Setelah semua siap, Ethan bersama ibunya segera berangkat menuju kediaman utama. Karena jarak antara tempat tinggal mereka dan kediaman utama agak jauh, mereka terpaksa harus berangkat lebih cepat agar tidak terlambat.
Di perjalanan, Ethan dan ibunya tak sengaja bertemu dengan istri pertama kepala klan, yang juga sedang berjalan menuju kediaman utama bersama putri sulungnya. Ibu Ethan menyapa mereka sembari membungkukkan sedikit kepalanya. Namun mereka mengabaikan sapaan itu dan terus berjalan seolah-olah tak melihat Ethan dan ibunya. Ibu Ethan tersenyum pahit dan terus berjalan dibelakang istri pertama kepala klan. Situasi ini sudah biasa dialami olehnya, seberapa baik pun ia berusaha, tetap saja ia di pandang sebagai rakyat miskin yang rendahan. Tak jarang juga ketika mereka berkumpul, ia dijadikan bahan cemoohan oleh istri kepala klan dan anggota klan wanita lainnya. Meskipun begitu, ia tetap menyapa, tersenyum, dan bersikap ramah pada mereka. Karena sejak awal, ia adalah tipe wanita yang menghiraukan perkataan orang lain dan selalu bersikap baik pada semua orang. Hal ini juga yang membuat kepala klan jatuh cinta dan menikahinya. Setelah cukup lama berjalan, mereka akhirnya sampai di kediaman utama. Disana, kepala klan dan keenam penatua sudah berkumpul. Tepat di sebelah tempat duduk kepala klan, dua orang perwakilan dari sekte duduk. Tahun ini, ada tujuh anak yang akan diberkati dan di tes bakatnya. Setelah seluruh anggota klan berkumpul, kepala klan membuka upacara dengan mengucapkan beberapa bait pidato. Setelah itu, ia memerintahkan ketujuh anak yang akan diberkati, agar duduk di tempat yang disediakan khusus untuk upacara pemberkatan. Satu persatu anggota klan menghampiri mereka, mendoakan serta memberikan mereka hadiah. "Semoga para dewa senantiasa memberkatimu." ucap penatua Myra pada anak istri pertama kepala klan. "Di hari istimewa ini, aku membawakan mu sebuah gelang giok pelindung," lanjutnya dengan ekspresi senyum lalu memakaikan gelangnya pada anak itu. Ia juga melakukan hal yang sama pada kelima anak setelahnya, memberikan mereka ucapan selamat serta hadiah. Namun, saat giliran Ethan, penatua Myra melemparkan telur ayam busuk hingga mengenai kepala Ethan. Anak di samping Ethan segera menutup hidungnya, lalu menunjuk Ethan dengan jari telunjuknya sembari berkata. "Ew... Lihatlah betapa baunya dirimu!" "Hmph, bau itu cocok untuk sampah klan sepertimu! Aku mendoakan sampah sepertimu agar segera keluar dari klan agar tidak mencemari nama baik klan Ashenwood." sahut penatua Myra. Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu hanya diam, tapi dalam hati mereka menunjukkan kepuasaan tersendiri. Bahkan ketua klan hanya diam di tempat duduknya dan tidak berkutik sedikitpun. Ketika melihat putranya di permalukan, wajah ibu Ethan menjadi merah, jantungnya berdegup cepat karena marah. Mungkin ia dapat menerima jika hanya ia yang di permalukan, namun jika itu anaknya, ia tidak dapat menahannya lagi. Ia berdiri dari tempat duduknya, berjalan ke arah penatua Myra, lalu menamparnya di hadapan seluruh anggota klan hingga terjatuh. Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu sangat terkejut, bagaimana mungkin wanita yang sangat lemah berani memukul salah satu penatua klan? "Sepertinya, Wanita itu sudah bosan hidup." Itulah isi pikiran semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut. Ibu Ethan menatap tajam ke arah kepala klan. Namun, kepala klan memilih diam dan menonton mereka dari tempat duduknya. Penatua Myra merasa bahwa ia telah dipermalukan oleh seorang selir. Ketika ia bangkit ia tidak sengaja melihat wajahnya di cermin, pipinya menjadi merah akibat tamparan itu. "Kau! Berani-beraninya manusia rendahan sepertimu menamparku!" teriak penatua Myra sembari mendorong ibu Ethan hingga terjatuh. Ia kemudian mengambil pedang salah satu prajurit penjaga, lalu menyodorkan ujung pedang itu ke arah leher ibu Ethan. "Ibu!" panggil Ethan lalu datang menghampirinya. "Kalian berdua, cepat berlutut di hadapanku sekarang!" perintah penatua itu pada Ethan dan ibunya. Ibu Ethan menatap penatua Myra dengan tajam, layaknya seekor elang yang sedang memperhatikan mangsanya. Melihat situasinya sudah tidak terkendali, kepala klan segera memerintahkan para prajurit untuk melerai mereka berdua. Ia juga memerintahkan untuk menunda sementara upacara pemberkatan. Namun, tampaknya dua perwakilan sekte tidak setuju dengan hal itu. "Apa maksudmu? Jadi kami jauh-jauh kemari hanya untuk melihat pertengkaran kecil ini? Apa kalian ingin menyia-nyiakan kuota untuk masuk sekte terkenal?!" tanya salah satunya dengan nada ketus. Karena mempertimbangkan dua utusan sekte itu, penatua Myra menundukkan sedikit kepalanya pada utusan lalu berkata. "Maafkan sifat kekanak-kanakan orang tua ini, saya harap tuan-tuan tidak marah dan tetap bersedia memberikan kuota tersebut untuk klan Ashenwood." "Baiklah, aku akan memaafkan kalian kali ini saja. Jika nanti terjadi sesuatu yang menghambat, aku akan langsung pergi tanpa pertimbangan." balas salah satu utusan sekte tersebut. "Tunggu apa lagi, kembali ketempat duduk kalian masing-masing! Ethan, cepat pergi bersihkan dirimu lalu kembali datang kesini!" perintah kepala klan. Tampaknya, ibu Ethan tak menghiraukan perintah kepala klan. Ia rasa sudah cukup mereka berdua di permalukan saat ini, ia menggenggam tangan anaknya, lalu mengajaknya untuk pergi meninggalkan upacara. Meskipun begitu, upacara tetap di jalankan meskipun Ethan tidak ada. Dan mereka semua justru merasa senang saat Ethan dan ibunya pergi. Sejujurnya, Ethan cukup terkejut dengan apa yang ia lihat hari ini. Biasanya, ia melihat ibunya sebagai wanita yang lemah dan mudah ditindas, tapi Hari ini ia dapat melihat sisi lain dari ibunya. Setelah berjalan cukup jauh dari kediaman utama, ibu Ethan menundukkan tubuhnya lalu memegang pundak anaknya itu, terlihat dari matanya ia sudah menahan tangisnya sejak mereka keluar tadi. "Maafkan ibu Ethan, maafkan ibu karena karena sudah menghancurkan upacara yang seharusnya istimewa untukmu." Melihat ekspresi wajah ibunya, Ethan langsung memeluknya. "Aku tidak apa-apa bu. Seharusnya sejak awal kita tidak perlu berharap lebih pada orang-orang klan yang selalu menghina kita." Sejak awal Ethan memang tidak tertarik pada upacara ini. Sejujurnya, ia bersyukur di tarik oleh ibunya keluar dari ruangan itu. Berkat itu, ia tidak perlu repot-repot menyembunyikan kekuatannya. Pada akhirnya, mereka berjalan pulang sembari bergandengan tangan dengan perasaan lega. Sebelum itu, mereka mampir ke pasar untuk memakan sate bersama sembari berjalan-jalan untuk menghilangkan rasa yang mengganjal dalam hati ibu Ethan. Karena terlalu asik, tanpa sadar mereka pergi hingga menjelang malam. Mereka menyewa sebuah kereta kuda untuk sampai di tempat tinggalnya. Karena terlalu lelah, Ethan akhirnya tertidur dalam pangkuan ibunya. Namun, kesenangan mereka tampaknya tidak akan bertahan hingga larut malam. Tanpa sadar, sekelompok assassin sedang mengintai mereka. Tampaknya mereka adalah utusan penatua yang di tampar oleh ibu Ethan. Saat hampir sampai menuju kediaman mereka, assassin itu langsung menyergap mereka dari segala penjuru. Mereka menebas tali kereta kuda hingga membuat kuda panik dan