Jawab seseorang dari ujung sana setelah sambungan telepon terhubung.[Waalaikumsalam, apa benar ini ibu kandungnya Ririn Permata Sari yang bekerja di PT. Sinar Daun Asli di Kota ...,] ucap Lala sembari mengulas senyum melirik ke arah Ririn.Wajahnya Ririn memerah. Dia ingin mencabik-cabik wajahnya Lala, tapi apalahndayanya.[Ada apa dengan putri semata wayangku. Dia baik-baik saja atau bagaimana?] tanya ibunya Ririn di seberang sana. Sebut saja namanya Mayang.Lala diam sejenak dan mengkode Ririn agar segera setuju kalau malam ini mentransfer uang dengan nominal lima puluh juta ke rekening Lala.[Kabar Mbak Ririn baik-baik saja, Bu. Cuma ...,] ucap Lala terjeda karena dia sengaja memutuskan sambungan telepon sepihak.Lala memutar-mutar ponsel miliknya sambil memasang wajah garang mengejek Ririn."Bagaimana? Belum percaya juga kalau aku nggak bisa kamu kalahkan," tantang Lala dengan mata menyolot."Tidak ... Aku tidak bakalan terima kamu peras aku dengan cara keji seperti ini," sungut
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 18: Dijebak LalaSementara Rusly dan Lala meringkuk kesakitan dan tidak sadarkan diri.Bi Ijah sudah menelpon aku berkali-kali. Namun, hasilnya nihil. Aku sengaja tidak mengangkat panggilan telepon dari Bi Ijah. Paling Bi Ijah menelpon dan melapor kalau suamiku berulah lagi.Bi Ijah sebenarnya sudah mengenal dan mengetahui nama Ririn. Setiap datang, dia selalu mandi di kamar mandi di kamarku. Aku mengetahui itu semua dari penjelasan Bi Ijah. Setiap Ririn datang, Bi Ijah memergoki suamiku dan Ririn selalu keramas. Namun, aku tidak percaya begitu saja sebelum mata kepalaku sendiri yang menyaksikan perselingkuhan suamiku.Pernah sekali, aku baru pulang kerja. Tubuhku gerah dan rasanya risih. Mau tidak mau aku harus mandi.'Panasnya! Sepertinya mandi sangat cocok untuk menghilangkan rasa gerah dan panas.'Aku mengambil handuk kimono dan menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, aku melihat kain basahan basah dan masih menetes deras airnya. Sebe
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 19: Lala JatuhMasa menggedor pintu depan rumah. Sebagian menggedor jendela kamar. Sudah lima menit pintu dan pagar rumah digedor. Ririn dan Rusly masih saja berlabuh ke pulau Bali.Warga semakin emosi, sebagian bunga di halaman rumah sudah diporak-porandakan masa. Tiba-tiba, Lala tersentak bangun. Dia menggeliat sambil mengusap matanya.'Yes! Warga sudah bereaksi!' ucap Lala dalam hati. Dia masih rebahan di atas ranjang.Kesalahan Rusly, mobilnya parkir di depan rumah. Dari situlah warga semakin curiga, meskipun ada sedikit campur tangan Lala."Cepat keluar dari rumah ini! Jangan suka hati kalian menginap satu atap yang bukan mahram!" teriak seseorang berbadan gelap dan penuh tato di lengannya.Lala bangkit dari tempat tidur. Dia melangkah menuju pintu rumah. Dia mengayunkan kakinya sesekali menguap dan menggeliat kembali. Tidak berapa lama, dia sampai di pintu depan. Lala memutar pelan gagang pintu lalu membukanya."Hei kamu! Kenapa lama sekali
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 20: See Good ByeMata Ririn melotot seolah mau keluar dari sarangnya. "Ya sudah kalau nggak mau menepati janjimu! Dasar pria tak bertanggungjawab," hardik Ririn dan mendorong Rusly hingga jatuh seolah dia tidak ada jiwa kemanusiaannya."Aw," ucapnya lirih. Badan gempalnya luruh ke lantai. Rusly semakin sakit. Sudah jatuh tertimpa tangga lagi."Itu belum seberapa kalau kamu mau mencoba ingkar janji. Kamu kira bisa lepas dari aku," ucap Ririn mengancam.Keadaan seperti ini masih saja Ririn berpikiran seperti itu. Padahal kondisi tubuhnya masih babak belur dihajar warga."Aku nggak mungkin menikahi kamu kalau belum cerai sama Nesya. Lagi pula Lala lagi mengandung janinku," jawab Rusly spontan dan keceplosan. Tidak berapa lama, tiba-tiba dia sadar dengan ekspresi mata membelalak dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya."Apa?! Lala hamil anak kamu? Nggak ... Nggak mungkin pasti kamu bercanda Mas!" ucap Ririn lirih. Dia kini menghampiri Lal
