkan keputusan ini sekali lagi, bagaimanapun dia adalah keturunanku. Dan aku ingin dia hidup seperti anak-anak lainnya," ucap kepala klan sembari menundukkan kepalanya. Meskipun ia adalah seorang kepala klan, saat ini ia tidak bisa membuat keputusan sembarang tanpa mempertimbangkan pendapat para penatua. Jika ia memutuskan seenaknya, posisinya akan terancam dan akan digantikan oleh saudaranya yang lain. Para penatua memandangi satu sama lain, memberikan sinyal setuju pada kepala klan. Mereka semua kembali memulai diskusi, beberapa penatua masih tetap mengusulkan agar bayi itu dibunuh, dan ada juga yang mengusulkan untuk dibuat cacat, seperti memotong salah satu kakinya atau menghancurkan inti Kultivasinya, agar bayi itu tidak dapat belajar seni bela diri atau pun berkultivasi. Kaisar Altair mendengarkan diskusi itu dengan perasaan terkejut dan marah. Dalam benaknya, ia ingin sekali menghancurkan gigi dan merobek mulut para penatua. Namun, perhatiannya kini teralihkan dengan sikap kepala klan. Sejak diskusi dimulai, wajah kepala klan jelas terlihat cemas, menunjukkan bahwa ia adalah tipe orang yang sangat penyayang pada anaknya. Kaisar Altair juga penasaran, bagaimana cara kepala klan untuk meyakinkan para penatua. "Bagaimana jika kita menunggu sampai dia berumur 10 tahun. Jika dia memang benar membawa petaka, kita akan mengusir dan mengeluarkannya dari klan," saran kepala klan, mencoba untuk meyakinkan para penatua. "Tidak bisa!" Sanggah seorang penatua. "Jika kau ingin dia tetap hidup, kau harus memilih untuk membuat cacat makhluk itu, atau aku sendiri yang akan membunuhnya sekarang juga!" Selir yang mendengar hal itu langsung menangis tersedu-sedu. Dalam keadaan yang baru saja melahirkan, ia berusaha berdiri lalu berlutut, memegang kaki salah satu dari penatua, dan memohon, "Aku mohon kepada para penatua... Aku mohon... Jangan apa-apakan anakku." Melihat kegigihan kedua orang tua itu, para penatua kembali berdiskusi dan sepakat untuk tidak berbuat apa-apa sampai usia bayi itu 6 tahun. Jika anak itu tidak menyebabkan masalah apapun hingga berumur 6 tahun, ia akan dikeluarkan dari klan. Namun, jika sebaliknya ia akan langsung dibunuh. Kepala klan dan selir menyetujui usulan tersebut, selir itu langsung memeluk anaknya dengan lembut sembari meneteskan air mata. Melihat adegan itu membuat hati Kaisar Altair luluh, ia sangat bersyukur karena di kehidupannya kali ini, diberikan kesempatan untuk merasakan kasih sayang orang tua. Kepala klan mengelus kepala anaknya. "Mulai hari ini, aku akan memberimu nama Ethan, karena kau akan pergi, sebaiknya aku tidak perlu memberi nama klan padamu." ucapnya pelan lalu keluar meninggalkan ruangan. Keadaan kembali tenang, hari-hari berlalu dengan cepat dan kini Ethan dipindahkan ke dalam kamar khusus untuk dirinya yang tampak luas dan mewah, ia juga dijaga oleh beberapa pelayan untuk memastikan kebutuhan nutrisinya. Ethan cukup menikmati suasana itu, hanya ada hari-hari damai tanpa ada gangguan pekerjaan maupun dari murid-muridnya. Biasanya, setiap ia selesai dengan urusan istana, murid termuda menemaninya jalan-jalan sembari bersenda gurau. Ia merindukan masa-masa itu, meskipun lelah akan pekerjaan, namun istri dan muridnya akan ada di dekatnya untuk mengurangi rasa lelahnya. Ia masih tidak percaya, perselingkuhan, pengkhianatan, dan reinkarnasi sudah ia alami sekarang. Ia juga bertanya-tanya dalam dirinya, apakah murid dan istrinya masih hidup karena ledakan yang ia buat? Atau jika mereka hidup, apakah mereka senang karena dia sudah tiada? Atau sebaliknya, mereka menyesal? Lagi pula, pusaka Celestia ikut meledak bersamanya. Dan tentu saja mereka tidak mendapatkan apa-apa selain luka dan kehancuran istana bintang. Namun, pikiran