berlari menjauh. Ibu Ethan yang langsung menyadari hal itu gemetar ketakutan, ia takut akan terjadi sesuatu pada anaknya, ia memeluk erat Ethan dengan kedua tangannya yang bergetar hebat. Ethan yang menyadari hal itu langsung memutar otaknya, ia memejamkan matanya, lalu memeriksa ada berapa orang assassin yang sedang menyergap mereka dengan sihirnya. Tampaknya mereka sebanyak enam orang, suara kusir juga tak terdengar, artinya dia sudah terbunuh oleh para assassin tersebut. Jika ia ingin melawan mereka, mungkin ia dapat mengatasi satu atau dua orang dengan tubuh mungilnya, namun melawan enam orang sama saja seperti bunuh diri. Kini, Ethan hanya bisa berdoa agar seseorang secara kebetulan datang untuk menyelamatkan mereka. Beberapa assassin mulai mencoba untuk mendobrak pintu kereta. Namun, sebelum kereta itu hancur, terdengar beberapa assassin lain muncul untuk melawan mereka. "Tunggu! Jumlahnya bertambah?!" Ethan menjadi heran. Karena, bagaimana bisa seseorang mengirimkan banyak assassin untuk menyerang seorang anak kecil berumur lima tahun bersama seorang wanita lemah yang tidak pandai bela diri. Tampaknya dugaan Ethan salah, para assassin itu mulai menyerang satu sama lain. Meskipun heran, Ethan menggunakan kesempatan ini untuk kabur. Ia pelan-pelan membuka pintu kereta, lalu kabur bersama ibunya meninggalkan mereka semua. Ethan dan ibunya pun berlari sekuat tenaga menuju kediaman mereka.Setelah cukup lama berlari, mereka akhirnya dapat melihat kediaman mereka dari kejauhan. Namun, saat mereka semakin dekat, Ethan dapat melihat kepala klan yang sedang berdiri tepat di depan pintu kediaman mereka."Dari mana saja kalian hingga pulang malam begini?" tanya kepala klan pada mereka.Ibu Ethan menatap wajah kepala klan, meskipun enggan ia menghela nafasnya dan menjawab pertanyaan kepala klan. "Kami hanya pergi sebentar." jawabnya dan langsung masuk ke dalam rumahnya.Ethan memperhatikan raut wajah ayahnya, terlihat jelas bahwa kepala klan sangat menghawatirkan mereka. Ia juga yakin, jika alasan pembunuh itu saling menyerang, hingga membuat mereka memiliki kesempatan untuk kabur pasti berhubungan dengan ayahnya.Namun saat ini Ethan tidak mau memikirkannya lebih jauh, ia berjalan melewati kepala klan lalu masuk ke dalam rumahnya lalu menguncinya.Setelah mereka berdua masuk, kepala klan akhirnya bisa bernapas lega, ia bersyukur tidak terjadi apa-apa pada istri dan anaknya. D
Setelah cukup lama pingsan, Ethan akhirnya sadar. Ia perlahan membuka matanya dan mencoba untuk duduk. Begitu duduk, ia dapat merasakan sensasi sakit di perut dan punggungnya akibat benturan dan pukulan dari penatua Myra.Tiba-tiba Ia teringat dengan kejadian sebelum ia pingsan. Bagaimana keadaan ibu? Apakah dia baik-baik saja? Kenapa bisa penatua Myra datang dan menangkap ibu? Pemikiran itu membanjiri kepalanya saat ini.Pelan-pelan ia mencoba untuk berdiri, meskipun tidak dapat berdiri dengan normal karena sakit di perut dan punggungnya, itu tidak menghentikan kekhawatirannya pada ibunya. Dengan langkah tergopoh-gopoh, ia pergi keluar dari kamarnya. Dari kejauhan, ia melihat bercak merah di halamannya. Segera ia pergi kesana untuk memeriksa apa yang terjadi. Suasananya sudah sepi, ia hanya dapat melihat noda darah pada lantai halaman rumahnya dengan beberapa potongan kain baju.Ethan mencoba untuk berpikir positif, namun terpatahkan saat melihat potongan kain itu bercorak seperti b
