Yuyun, Mas Parto, dan Mang Yayat tampak kaget dengan sosok yang sedang berdiri di depan pintu. Mereka terdiam sesaat, karena mereka tidak tahu siapa sosok yang ada disana. Namun, Mas Parto yang berpikir cepat langsung bergerak. Berusaha menutup pintu kembali karena menyangka bahwa itu adalah salah satu makhluk gunung yang memang sudah menunggu mereka di depan rumah. Dag Pintu rumah yang akan Mas Parto tutup mendadak terhenti ketika salah satu tangan dari sosok itu menahannya. Bahkan sosok itu tiba-tiba berjalan untuk masuk ke dalam rumah Mas Parto pada saat itu, sehingga Mas Parto, Mang Yayat bahkan Yuyun sendiri pun secara mendadak mundur ketika sosok itu berjalan masuk ke dalam rumahnya. “Gak usah ketakutan begitu, aku adalah manusia kok sama seperti kalian, tuh buktinya aku napak gini di tanah.” Wajah dan tubuhnya yang awalnya gelap kini mulai terlihat dengan jelas ketika dirinya berjalan secara perlahan masuk ke dalam rumah. Dia hanya memakai kaos oblong bergambar merk semen
Suara gemuruh-gemuruh yang terjadi di dalam Gunung Sepuh, rupanya tidak membuat Parman ketakutan. Dia masih duduk terdiam di dekat Epul dan Omes yang masih terbujur kaku dengan wajahnya yang tampak pucat, seakan-akan Parman sedang menunggu dua mayat yang tergeletak di tengah rumah pada malam itu. Hanya satu lampu minyak yang menjadi penerangan satu-satunya bagi Parman disana. Sebuah lampu minyak kecil tanpa penutup kaca yang dia simpan di dekatnya ketika sedang duduk menghadap pintu rumah. Pandangannya terlihat sangat waspada, meskipun Parman adalah orang yang paling kecil di antara kita berempat, namun Parman adalah orang yang paling berani, karena mungkin ada nasehat-nasehat dari Mas Parto agar tidak terlalu takut akan hal-hal aneh yang muncul pada malam hari. Beberapa kali api yang menyala di lampu minyak itu bergerak seperti tertiup angin yang tiba-tiba muncul entah darimana, Parman yang duduk hanya menatap sebentar lampu minyak itu dan kembali menatap pintu rumah dengan kewaspa
Sebuah keilmuan yang membuat tubuh seseorang bergerak sendiri, itu memang bisa dipelajari oleh siapapun, meskipun itu tampaknya tidak mudah.Ilmu nyurup, itulah yang biasa mereka kenal di tanah sunda. Nyurup memang berbeda dengan kesurupan, meskipun pada dasarnya kedua kata tersebut sama, yaitu surup dan nyurup, namun dalam prakteknya dua kata tersebut adalah dua kata yang jauh berbeda.Ilmu nyurup, adalah suatu ilmu yang mirip dengan suatu keilmuan yang ada di tanah Toraja, yaitu sebuah keilmuan yang membuat orang yang sudah meninggal bisa bergerak karena ada sesuatu yang mengambil alih mayatnya dan membuatnya bisa berjalan hingga ke pemakamannya.Sehingga, ilmu nyurup adalah sebuah ilmu yang membiarkan tubuh kita dikendalikan oleh makhluk yang ada. Namun, dia masih bisa mengontrol tubuhnya dan tidak membiarkan tubuhnya diambil alih oleh makhluk tersebut layaknya orang yang sedang kesurupan. Sehingga, orang-orang yang nyurup, bisa dengan mudah memasukan dan mengeluarkan semua makhluk
Suasana Gunung Sepuh pada malam itu benar-benar mencekam, Mang Ba'a yang sedang melakukan sesuatu agar dirinya bisa menarik kedua jiwa yang masih terjebak di dalam gunung kini harus bertemu dengan sosok yang tidak ingin dia temui ketika berada disana. Salah satu sosok yang paling Mang Ba'a hindari, dia tidak menyangka sosok itu akan turun untuk menemuinya di depan gerbang, karena sangat jarang bagi dirinya untuk turun dari puncak gunung hingga bertemu manusia seperti ini. Auranya sangat hitam pekat, bahkan saking pekatnya membuat daun-daun yang ada di sekitarnya mendadak kering dan layu lalu kemudian mati dan tidak bernyawa lagi. Salah satu sosok yang paling ditakuti, dihormati, dan paling dijunjung tinggi oleh semua makhluk yang ada di Gunung Sepuh. Juga, sosok yang menjadi penyebab dari kutukan yang membelenggu Kampung Sepuh dalam waktu yang lama. Sosok yang bernama Kala tersebut tampak lebih kecil sekarang, tubuhnya menyesuaikan diri dengan jalan setapak, yang atasnya dipenuhi o
