Share

Part 18

Penulis: Pemanis Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kain Basahan Basah di Kamar Mandi

Part 18: Dijebak Lala

Sementara Rusly dan Lala meringkuk kesakitan dan tidak sadarkan diri.

Bi Ijah sudah menelpon aku berkali-kali. Namun, hasilnya nihil. Aku sengaja tidak mengangkat panggilan telepon dari Bi Ijah. Paling Bi Ijah menelpon dan melapor kalau suamiku berulah lagi.

Bi Ijah sebenarnya sudah mengenal dan mengetahui nama Ririn. Setiap datang, dia selalu mandi di kamar mandi di kamarku. Aku mengetahui itu semua dari penjelasan Bi Ijah. Setiap Ririn datang, Bi Ijah memergoki suamiku dan Ririn selalu keramas. Namun, aku tidak percaya begitu saja sebelum mata kepalaku sendiri yang menyaksikan perselingkuhan suamiku.

Pernah sekali, aku baru pulang kerja. Tubuhku gerah dan rasanya risih. Mau tidak mau aku harus mandi.

'Panasnya! Sepertinya mandi sangat cocok untuk menghilangkan rasa gerah dan panas.'

Aku mengambil handuk kimono dan menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, aku melihat kain basahan basah dan masih menetes deras airnya. Sebe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 19

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 19: Lala JatuhMasa menggedor pintu depan rumah. Sebagian menggedor jendela kamar. Sudah lima menit pintu dan pagar rumah digedor. Ririn dan Rusly masih saja berlabuh ke pulau Bali.Warga semakin emosi, sebagian bunga di halaman rumah sudah diporak-porandakan masa. Tiba-tiba, Lala tersentak bangun. Dia menggeliat sambil mengusap matanya.'Yes! Warga sudah bereaksi!' ucap Lala dalam hati. Dia masih rebahan di atas ranjang.Kesalahan Rusly, mobilnya parkir di depan rumah. Dari situlah warga semakin curiga, meskipun ada sedikit campur tangan Lala."Cepat keluar dari rumah ini! Jangan suka hati kalian menginap satu atap yang bukan mahram!" teriak seseorang berbadan gelap dan penuh tato di lengannya.Lala bangkit dari tempat tidur. Dia melangkah menuju pintu rumah. Dia mengayunkan kakinya sesekali menguap dan menggeliat kembali. Tidak berapa lama, dia sampai di pintu depan. Lala memutar pelan gagang pintu lalu membukanya."Hei kamu! Kenapa lama sekali

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 20

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 20: See Good ByeMata Ririn melotot seolah mau keluar dari sarangnya. "Ya sudah kalau nggak mau menepati janjimu! Dasar pria tak bertanggungjawab," hardik Ririn dan mendorong Rusly hingga jatuh seolah dia tidak ada jiwa kemanusiaannya."Aw," ucapnya lirih. Badan gempalnya luruh ke lantai. Rusly semakin sakit. Sudah jatuh tertimpa tangga lagi."Itu belum seberapa kalau kamu mau mencoba ingkar janji. Kamu kira bisa lepas dari aku," ucap Ririn mengancam.Keadaan seperti ini masih saja Ririn berpikiran seperti itu. Padahal kondisi tubuhnya masih babak belur dihajar warga."Aku nggak mungkin menikahi kamu kalau belum cerai sama Nesya. Lagi pula Lala lagi mengandung janinku," jawab Rusly spontan dan keceplosan. Tidak berapa lama, tiba-tiba dia sadar dengan ekspresi mata membelalak dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya."Apa?! Lala hamil anak kamu? Nggak ... Nggak mungkin pasti kamu bercanda Mas!" ucap Ririn lirih. Dia kini menghampiri Lal

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 21

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 21: Lala MualHilang sudah harapan ririn, tubuhnya lemas seolah tidak berdaya. Dia merasa tidak ada lagi hidup di dunia ini.Sudah seminggu dirinya ditinggalkan Rusly. Hidupnya sekarang morat-marit akibat dicampakkan Rusly.****Di tempat lain, Rusly sedang menghabiskan waktu bersama Lala. Mereka masih berbulan madu di Pulau Dewata, Bali. Lala merasa enggan beranjak dari atas ranjang. Sudah seminggu memanjakan diri di hotel, rasanya masih kurang."Sayang! Cepat bangun!" seru Rusly."Aku masih mager. Tambah waktu lagi napa, sayang," balas Lala dengan manja.Dia memutar tubuhnya menghadap Rusly. Tanpa sadar, dia memijit hidung mancungnya Rusly."Aku masih pengen memadu kasih dengan kamu. Please, kamu ajukan cuti lagi!" ucap Lala penuh harap."Perusahaan itu bukan milik aku, sayang. Mana bisa sesuka hatiku libur lebih dari seminggu."Rusly menaikkan nadanya tiga oktaf. Dia mulai menampakkan karakter aslinya."Kamu 'kan managernya di situ. Masa nggak