Begitu Ethan masuk ke dalam ruangan yang ditunjukkan oleh pelayan bar, di depannya sudah berada seorang pria yang memakai topeng. Ethan berjalan ke arah pria bertopeng tersebut. Namun pria itu memancarkan aura membunuhnya begitu pekat hingga pelayan bar di belakang Ethan pingsan.Ethan melihat ke arah pelayan yang pingsan, lalu terus berjalan ke arah pria bertopeng tanpa tertekan sedikitpun. Melihat kejadian itu membuat pria bertopeng semakin tertarik pada Ethan.Ia berdiri, lalu mempersilahkan Etha untuk duduk di depannya. "Selamat datang, pelanggan! Kau bisa memanggilku Silencer," ucap pria itu sembari ia duduk kembali.Saat Ethan baru saja duduk, Silencer langsung berkata. "Jadi, siapa yang perlu kami bunuh untukmu?" Ethan mengeluarkan kantung tempat ia menyimpan emas curiannya, lalu melemparnya pada meja yang berada tepat di depannya. "Bunuh penatua Myra dari klan Ashenwood untukku!"Silencer melirik pada kantung yang Ethan lempar. "Hmm... Permintaan yang cukup berbahaya, itu t
Keesokan paginya, penatua Myra akhirnya sadar. "Akhhhh!" Ia berteriak dengan keras begitu menyadari lengan kanannya sudah tiada.Mendengar teriakan itu, kepala klan dan tabib yang sedang berbincang-bincang di luar langsung masuk ke dalam untuk melihatnya."Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku menjadi cacat seperti ini?!" penatua itu berteriak dengan keras, ia mengambil sebuah gelas dengan tangan kirinya lalu melemparnya ke tembok hingga pecah."Kalian... beraninya kalian kemari! Apa kalian ingin menghinaku?!" tanya penatua itu dengan suara menggelegar sembari menatap tajam ke arah mereka berdua.Menyadari kondisi mental penatua sedang tidak baik, tabib mengajak kepala klan untuk meninggalkan penatua sendiri.Ketika tabib dan kepala klan keluar, mereka di sambut oleh beberapa penatua dengan ekspresi khawatir. Mereka mendekati tabib itu dan menanyakan kondisi rekan mereka.Tabib kemudian menjelaskan bahwa mustahil menyatukan kembali lengan penatua karena lengannya sudah membusuk. Ia juga
Melihat seluruh prajurit yang mengejarnya telah pergi, Ethan menghela napas lega. Namun, ia penasaran mengapa para prajurit itu berhenti mengejarnya saat memasuki hutan penuh kabut ini. Alih-alih keluar, ia merasa tertarik akan hutan ini dan memutuskan untuk masuk ke dalam. Meskipun kabut tebal menghalangi pandangannya, itu tak menghentikan rasa penasarannya dan terus menjelajah lebih dalam. Setiap ia masuk lebih jauh ke dalam, kabut yang menghalangi pandangannya perlahan hilang, hingga ia dapat melihat dengan jelas. "Hmm... Tidak ada apa-apa di sini. Lalu, kenapa para prajurit yang mengejarku tadi berhenti saat aku masuk ke sini?" gumamnya. Tiba-tiba, seekor monster sebesar beruang muncul dari balik semak-semak, mendekati Ethan. Bulu yang berwarna coklat kemerahan, gigi taring yang besar seperti singa, serta mata merah melotot, monster kemudian mengaum. "Aummm!" Auman itu menggelarkan seisi hutan, Ethan sontak melihat ke belakangnya dan melihat monster itu sedang berlari ke arah
Setelah dua minggu berlalu, Ethan mengakhiri latihan kultivasinya. Dengan bantuan pil bergaris empat dan pusaka Celestia, ia akhirnya dapat menembus tingkat tinggi spirit disciple. Karena sudah lama ia berlatih di gua, perutnya kini merasa lapar. Ia berniat keluar untuk berburu makanan, ia juga ingin mengecek sesuatu tentang pusaka Celestia. Dengan pusaka Celestia di tangannya, Ethan siap keluar berburu. Namun, setelah sekian lama mencari, ia tak dapat menemukan satu hewan pun. Ia juga merasa, kabut yang semula tipis menjadi sangat tebal, perasaannya mulai tidak enak. Biasanya, para monster tidak terlihat karena ada predator kuat di dekat mereka. Benar saja, suara dengkuran keras tiba-tiba terdengar dari balik pohon bambu yang rimbun, membuat Ethan tertegun. Perlahan, Ethan mendekati asal suara dengkuran. Dari celah pohon bambu, ia mengintip dan terkejut melihat seekor ular besar yang tertidur lelap. Namun, a