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 21: Lala MualHilang sudah harapan ririn, tubuhnya lemas seolah tidak berdaya. Dia merasa tidak ada lagi hidup di dunia ini.Sudah seminggu dirinya ditinggalkan Rusly. Hidupnya sekarang morat-marit akibat dicampakkan Rusly.****Di tempat lain, Rusly sedang menghabiskan waktu bersama Lala. Mereka masih berbulan madu di Pulau Dewata, Bali. Lala merasa enggan beranjak dari atas ranjang. Sudah seminggu memanjakan diri di hotel, rasanya masih kurang."Sayang! Cepat bangun!" seru Rusly."Aku masih mager. Tambah waktu lagi napa, sayang," balas Lala dengan manja.Dia memutar tubuhnya menghadap Rusly. Tanpa sadar, dia memijit hidung mancungnya Rusly."Aku masih pengen memadu kasih dengan kamu. Please, kamu ajukan cuti lagi!" ucap Lala penuh harap."Perusahaan itu bukan milik aku, sayang. Mana bisa sesuka hatiku libur lebih dari seminggu."Rusly menaikkan nadanya tiga oktaf. Dia mulai menampakkan karakter aslinya."Kamu 'kan managernya di situ. Masa nggak
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 22: Rusly CuekRusly menatap ke belakang, dia kira Lala berakting. Tidak berapa lama, tubuh Lala ambruk ke lantai."Lala ...!" teriak Rusly sambil berlari menolong istrinya. Namun, dia laksana pahlawan kesiangan.Sesampainya di samping Lala, Rusly membangunkan Lala dengan menggoyang tubuh istrinya. Tidak ada sama sekali Lala bangun.Disaat panik seperti ini, pihak hotel menagih biaya over time penginapan Rusly dan Lala."Pak! Mohon maaf tolong segera selesaikan pelunasan over time menginap di hotel ini!" ucap Fitri.Semua mata tertuju kepada Lala, Rusly dan Fitri. Ada sebagian bersorak dan ada juga yang melempar mereka pakai tissu. Posisi restoran hotel dengan loby dekat-dekatan. Kebetulan pula pada jam breakfast. Itu sebabnya para tamu hotel menyaksikan kejadian yang sangat memalukan itu bagi Rusly. Untung saja tidak ada yang mengenal dia di dalam hotel itu."Ba-baik, Mbak! Akan aku segera lunasi se-semua. Aku harap, Mba bisa bersabar," jawab Ru
Rusly menerima amplop yang diberikan Fitri. Usai sudah urusan biaya penginapan Rusly dengan pihak hotel. Dia menghela napas lalu membuangnya dengan kasar.****Rusly sedang duduk di ruang tunggu di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali menunggu jadwal keberangkatan pesawatnya menuju Bandara Internasional Kualanamu, Medan. Sudah sepuluh menit dia dan Lala menunggu. Rasa jenuh dan bosan kini menyapa dirinya."Mas ...!" sapa Lala.Rusly tidak menyahut sama sekali.Penumpang yang sedang menunggu semakin padat. Sebagian ada yang memainkan ponselnya ada juga yang tertidur pules menunggu jadwal keberangkatan."Sayang ...," tegur Lala kembali.Lala memukul bahu suaminya dengan lembut. Rusly terkejut dan menatap ke arah istrinya. Tidak berapa lama, dia melanjutkan game online. "Sayang! Jangan terlalu fokus dengan game onlinenya. Aku lapar.""Lapar saja harus melapor kepadaku. Di ujung sana banyak resto. Tinggal pilih saja mana kamu suka."Lala merasa kesal mendengar jawaban suaminya
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 23: Bu Aisyah Pingsan Semua mata penumpang yang sedang lewat tertuju kepada Lala. Lama-lama, Lala merasa malu akibat sorot mata penumpang. Akhirnya dia bangkit dan berjalan gontai mengejar Rusly."Kalau mau berakting itu lihat situasi dan kondisi. Lagi pula aku heran melihat kamu. Baru saja bulan madu, kamu minta bulan madu lagi. Asal kamu tahu, cari uang itu susah!" amuk Rusly.Rusly merah padam kepada Lala akibat ulah nya yang tidak masuk akal. Ponselnya sudah padam akibat ulah Lala. Kini dia malah meminta bulan madu lagi bulan depan."Kamu cuek dan dingin. Kalau misalnya kamu tidak sanggup mengabulkan permintaanku. Bilang saja dengan jelas. Aku merasa dicuekin.""Sudah akh! Aku nggak mau berdebat dengan kamu. Aku menyesal menikah dengan kamu."Lala terkejut mendengar ucapan suaminya. Baru beberapa hari resmi menikah walaupun itu nikah sirih, Rusly sudah menyesal.****Rusly, Lala, aku dan Bi Ijah sedang sarapan pagi. Dari awal gerak gerik Lal