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 22

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 22: Rusly CuekRusly menatap ke belakang, dia kira Lala berakting. Tidak berapa lama, tubuh Lala ambruk ke lantai."Lala ...!" teriak Rusly sambil berlari menolong istrinya. Namun, dia laksana pahlawan kesiangan.Sesampainya di samping Lala, Rusly membangunkan Lala dengan menggoyang tubuh istrinya. Tidak ada sama sekali Lala bangun.Disaat panik seperti ini, pihak hotel menagih biaya over time penginapan Rusly dan Lala."Pak! Mohon maaf tolong segera selesaikan pelunasan over time menginap di hotel ini!" ucap Fitri.Semua mata tertuju kepada Lala, Rusly dan Fitri. Ada sebagian bersorak dan ada juga yang melempar mereka pakai tissu. Posisi restoran hotel dengan loby dekat-dekatan. Kebetulan pula pada jam breakfast. Itu sebabnya para tamu hotel menyaksikan kejadian yang sangat memalukan itu bagi Rusly. Untung saja tidak ada yang mengenal dia di dalam hotel itu."Ba-baik, Mbak! Akan aku segera lunasi se-semua. Aku harap, Mba bisa bersabar," jawab Ru

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 22B

    Rusly menerima amplop yang diberikan Fitri. Usai sudah urusan biaya penginapan Rusly dengan pihak hotel. Dia menghela napas lalu membuangnya dengan kasar.****Rusly sedang duduk di ruang tunggu di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali menunggu jadwal keberangkatan pesawatnya menuju Bandara Internasional Kualanamu, Medan. Sudah sepuluh menit dia dan Lala menunggu. Rasa jenuh dan bosan kini menyapa dirinya."Mas ...!" sapa Lala.Rusly tidak menyahut sama sekali.Penumpang yang sedang menunggu semakin padat. Sebagian ada yang memainkan ponselnya ada juga yang tertidur pules menunggu jadwal keberangkatan."Sayang ...," tegur Lala kembali.Lala memukul bahu suaminya dengan lembut. Rusly terkejut dan menatap ke arah istrinya. Tidak berapa lama, dia melanjutkan game online. "Sayang! Jangan terlalu fokus dengan game onlinenya. Aku lapar.""Lapar saja harus melapor kepadaku. Di ujung sana banyak resto. Tinggal pilih saja mana kamu suka."Lala merasa kesal mendengar jawaban suaminya

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 23

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 23: Bu Aisyah Pingsan Semua mata penumpang yang sedang lewat tertuju kepada Lala. Lama-lama, Lala merasa malu akibat sorot mata penumpang. Akhirnya dia bangkit dan berjalan gontai mengejar Rusly."Kalau mau berakting itu lihat situasi dan kondisi. Lagi pula aku heran melihat kamu. Baru saja bulan madu, kamu minta bulan madu lagi. Asal kamu tahu, cari uang itu susah!" amuk Rusly.Rusly merah padam kepada Lala akibat ulah nya yang tidak masuk akal. Ponselnya sudah padam akibat ulah Lala. Kini dia malah meminta bulan madu lagi bulan depan."Kamu cuek dan dingin. Kalau misalnya kamu tidak sanggup mengabulkan permintaanku. Bilang saja dengan jelas. Aku merasa dicuekin.""Sudah akh! Aku nggak mau berdebat dengan kamu. Aku menyesal menikah dengan kamu."Lala terkejut mendengar ucapan suaminya. Baru beberapa hari resmi menikah walaupun itu nikah sirih, Rusly sudah menyesal.****Rusly, Lala, aku dan Bi Ijah sedang sarapan pagi. Dari awal gerak gerik Lal