Ethan menurunkan sedikit kewaspadaannya. Lagi pula, setelah sekian lama berlatih, perutnya mulai keroncongan. Ethan mengambil paha ayam yang diberikan pria tua itu, lalu memakannya dengan lahap. "Haha makanlah pelan-pelan. Kita masih punya banyak di sini," ucap pria tua itu girang sambil memakan ayam panggangnya. "Jadi... bisakah kau menceritakan bagaimana bisa para burung pemakan bangkai itu mengeroyokmu?" tanya Ethan penasaran. "Huhh..." pria tua itu menghela napas lalu mulai bercerita tentang masa lalunya yang dimulai dari setahun yang lalu. Setahun yang lalu, di kerajaan Alveron... "Hidup dewa perang!" kerumunan masyarakat meneriakkan kalimat tersebut saat seorang panglima kerajaan serta beberapa prajurit yang baru saja pulang dari medan perang. Panglima itu bernama Ravon Dhalkaris. Ia diangkat menjadi panglima oleh sang kaisar saat berumur dua puluh sembilan tahun. Pada usia yang masih tergolong muda, kultivasinya sudah mencapai tingkat tengah Void Guardian, sebuah pen
Menyadari monster singa itu mendekati Ethan, pria tua sontak berteriak dengan keras sambil melemparkan sebuah batu berukuran sedang pada tubuh monster itu agar perhatiannya teralihkan pada dirinya.Rencananya berhasil. Monster itu langsung marah dan mengamuk, ia menghiraukan Ethan yang berada di dekatnya dan langsung berlari dengan cepat ke arah pria tua itu.Pria itu juga langsung berlari secepat mungkin untuk menghindari amukan sang monster. Meskipun menurutnya ini gila, namun harapannya untuk hidup sekarang bergantung pada rencana Ethan.Segera, setelah monster itu pergi mengejar pria tua, Ethan langsung menggali tanah tempat ia mengubur pusaka Celestia secepat yang ia bisa. Untungnya ia tak menguburnya terlalu dalam, dan dengan cepat dapat menemukannya.Ia langsung melempar pusaka itu ke arah monster singa. Namun, tak ada reaksi apa pun yang muncul dari pusaka Celestia. Ethan tak percaya ini, apakah perhitungannya selama ini salah? Atau, pusak
Wanita peramal mengangguk perlahan, kemudian bergegas masuk ke dalam rumah. Tak lama, ia keluar membawa sebuah buku dan pena. Ia mulai menulis dan menghitung dengan serius, hingga beberapa menit kemudian, tangannya terhenti."Tidak mungkin..." gumamnya dengan wajah yang tampak pucat pasi."Ada apa? Apakah ada masalah?" tanya Ethan penasaran.Wanita peramal menunjukkan tulisannya pada Ethan sambil menjelaskan perhitungannya. "Menurut perhitunganku, gerhana bulan akan terjadi 42 hari lagi. Namun, ada masalah. Hari itu bertepatan dengan ritual yang akan kita lakukan pada artefak batu giok yang melindungi suku.""Apakah kita tidak bisa melakukan ritual itu pada malam sebelum gerhana?" tanya Ethan dengan sorot mata cemas.Wanita peramal menggelengkan kepalanya. "Jika itu dilakukan pada malam sebelum jadwal sebelumnya, itu akan memengaruhi efektivitas artefak itu. Dan kita, beresiko akan terkena serangan monster dari luar." jelas wanita peramal
Sudah sembilan tahun sejak ia mulai tinggal bersama suku Althara; mereka semua kini menjadi sangat dekat layaknya keluarga. Ethan juga telah mencapai hal yang luar biasa dalam kultivasinya, kini ia sudah mempelajari sebagian seni bela diri yang ia dapat dari cincin ruang pria tua, dan ia sudah mencapai Soul master tingkat tinggi.Ia juga kembali belajar seni bela dirinya saat menjadi Kaisar Altair dahulu. Kini, ia dapat dengan mudah bertarung dengan beberapa monster di hutan, pengumpulan darah monster untuk ritual juga menjadi mudah berkat dirinya.Namun, ia masih belum menemukan cara untuk melepaskan suku Althara dari kutukan. "Maafkan aku kakek suku, aku masih belum dapat untuk melepaskan kutukan kalian. Padahal sudah sembilan tahun aku berada di sini." ucap Ethan dengan wajah murung."Tak apa, Ethan. Bagi kami, keberadaanmu di sini saja sudah menjadi berkah. Mungkin ini memang sudah takdir kami, atau ini adalah akibat dari kesalahan yang kami tidak sadari." balas kakek suku pada Et