itu menghilang begitu ia mulai merasa lapar. Kebetulan sekali, baru saja ia merasa lapar, seorang pelayan wanita datang membawakan sebotol susu untuknya. Begitu botol itu mendekat, ia langsung meraihnya dan meminumnya. Setelah beberapa saat meminum susu, ia menyadari ada sesuatu yang aneh dengan rasanya. Namun ia mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja susu ini sudah agak lama dan pelayan itu tidak sengaja memberinya. Namun, perasaannya menjadi semakin cemas, pelan-pelan ia merasakan sakit di perut dan dadanya. Semakin lama menjadi semakin sakit, Ethan mulai menyadari kalau rasa aneh pada susunya bukan karena basi, melainkan karena seseorang telah mencampurkan racun di dalamnya. Ethan menangis dengan keras, pelayan yang bersamanya tadi berusaha menenangkannya, namun itu tidak berhasil. Wajah Ethan terlihat semakin pucat dan nafasnya seperti terengah-engah. Menyadari ada yang aneh, pelayan itu segera berlari ke ruang obat klan. Keadaan menjadi ricuh, begitu ibu Ethan mendengar kabar tersebut, ia langsung berlari menuju ruang obat klan. "Anakku... Ada apa dengan anakku?!" tanya ibu Ethan dengan nafas berat sehabis berlari. Ternyata di ruang obat, kepala klan dan dua orang penatua sudah lebih dulu disana bersama tabib klan. Terlihat dari ekspresi kepala klan bahwa Ethan sedang tidak baik-baik saja. Sang tabib mendekati ibu Ethan sembari menyerahkan Ethan yang sedang tertidur pulas dalam pangkuannya, "Sepertinya ada orang yang mencampurkan racun pada susu yang diminum oleh tuan muda. Saat ini keadaan tuan muda baik-baik saja, tapi saya takut ke depannya tuan muda tidak akan dapat berkultivasi ataupun berlatih seni beladiri." Mendengar perkataan tabib membuat ibu Ethan syok, siapa yang tega-teganya meracuni bayi yang bahkan belum dapat berjalan. Ia jatuh terduduk, menangis tersedu-sedu sembari memeluk putranya tersebut.Kepala klan segera memerintahkan beberapa bawahannya untuk mencari orang yang meracuni anaknya tersebut. Setelah itu, ia mendekati pelayan yang memberikan Ethan susu lalu bertanya, "Dari mana kau mendapatkan susu itu?" "Ma... Maafkan saya, Tuan. Saya memberikan susu itu atas perintah penatua Magnus." Jawab pelayan tersebut dengan tubuh yang gemetar ketakutan."Penatua Magnus?" sahut Ibu Ethan. "Maksudmu, kakeknya sendiri yang meracuninya?" tanya Ibu Ethan seolah tidak percaya apa yang dikatakan pelayan tersebut.Di klan Ashenwood, terdapat enam penatua yang menjaga dan memberikan kontribusi besar pada kejayaan klan. Mereka semua sebelumnya pernah menjadi pemimpin klan ataupun orang yang berjasa pada kemajuan klan.Penatua Magnus adalah pemimpin klan sebelumnya, ayah daripada pemimpin klan saat ini, yang berarti Ethan adalah cucu kandungnya sendiri. Mendengar itu, kepala klan segera memerintahkan salah satu bawahannya untuk memanggil penatua Magnus.Sementara itu, Ethan terbangun dari
Begitu Ethan melihat pusaka Celestia, matanya berbinar cerah. Dia menggeliat pelan, dan tak dapat menahan senyum di wajah mungilnya.Ia meraih pusaka Celestia dan memeluknya dengan erat. Meskipun tak sepenuhnya sembuh, ia dapat merasakan kehangatan yang membuat inti kultivasinya sembuh perlahan. Kehangatan itu juga membuatnya merasa sangat nyaman, hingga ia perlahan terlelap.Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, ini sudah mencapai tahun ke lima sejak kelahiran Ethan, Ia tumbuh dengan sehat. Karena semua orang tahu ia tidak dapat berlatih apapun, maka ia dijuluki sebagai sampah klan Ashenwood.Ejekan dan pukulan dari teman sebayanya adalah makanannya sehari-hari. Namun, Ethan tetap menerima semua itu hanya dengan senyuman di wajahnya, dan dibalik senyuman itu menyembunyikan tekad kuat dalam hatinya.Sebelum fajar menyingsing, saat seluruh orang-orang klan Ashenwood terlelap dalam tidurnya. Ethan akan berlari ke bukit belakang tempat tinggalnya tanpa pengetahuan siapapun. Ia melat