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 24

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 24: TeririsBu Aisyah sudah siuman, wajahnya kelihatan pucat."Nesya di mana?" ucapnya.Pandangannya masih kabur dan tidak jelas. Dia mencoba meraba kenapa pandangannya tidak jelas."Aku ada di sini, Bu."Aku mencoba memegang tangan Bu Aisyah."Aku kenapa Nesya?" tanya Bu Aisyah.Aku diam sejenak, berpikir apa yang harus kukatakan."Nesya ... Kamu di mana? Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Bu Aisyah kembali."Tadi pagi ibu pingsan di rumahku. Sekarang sudah ada di rumah sakit."Aku terpaksa berkata dengan jujur. Perlahan aku menatap wajah Bu Aisyah.Sementara Rusly, anak kandungnya tidak ada sama sekali peduli kepada Bu Aisyah. Dia lebih mementingkan Lala daripada ibu kandungnya sendiri."Ru-rusly ada di-di mana? Kenapa tidak ada suaranya?"Aku memejamkan mata menerima kenyataan yang ada. Kalau aku berkata jujur, takut Bu Aisyah nge-drop. Lebih baik aku mengalihkan pembicaraan.****Rusly dan Lala asyik bermesraan di kamar tamu. Sementar

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 25A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 25: Rusly Lahap Makan"Tanganku teriris pisau, Bu."Bu Aisyah bangkit lalu menghampiriku."Hati-hati, Nes!" ucap Bu Aisyah."Maaf, Bu. Aku tidak sengaja."Aku merasa bersalah dan langsung minta maaf. Padahal tidak ada sangkut pautnya dengan Bu Aisyah."Lah, kenapa kamu minta maaf segala? Sudah, nggak ada yang salah kok."Bu Aisyah mengambil kotak P3K di lemari. Tidak berapa lama, beliau datang dan membersihkan lukaku. Setelah jariku yang teroris pisau benar bersih dari darah segar, Bu Aisyah membalutnya dengan perban."Selagi ibu ada di sini, nggak usah kamu masak. Serahkan saja sama ibu."Bu Aisyah mengulum senyum simpul. Aku membalas senyumnya.'Andai saja Rusly sebaik Bu Aisyah, pasti rumah tangga ku tidak retak seperti ini.'****Semua makanan sudah tertata di atas meja. Aku dan Bu Aisyah sedang menunggu Rusly. Walaupun bagaimana, aku tetap mengizinkan mantan suamiku datang ke rumah demi membahagiakan ibu mertuaku. Aku dan Rusly sebenarnya be

Bab terbaru

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 101: Pengantin Batu Stok Lama

    "Apa?!" tanya Rusly tidak sabaran. "Jangan sesekali memberikan harapan palsu kepadaku," imbuhnya dengan menahan emosi."Siapa juga yang memberikan harapan palsu?" ucapku dengan sedikit menaikkan nada. Aku pergi melangkah. Walaupun sebenarnya aku sok jual mahal. Itu semua aku lakukan agar dia merasa sadar dan terpukul."Kamu mau ke mana?!" tanyanya mendongak. Fokusnya gagal mengirim doa. Dia bangkit lalu berlari mengejarku."Itu bukan urusanmu!" jawabku membentak. "Lepaskan tanganku!" jelasku kembali.Aku pergi begitu saja. Cuaca hari ini sangat panas sehingga aku takut hitam terbakar oleh sinar sang mentari."Lebih baik aku mati bunuh diri daripada lama-lama mati tersiksa untuk mendapatkan cinta dan kasihmu yang ke dua kali.""Silakan kalau kamu tidak punya iman dan Tuhan!" jawabku datar. Walaupun aku sudah jauh dari tempat dia berpijak.Argh!Rusly mengacak-acak rambutnya kembali. Lelah?! jelas dirinya pasti lelah. Kecewa?! Jelas sekali. Sudah berulang kali dia menelan kekecewaan. Na

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100B: Ziarah

    Wajahnya Rusly berubah masam mendengar perkataanku. Aku tersenyum bahagia setelah dia berubah pias."Sungguh terlalu kamu, Nesya!" rutuknya tidak terima. Aku ini mantan suamimu dan akan menjadi suamimu lagi sebentar lagi," imbuhnya menjelaskan. Dia mengepalkan tangan hendak menamparku. Namun, tangannya hanya mengambang di udara."Kenapa tidak jadi memukulku!" bentakku dengan menatapnya menyalang. "Ayo pukul sebelum Pencipta Alam Semesta mengutuk kamu benar-benar seonggok bangkai," imbuhku kembali."Kalau bukan kamu itu perempuan yang hendak akan kuperjuangkan, tangan ini pasti sudah landing di wajahmu itu," jawab Rusly dengan nada kesal. Dia berkacak pinggang lalu membuang napas kasar. "Aku tidak habis pikir kamu bisa berkata seperti itu," jelasnya dengan memijit kening yang tidak gatal."Maaf aku harus pergi dari sini." Aku melangkah meninggalkan dia sendiri di plataran parkiran.Silakan!" balasnya dengan kesal. Sangking kesalnya, dia memukul udara begitu saja. Argh! Dia berpikir s