Ethan berjalan pelan ke depan, berjaga-jaga jika situasi memburuk. Samar-samar, ia dapat melihat cahaya terang dari percikan api dan mendengar suara dari anak-anak yang tertawa riang gembira.Ethan dengan cepat menyembunyikan hawa keberadaannya, lalu merangkak maju dengan tubuh merendah, menyerupai buaya yang merayap di tanah.Ethan terkejut begitu melihat beberapa rumah yang tersusun melingkari api unggun besar. Ia juga melihat sekelompok anak-anak yang sedang berlari-larian di tengah kerumunan orang dewasa yang tampak sedang mengitari api unggun, sembari mengucapkan beberapa kalimat yang ia tidak mengerti.Namun, ada sesuatu yang lebih janggal. Setiap orang di sana memiliki bagian tubuh yang menyerupai hewan. Beberapa di antaranya memiliki tangan seperti serigala, ada yang memiliki kaki seperti anjing, bahkan sebagian di antara mereka memiliki paruh seperti ayam.Ethan menelan ludahnya, pelan-pelan ia merangkak mundur agar segera pergi dari temp
Menyadari monster singa itu mendekati Ethan, pria tua sontak berteriak dengan keras sambil melemparkan sebuah batu berukuran sedang pada tubuh monster itu agar perhatiannya teralihkan pada dirinya.Rencananya berhasil. Monster itu langsung marah dan mengamuk, ia menghiraukan Ethan yang berada di dekatnya dan langsung berlari dengan cepat ke arah pria tua itu.Pria itu juga langsung berlari secepat mungkin untuk menghindari amukan sang monster. Meskipun menurutnya ini gila, namun harapannya untuk hidup sekarang bergantung pada rencana Ethan.Segera, setelah monster itu pergi mengejar pria tua, Ethan langsung menggali tanah tempat ia mengubur pusaka Celestia secepat yang ia bisa. Untungnya ia tak menguburnya terlalu dalam, dan dengan cepat dapat menemukannya.Ia langsung melempar pusaka itu ke arah monster singa. Namun, tak ada reaksi apa pun yang muncul dari pusaka Celestia. Ethan tak percaya ini, apakah perhitungannya selama ini salah? Atau, pusak
Ethan menurunkan sedikit kewaspadaannya. Lagi pula, setelah sekian lama berlatih, perutnya mulai keroncongan. Ethan mengambil paha ayam yang diberikan pria tua itu, lalu memakannya dengan lahap. "Haha makanlah pelan-pelan. Kita masih punya banyak di sini," ucap pria tua itu girang sambil memakan ayam panggangnya. "Jadi... bisakah kau menceritakan bagaimana bisa para burung pemakan bangkai itu mengeroyokmu?" tanya Ethan penasaran. "Huhh..." pria tua itu menghela napas lalu mulai bercerita tentang masa lalunya yang dimulai dari setahun yang lalu. Setahun yang lalu, di kerajaan Alveron... "Hidup dewa perang!" kerumunan masyarakat meneriakkan kalimat tersebut saat seorang panglima kerajaan serta beberapa prajurit yang baru saja pulang dari medan perang. Panglima itu bernama Ravon Dhalkaris. Ia diangkat menjadi panglima oleh sang kaisar saat berumur dua puluh sembilan tahun. Pada usia yang masih tergolong muda, kultivasinya sudah mencapai tingkat tengah Void Guardian, sebuah pen