Setelah semua siap, Ethan bersama ibunya segera berangkat menuju kediaman utama. Karena jarak antara tempat tinggal mereka dan kediaman utama agak jauh, mereka terpaksa harus berangkat lebih cepat agar tidak terlambat.Di perjalanan, Ethan dan ibunya tak sengaja bertemu dengan istri pertama kepala klan, yang juga sedang berjalan menuju kediaman utama bersama putri sulungnya.Ibu Ethan menyapa mereka sembari membungkukkan sedikit kepalanya. Namun mereka mengabaikan sapaan itu dan terus berjalan seolah-olah tak melihat Ethan dan ibunya.Ibu Ethan tersenyum pahit dan terus berjalan dibelakang istri pertama kepala klan. Situasi ini sudah biasa dialami olehnya, seberapa baik pun ia berusaha, tetap saja ia di pandang sebagai rakyat miskin yang rendahan. Tak jarang juga ketika mereka berkumpul, ia dijadikan bahan cemoohan oleh istri kepala klan dan anggota klan wanita lainnya. Meskipun begitu, ia tetap menyapa, tersenyum, dan bersikap ramah pada mereka. Karena sejak awal, ia adalah tipe wa
Setelah cukup lama berlari, mereka akhirnya dapat melihat kediaman mereka dari kejauhan. Namun, saat mereka semakin dekat, Ethan dapat melihat kepala klan yang sedang berdiri tepat di depan pintu kediaman mereka."Dari mana saja kalian hingga pulang malam begini?" tanya kepala klan pada mereka.Ibu Ethan menatap wajah kepala klan, meskipun enggan ia menghela nafasnya dan menjawab pertanyaan kepala klan. "Kami hanya pergi sebentar." jawabnya dan langsung masuk ke dalam rumahnya.Ethan memperhatikan raut wajah ayahnya, terlihat jelas bahwa kepala klan sangat menghawatirkan mereka. Ia juga yakin, jika alasan pembunuh itu saling menyerang, hingga membuat mereka memiliki kesempatan untuk kabur pasti berhubungan dengan ayahnya.Namun saat ini Ethan tidak mau memikirkannya lebih jauh, ia berjalan melewati kepala klan lalu masuk ke dalam rumahnya lalu menguncinya.Setelah mereka berdua masuk, kepala klan akhirnya bisa bernapas lega, ia bersyukur tidak terjadi apa-apa pada istri dan anaknya. D
Setelah cukup lama pingsan, Ethan akhirnya sadar. Ia perlahan membuka matanya dan mencoba untuk duduk. Begitu duduk, ia dapat merasakan sensasi sakit di perut dan punggungnya akibat benturan dan pukulan dari penatua Myra.Tiba-tiba Ia teringat dengan kejadian sebelum ia pingsan. Bagaimana keadaan ibu? Apakah dia baik-baik saja? Kenapa bisa penatua Myra datang dan menangkap ibu? Pemikiran itu membanjiri kepalanya saat ini.Pelan-pelan ia mencoba untuk berdiri, meskipun tidak dapat berdiri dengan normal karena sakit di perut dan punggungnya, itu tidak menghentikan kekhawatirannya pada ibunya. Dengan langkah tergopoh-gopoh, ia pergi keluar dari kamarnya. Dari kejauhan, ia melihat bercak merah di halamannya. Segera ia pergi kesana untuk memeriksa apa yang terjadi. Suasananya sudah sepi, ia hanya dapat melihat noda darah pada lantai halaman rumahnya dengan beberapa potongan kain baju.Ethan mencoba untuk berpikir positif, namun terpatahkan saat melihat potongan kain itu bercorak seperti b
Begitu Ethan masuk ke dalam ruangan yang ditunjukkan oleh pelayan bar, di depannya sudah berada seorang pria yang memakai topeng. Ethan berjalan ke arah pria bertopeng tersebut. Namun pria itu memancarkan aura membunuhnya begitu pekat hingga pelayan bar di belakang Ethan pingsan.Ethan melihat ke arah pelayan yang pingsan, lalu terus berjalan ke arah pria bertopeng tanpa tertekan sedikitpun. Melihat kejadian itu membuat pria bertopeng semakin tertarik pada Ethan.Ia berdiri, lalu mempersilahkan Etha untuk duduk di depannya. "Selamat datang, pelanggan! Kau bisa memanggilku Silencer," ucap pria itu sembari ia duduk kembali.Saat Ethan baru saja duduk, Silencer langsung berkata. "Jadi, siapa yang perlu kami bunuh untukmu?" Ethan mengeluarkan kantung tempat ia menyimpan emas curiannya, lalu melemparnya pada meja yang berada tepat di depannya. "Bunuh penatua Myra dari klan Ashenwood untukku!"Silencer melirik pada kantung yang Ethan lempar. "Hmm... Permintaan yang cukup berbahaya, itu t