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100: Kapan Aku Menandatanganinya

    "Tolong bebaskan aku dari sini, Nesya!" rengek Lala ketika aku sedang membesuknya di kantor polisi. Aku merasa kasihan setelah melihat keadaannya. Padahal baru tiga hari dia dikurung penampilannya sudah tidak terurus laksana orang gila."Hukum tetap berlaku. Aku tidak akan mengeluarkanmu dari sini sebelum jatuh tempo." Aku harus berkata sejujurnya. Tidak ada manusia yang rela anaknya mati tanpa salah. Apalagi kepergian Dhea masih membekas di dalam ingatan. "Belum lagi bahtera rumah tangga yang selama ini aku idamkan hancur karena kedatanganku ke dalam istana surgaku," jelasku dengan nada datar. "Aku berkata jujur atas semua perbuatanku," serunya dengan mengeluarkan cairan bening dari sudut retinanya. "Aku tidak mau berakhir usiaku di sini, Nesya," imbuhnya menjelaskan dengan raut wajah menyesal. Suasana di ruang besuk hening. Hanya dentuman jarum jam dinding yang terdengar."Aku mohon, Nesya!" pintanya mengiba. Aku tidak merasa kasihan apa yang yang terjadi kepada dirinya. Selama in

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98C

    Suasana mulai reda. Dia melihatku dengan sorot mata tajam. Namun, aku mencoba santai dan terus memperhatikan setiap gerak yang dia lakukan. Aku tidak boleh lengah apalagi jatuh ke dalam perangkapnya."Jangan kamu merasa menang dalam pergulatan ini!" ucapnya menyindir. Ekor retinanya terus memantau."Mau kalah, mau menang itu urusan Allah." Aku menjawab begitu saja. Kulirik ke arah sekitar tidak ada sama sekali yang mau melerai. Padahal sudah adu mulut dengan nada tinggi. Bahkan hampir saja jambak-jambakan. "Apa aku harus menguburmu hidup-hidup biar kamu tidak bisa lagi menggangguku?" imbuhku menyindirnya."Apa aku tidak salah dengar?!" jawabnya sinis. Dia merasa menang. Idenya kini muncul. "Buktinya saja, aku mampu mengirim Dhea ke alam kubur dalam durasi satu bulan."Deg!Hatiku merasa tersayat bahkan teriris."Apakah kamu tidak curiga atas kepergian buah hatimu dengan Rusly?"Aku berpikir sejenak. Dan ingin menjebaknya kembali."Aa-apa?" tanyaku terbata pura-pura. Aku merogoh ponsel

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:

    Hari terus berlalu. Aku merenungi nasib malang yang tidak pernah aku bayangkan. 'Apakah aku harus menerima Rusly kembali? Atau menjanda selamanya?'Tidak tahu harus berbuat apa. Aku semakin bingung dan frustasi. Aku memejamkan mata sejenak untuk sekedar menghilangkan rasa resah dan gelisah."Mau sampai kapan kamu menjanda, Nesya?" tanya Rusly setengah membentak. Pertanyaannya sangat tidak enak didengar telingaku. Aku hanya bisa diam dan membisu dikala pertanyaan saat itu terlontar dari tepi bibirnya.Sakit, perih dan bahkan ngilu begitu kentara ketika aku mengingat semua sifat buruk mantan suamiku.Daripada aku takut putus asa membuat otak tidak bisa mencerna mana yang baik dan mana yang buruk. Aku beranjak dari atas dipan lalu menaut wajah di depan cermin lemari hias."Aku butuh healing sepertinya," ucapku setelah melihat rias wajahku sudah pas dan netral. Aku mengambil nakas di atas nakas yang sedang di cas. Kucopot chatger-nya lalu memesan transportasi online dengan semangat. Ti