Setelah dua minggu berlalu, Ethan mengakhiri latihan kultivasinya. Dengan bantuan pil bergaris empat dan pusaka Celestia, ia akhirnya dapat menembus tingkat tinggi spirit disciple. Karena sudah lama ia berlatih di gua, perutnya kini merasa lapar. Ia berniat keluar untuk berburu makanan, ia juga ingin mengecek sesuatu tentang pusaka Celestia. Dengan pusaka Celestia di tangannya, Ethan siap keluar berburu. Namun, setelah sekian lama mencari, ia tak dapat menemukan satu hewan pun. Ia juga merasa, kabut yang semula tipis menjadi sangat tebal, perasaannya mulai tidak enak. Biasanya, para monster tidak terlihat karena ada predator kuat di dekat mereka. Benar saja, suara dengkuran keras tiba-tiba terdengar dari balik pohon bambu yang rimbun, membuat Ethan tertegun. Perlahan, Ethan mendekati asal suara dengkuran. Dari celah pohon bambu, ia mengintip dan terkejut melihat seekor ular besar yang tertidur lelap. Namun, a
Melihat seluruh prajurit yang mengejarnya telah pergi, Ethan menghela napas lega. Namun, ia penasaran mengapa para prajurit itu berhenti mengejarnya saat memasuki hutan penuh kabut ini. Alih-alih keluar, ia merasa tertarik akan hutan ini dan memutuskan untuk masuk ke dalam. Meskipun kabut tebal menghalangi pandangannya, itu tak menghentikan rasa penasarannya dan terus menjelajah lebih dalam. Setiap ia masuk lebih jauh ke dalam, kabut yang menghalangi pandangannya perlahan hilang, hingga ia dapat melihat dengan jelas. "Hmm... Tidak ada apa-apa di sini. Lalu, kenapa para prajurit yang mengejarku tadi berhenti saat aku masuk ke sini?" gumamnya. Tiba-tiba, seekor monster sebesar beruang muncul dari balik semak-semak, mendekati Ethan. Bulu yang berwarna coklat kemerahan, gigi taring yang besar seperti singa, serta mata merah melotot, monster kemudian mengaum. "Aummm!" Auman itu menggelarkan seisi hutan, Ethan sontak melihat ke belakangnya dan melihat monster itu sedang berlari ke arah
Keesokan paginya, penatua Myra akhirnya sadar. "Akhhhh!" Ia berteriak dengan keras begitu menyadari lengan kanannya sudah tiada.Mendengar teriakan itu, kepala klan dan tabib yang sedang berbincang-bincang di luar langsung masuk ke dalam untuk melihatnya."Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku menjadi cacat seperti ini?!" penatua itu berteriak dengan keras, ia mengambil sebuah gelas dengan tangan kirinya lalu melemparnya ke tembok hingga pecah."Kalian... beraninya kalian kemari! Apa kalian ingin menghinaku?!" tanya penatua itu dengan suara menggelegar sembari menatap tajam ke arah mereka berdua.Menyadari kondisi mental penatua sedang tidak baik, tabib mengajak kepala klan untuk meninggalkan penatua sendiri.Ketika tabib dan kepala klan keluar, mereka di sambut oleh beberapa penatua dengan ekspresi khawatir. Mereka mendekati tabib itu dan menanyakan kondisi rekan mereka.Tabib kemudian menjelaskan bahwa mustahil menyatukan kembali lengan penatua karena lengannya sudah membusuk. Ia juga
Begitu Ethan masuk ke dalam ruangan yang ditunjukkan oleh pelayan bar, di depannya sudah berada seorang pria yang memakai topeng. Ethan berjalan ke arah pria bertopeng tersebut. Namun pria itu memancarkan aura membunuhnya begitu pekat hingga pelayan bar di belakang Ethan pingsan.Ethan melihat ke arah pelayan yang pingsan, lalu terus berjalan ke arah pria bertopeng tanpa tertekan sedikitpun. Melihat kejadian itu membuat pria bertopeng semakin tertarik pada Ethan.Ia berdiri, lalu mempersilahkan Etha untuk duduk di depannya. "Selamat datang, pelanggan! Kau bisa memanggilku Silencer," ucap pria itu sembari ia duduk kembali.Saat Ethan baru saja duduk, Silencer langsung berkata. "Jadi, siapa yang perlu kami bunuh untukmu?" Ethan mengeluarkan kantung tempat ia menyimpan emas curiannya, lalu melemparnya pada meja yang berada tepat di depannya. "Bunuh penatua Myra dari klan Ashenwood untukku!"Silencer melirik pada kantung yang Ethan lempar. "Hmm... Permintaan yang cukup berbahaya, itu t