Keesokan paginya, penatua Myra akhirnya sadar. "Akhhhh!" Ia berteriak dengan keras begitu menyadari lengan kanannya sudah tiada.Mendengar teriakan itu, kepala klan dan tabib yang sedang berbincang-bincang di luar langsung masuk ke dalam untuk melihatnya."Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku menjadi cacat seperti ini?!" penatua itu berteriak dengan keras, ia mengambil sebuah gelas dengan tangan kirinya lalu melemparnya ke tembok hingga pecah."Kalian... beraninya kalian kemari! Apa kalian ingin menghinaku?!" tanya penatua itu dengan suara menggelegar sembari menatap tajam ke arah mereka berdua.Menyadari kondisi mental penatua sedang tidak baik, tabib mengajak kepala klan untuk meninggalkan penatua sendiri.Ketika tabib dan kepala klan keluar, mereka di sambut oleh beberapa penatua dengan ekspresi khawatir. Mereka mendekati tabib itu dan menanyakan kondisi rekan mereka.Tabib kemudian menjelaskan bahwa mustahil menyatukan kembali lengan penatua karena lengannya sudah membusuk. Ia juga
Melihat seluruh prajurit yang mengejarnya telah pergi, Ethan menghela napas lega. Namun, ia penasaran mengapa para prajurit itu berhenti mengejarnya saat memasuki hutan penuh kabut ini. Alih-alih keluar, ia merasa tertarik akan hutan ini dan memutuskan untuk masuk ke dalam. Meskipun kabut tebal menghalangi pandangannya, itu tak menghentikan rasa penasarannya dan terus menjelajah lebih dalam. Setiap ia masuk lebih jauh ke dalam, kabut yang menghalangi pandangannya perlahan hilang, hingga ia dapat melihat dengan jelas. "Hmm... Tidak ada apa-apa di sini. Lalu, kenapa para prajurit yang mengejarku tadi berhenti saat aku masuk ke sini?" gumamnya. Tiba-tiba, seekor monster sebesar beruang muncul dari balik semak-semak, mendekati Ethan. Bulu yang berwarna coklat kemerahan, gigi taring yang besar seperti singa, serta mata merah melotot, monster kemudian mengaum. "Aummm!" Auman itu menggelarkan seisi hutan, Ethan sontak melihat ke belakangnya dan melihat monster itu sedang berlari ke arah
Wanita peramal mengangguk perlahan, kemudian bergegas masuk ke dalam rumah. Tak lama, ia keluar membawa sebuah buku dan pena. Ia mulai menulis dan menghitung dengan serius, hingga beberapa menit kemudian, tangannya terhenti."Tidak mungkin..." gumamnya dengan wajah yang tampak pucat pasi."Ada apa? Apakah ada masalah?" tanya Ethan penasaran.Wanita peramal menunjukkan tulisannya pada Ethan sambil menjelaskan perhitungannya. "Menurut perhitunganku, gerhana bulan akan terjadi 42 hari lagi. Namun, ada masalah. Hari itu bertepatan dengan ritual yang akan kita lakukan pada artefak batu giok yang melindungi suku.""Apakah kita tidak bisa melakukan ritual itu pada malam sebelum gerhana?" tanya Ethan dengan sorot mata cemas.Wanita peramal menggelengkan kepalanya. "Jika itu dilakukan pada malam sebelum jadwal sebelumnya, itu akan memengaruhi efektivitas artefak itu. Dan kita, beresiko akan terkena serangan monster dari luar." jelas wanita peramal