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 99A: Berakhir di KUA

    "Seharusnya kamu tidak berbuat seperti itu, Rusly!" sindirku dengan nada naik dua oktaf."Rasa empati dan simpatiku sudah hilang semenjak kamu bermesraan dengan pria lain dan disaksikan oleh kedua bola mataku!" kilahnya seolah mau menang sendiri. Aku saja muak mendengar ucapannya. Seolah-olah dirinya lah yang paling suci di atas muka bumi ini."Kalau kamu hilang rasa empati ataupun simpati. Kenapa masih berdiri di situ!" ejekku dengan melipat ke dua tangan lalu diletak sejajar dengan dada. "Bilang saja kamu masih kangen dan ingin berusaha agar kembali ke dalam pelukanmu," imbuhku menyindir.Kepalanya mulai nyut-nyutan dan tidak bisa diajak kompromi untuk mencari jawaban. 'Sial! Bisa saja dia mengetahui apa yang sedang aku alami,' ucapnya bermonolog."Kalau kamu memang tidak suka dan merasa jijik melihatku. Aku rasa kamu tidak akan kembali menemui ku laksana seperti sekarang ini," kilahku sembari mengejek dirinya.Aku memastikan kalau dirinya pasti sudah mati kutu. Buktinya saja, dia

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98B: Dituduh jadi Berang-berang

    Setelah Pak Bambang merogoh dompet guna untuk mencari tahu identitas korban, aku masih terus terisak dan tidak sabar menunggu hasil yang sesungguhnya. Tidak butuh waktu lama, Pak Bambang sudah mendapat dompet. Dia berdiri tegak lalu membuka dompet yang baru saja dia temukan di dalam kantong celana. "Apakah nama suami ibu bernama Anton?" tanyanya dengan sedikit menatap ke arahku.Aku tidak terlalu menyimak apa yang ditanyakan beliau. "Bo-boleh diulangi lagi?" tanyaku ragu dengan wajah mendongak. "Apakah nama suami ibu Anton?" tanyanya ke dua kalinya dengan nada sedikit kesal.Setelah kupertajam pedengaranku, aku sudah mendapat jawaban pasti. "Be-berarti ii-ini bukan suami saya," jawabku terbata. Aku baru sadar sudah menangisi jasad pria lain. Bisa saja itu suami wanita lain yang sedang menunggu kehadirannya di tengah istana syurga yang dibangun bersama wanita yang tidak lain ibu dari buah hatinya."Kalau nama suami ibu bukan Anton, berarti jasad yang sudah engkau tangis bukan suami at

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98: Kecelakaan Maut

    Dua hari setelah kejadian itu, aku selalu teringat kepada Rusly. Resah dan gelisah kini menghantui diriku. Habis main sosial media sambil rebahan aku bangkit lalu melangkah ke arah dapur. Lapar, tetapi tidak selera makan. Kembali lagi aku ayunkan telapak kaki ke arah teras sampai aku merasa bosan dan jenuh.Ponselku yang berdering tidak aku hiraukan sangking tidak enaknya perasaan dan badanku. 'Apakah Rusly sudah memeletku?' batinku sembari menautkan wajah di cermin. Aku memperhatikan pelan-pelan mukaku di kaca. Padahal kaca itu bukan cermin melainkan kaca jendela. 'Semoga saja tidak ada sangkut pautnya dengan Rusly.' Aku mencoba mengambil handuk yang di jemur di halaman belakang. Resah dan gelisah semakin tidak karuan membuatku ingin segera mandi.Setelah kuraih handuk. Kuayunkan langkah kaki menuju kamar. Di atas dipan layar ponselku sudah kedap-kedip dan nada dering sudah terdengar jelas. Segera aku meraih kotak persegi itu lalu lamat-lamat kuamati. 'Nomor baru memanggil,' ucapku

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:. Part 97B: Jalan Pintas

    "Maaf kalau aku sudah lancang menggendongmu dan membawa dirimu ke rumah kontrakanku," Aku terbangun dan ternyata aku hanya mimpi. Andai saja semua itu benar, aku sudah tidak tahu harus berbuat apa. Kusapu pandangan ke arah sekitar. Senyum simpul lahir di sudut bibirnya, Rusly."Apa yang terjadi kepadaku?! Kenapa aku ada di sini?!" amukku seolah tidak terima kalau pria yang tidak mahram itu menyentuhku."Tadi kamu pingsan di pusaranya, Dhea. Untung saja kunci mobilku ketinggalan di sana tepat di batu nisannya, Dhea." Rusly mencoba menjelaskan dengan berkata jujur. Walaupun sebenarnya dia ragu dengan kejujurannya tidak kuterima."Pasti itu semua akal busukmu 'kan?!" sergahku tidak terima."Aa-aku berkata jujur! Aku tidak ada maksud jahat walaupun terlintas di dalam otakku ide jahat untuk menjebakmu," selanya dengan spontan. Dia terkejut kenapa bisa berkata seperti itu."Maksud ide jahat itu apa?!" tanyaku mengintrogasi. Aku mulai duduk dan menyandrkan tubuh ke tepi ranjang.Rusly mulai

DMCA.com Protection Status