Sudah sembilan tahun sejak ia mulai tinggal bersama suku Althara; mereka semua kini menjadi sangat dekat layaknya keluarga. Ethan juga telah mencapai hal yang luar biasa dalam kultivasinya, kini ia sudah mempelajari sebagian seni bela diri yang ia dapat dari cincin ruang pria tua, dan ia sudah mencapai Soul master tingkat tinggi.Ia juga kembali belajar seni bela dirinya saat menjadi Kaisar Altair dahulu. Kini, ia dapat dengan mudah bertarung dengan beberapa monster di hutan, pengumpulan darah monster untuk ritual juga menjadi mudah berkat dirinya.Namun, ia masih belum menemukan cara untuk melepaskan suku Althara dari kutukan. "Maafkan aku kakek suku, aku masih belum dapat untuk melepaskan kutukan kalian. Padahal sudah sembilan tahun aku berada di sini." ucap Ethan dengan wajah murung."Tak apa, Ethan. Bagi kami, keberadaanmu di sini saja sudah menjadi berkah. Mungkin ini memang sudah takdir kami, atau ini adalah akibat dari kesalahan yang kami tidak sadari." balas kakek suku pada Et
Ethan berjalan pelan ke depan, berjaga-jaga jika situasi memburuk. Samar-samar, ia dapat melihat cahaya terang dari percikan api dan mendengar suara dari anak-anak yang tertawa riang gembira.Ethan dengan cepat menyembunyikan hawa keberadaannya, lalu merangkak maju dengan tubuh merendah, menyerupai buaya yang merayap di tanah.Ethan terkejut begitu melihat beberapa rumah yang tersusun melingkari api unggun besar. Ia juga melihat sekelompok anak-anak yang sedang berlari-larian di tengah kerumunan orang dewasa yang tampak sedang mengitari api unggun, sembari mengucapkan beberapa kalimat yang ia tidak mengerti.Namun, ada sesuatu yang lebih janggal. Setiap orang di sana memiliki bagian tubuh yang menyerupai hewan. Beberapa di antaranya memiliki tangan seperti serigala, ada yang memiliki kaki seperti anjing, bahkan sebagian di antara mereka memiliki paruh seperti ayam.Ethan menelan ludahnya, pelan-pelan ia merangkak mundur agar segera pergi dari temp
Menyadari monster singa itu mendekati Ethan, pria tua sontak berteriak dengan keras sambil melemparkan sebuah batu berukuran sedang pada tubuh monster itu agar perhatiannya teralihkan pada dirinya.Rencananya berhasil. Monster itu langsung marah dan mengamuk, ia menghiraukan Ethan yang berada di dekatnya dan langsung berlari dengan cepat ke arah pria tua itu.Pria itu juga langsung berlari secepat mungkin untuk menghindari amukan sang monster. Meskipun menurutnya ini gila, namun harapannya untuk hidup sekarang bergantung pada rencana Ethan.Segera, setelah monster itu pergi mengejar pria tua, Ethan langsung menggali tanah tempat ia mengubur pusaka Celestia secepat yang ia bisa. Untungnya ia tak menguburnya terlalu dalam, dan dengan cepat dapat menemukannya.Ia langsung melempar pusaka itu ke arah monster singa. Namun, tak ada reaksi apa pun yang muncul dari pusaka Celestia. Ethan tak percaya ini, apakah perhitungannya selama ini salah? Atau, pusak
Ethan menurunkan sedikit kewaspadaannya. Lagi pula, setelah sekian lama berlatih, perutnya mulai keroncongan. Ethan mengambil paha ayam yang diberikan pria tua itu, lalu memakannya dengan lahap. "Haha makanlah pelan-pelan. Kita masih punya banyak di sini," ucap pria tua itu girang sambil memakan ayam panggangnya. "Jadi... bisakah kau menceritakan bagaimana bisa para burung pemakan bangkai itu mengeroyokmu?" tanya Ethan penasaran. "Huhh..." pria tua itu menghela napas lalu mulai bercerita tentang masa lalunya yang dimulai dari setahun yang lalu. Setahun yang lalu, di kerajaan Alveron... "Hidup dewa perang!" kerumunan masyarakat meneriakkan kalimat tersebut saat seorang panglima kerajaan serta beberapa prajurit yang baru saja pulang dari medan perang. Panglima itu bernama Ravon Dhalkaris. Ia diangkat menjadi panglima oleh sang kaisar saat berumur dua puluh sembilan tahun. Pada usia yang masih tergolong muda, kultivasinya sudah mencapai tingkat tengah Void Guardian, sebuah pen
Setelah dua minggu berlalu, Ethan mengakhiri latihan kultivasinya. Dengan bantuan pil bergaris empat dan pusaka Celestia, ia akhirnya dapat menembus tingkat tinggi spirit disciple. Karena sudah lama ia berlatih di gua, perutnya kini merasa lapar. Ia berniat keluar untuk berburu makanan, ia juga ingin mengecek sesuatu tentang pusaka Celestia. Dengan pusaka Celestia di tangannya, Ethan siap keluar berburu. Namun, setelah sekian lama mencari, ia tak dapat menemukan satu hewan pun. Ia juga merasa, kabut yang semula tipis menjadi sangat tebal, perasaannya mulai tidak enak. Biasanya, para monster tidak terlihat karena ada predator kuat di dekat mereka. Benar saja, suara dengkuran keras tiba-tiba terdengar dari balik pohon bambu yang rimbun, membuat Ethan tertegun. Perlahan, Ethan mendekati asal suara dengkuran. Dari celah pohon bambu, ia mengintip dan terkejut melihat seekor ular besar yang tertidur lelap. Namun, a
Melihat seluruh prajurit yang mengejarnya telah pergi, Ethan menghela napas lega. Namun, ia penasaran mengapa para prajurit itu berhenti mengejarnya saat memasuki hutan penuh kabut ini. Alih-alih keluar, ia merasa tertarik akan hutan ini dan memutuskan untuk masuk ke dalam. Meskipun kabut tebal menghalangi pandangannya, itu tak menghentikan rasa penasarannya dan terus menjelajah lebih dalam. Setiap ia masuk lebih jauh ke dalam, kabut yang menghalangi pandangannya perlahan hilang, hingga ia dapat melihat dengan jelas. "Hmm... Tidak ada apa-apa di sini. Lalu, kenapa para prajurit yang mengejarku tadi berhenti saat aku masuk ke sini?" gumamnya. Tiba-tiba, seekor monster sebesar beruang muncul dari balik semak-semak, mendekati Ethan. Bulu yang berwarna coklat kemerahan, gigi taring yang besar seperti singa, serta mata merah melotot, monster kemudian mengaum. "Aummm!" Auman itu menggelarkan seisi hutan, Ethan sontak melihat ke belakangnya dan melihat monster itu sedang berlari ke arah
Keesokan paginya, penatua Myra akhirnya sadar. "Akhhhh!" Ia berteriak dengan keras begitu menyadari lengan kanannya sudah tiada.Mendengar teriakan itu, kepala klan dan tabib yang sedang berbincang-bincang di luar langsung masuk ke dalam untuk melihatnya."Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku menjadi cacat seperti ini?!" penatua itu berteriak dengan keras, ia mengambil sebuah gelas dengan tangan kirinya lalu melemparnya ke tembok hingga pecah."Kalian... beraninya kalian kemari! Apa kalian ingin menghinaku?!" tanya penatua itu dengan suara menggelegar sembari menatap tajam ke arah mereka berdua.Menyadari kondisi mental penatua sedang tidak baik, tabib mengajak kepala klan untuk meninggalkan penatua sendiri.Ketika tabib dan kepala klan keluar, mereka di sambut oleh beberapa penatua dengan ekspresi khawatir. Mereka mendekati tabib itu dan menanyakan kondisi rekan mereka.Tabib kemudian menjelaskan bahwa mustahil menyatukan kembali lengan penatua karena lengannya sudah membusuk. Ia juga
Begitu Ethan masuk ke dalam ruangan yang ditunjukkan oleh pelayan bar, di depannya sudah berada seorang pria yang memakai topeng. Ethan berjalan ke arah pria bertopeng tersebut. Namun pria itu memancarkan aura membunuhnya begitu pekat hingga pelayan bar di belakang Ethan pingsan.Ethan melihat ke arah pelayan yang pingsan, lalu terus berjalan ke arah pria bertopeng tanpa tertekan sedikitpun. Melihat kejadian itu membuat pria bertopeng semakin tertarik pada Ethan.Ia berdiri, lalu mempersilahkan Etha untuk duduk di depannya. "Selamat datang, pelanggan! Kau bisa memanggilku Silencer," ucap pria itu sembari ia duduk kembali.Saat Ethan baru saja duduk, Silencer langsung berkata. "Jadi, siapa yang perlu kami bunuh untukmu?" Ethan mengeluarkan kantung tempat ia menyimpan emas curiannya, lalu melemparnya pada meja yang berada tepat di depannya. "Bunuh penatua Myra dari klan Ashenwood untukku!"Silencer melirik pada kantung yang Ethan lempar. "Hmm... Permintaan yang cukup berbahaya, itu t