Mang Ba'a memang sosok yang lebih kuat, seumur hidupnya dia habiskan untuk berlatih, bahkan masa mudanya dia habiskan dengan mengembara ke Selatan dan menantang semua preman-preman yang kini menjadi murid-murid di padepokannya.Sepertinya itu adalah gambaran dari sosok Mang Ba'a yang menjadi bapak asuh ketika Esih kecil, Mang Ba'a yang seumur hidupnya dihabiskan untuk mempelajari keilmuan yang diturunkan secara turun-temurun dari keluarganya, kini bertambah kuat dengan menjadi sosok yang paling dihormati di daerah Selatan.Daerah yang awalnya menjadi rumah bagi ilmu-ilmu hitam seperti teluh yang bisa melukai orang hanya dengan boneka khusus yang diritualkan dengan mantra-mantra tertentu. Kini mulai berubah ketika Mang Ba’a datang, karena mereka seringkali ditantang oleh Mang Ba’a yang tidak mau praktek itu menyebar di daerah selatan.Bahkan, semua preman-preman pasar, preman pelabuhan dia tantang satu persatu, preman yang mempunyai ilmu kebal dan ilmu-ilmu lainnya yang bisa memperkuat
Haaaaaaaaahhhhh Haaaaaaaaahhhhh “Astaga,dimana ini?” “Bukannya tadi kita sedang ada di depan gerbang?” “Ini sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Mas Parto, Mang Yayat, Yuyun, serta Parman tiba-tiba terbangun di dalam warung. Entah apa yang terjadi, mereka seperti tiba-tiba dipindahkan begitu saja ke dalam warung oleh sesuatu. “Bukannya, ki-kita tadi disuruh tutup mata?” “Terus?” Arggggghhh Mang Yayat yang baru tersadar kembali mengingat kejadian yang menimpanya, namun ketika otaknya yang berusaha untuk mengingat kejadian itu, tiba-tiba dia merasa pusing sehingga tangannya dia letakan di atas kepalanya. Yuyun dan Parman pun merasa bingung, kenapa dia berada disini. Namun, Yuyun yang tahu bahwa Mang Ba'a, Epul dan Omes masih belum ada di warung, kini langsung berlari kembali ke sekitar warung. Mencoba mencari tahu keberadaan mereka sekarang. Meskipun, Wussssshhhhhh Ketika pertama kali dia menginjakan kakinya di luar warung, tiba-tiba muncul sebuah angin yang kencang, yang be
Srak, Srak, Srak, Terlihat dua orang sedang berjalan melewati jalan setapak bersama dengan diterangi oleh sinar dari bulan purnama yang muncul di antara pepohonan yang rindang di kedua sisi jalan. Meskipun jalan setapak itu disinari oleh sinar bulan tapi mereka tetap ditemani cahaya dari lampu sebagai penerang jalan. Mengingat jalan setapak yang mereka lalui itu berbatu dan tak jarang berlumpur. Kedua orang itu adalah Esih dan Yoga berjalan bersama pada malam itu, Yoga yang tidak tahu kenapa dirinya tiba-tiba ada di hutan masih merasa kebingungan atas apa yang terjadi pada malam ini. Meskipun, ada perasaan aneh yang kini terasa olehnya ketika mereka berjalan berdua. Semuanya terasa tenang seolah-olah ada yang sedang menjaga mereka malam itu yang bisa membuatnya tidak ketakutan lagi. Meskipun, Yoga merasa bahwa di belakangnya seperti ada yang mengikuti, karena terlihat beberapa kali ketika Yoga melihat ke dalam hutan yang gelap gulita, dia melihat beberapa pasang mata dari sela-sel
Hutan di Gunung Sepuh yang sangat lebat itu kini terasa gaduh di salah satu titik, dimana ada satu tempat yang berbentuk sebuah mata air kecil yang keluar dari dalam gua yang nantinya berkumpul di sebuah danau kecil di ujung sebelah kanan gunung, yang kini danau kecil itu akan diteruskan untuk dibuat irigasi yang nantinya akan digunakan oleh para warga.Di dalam gua itu tampak ramai, terdengar banyak sekali suara tertawa dari para makhluk-makhluk dengan nada yang berat, para makhluk itu tertawa terbahak-bahak sambil sesekali mengangkat sebuah akar pohon yang lentur dan panjang yang akan dia gunakan untuk.CtassssssARGGGGGGGGHHHHHHHAkar pohon tersebut dia pecutkan ke arah jiwa Omes dan Epul yang sekarang terkurung di sana, akar-akar dan dahan pohon berduri tajam yang dililit satu sama lain mereka pecutkan beberapa kali dengan diiringi suara tertawa karena mereka puas bisa menyiksa jiwa-jiwa yang telah merusak tempat-tempat ritual yang mereka tinggali hingga saat ini.HahahahahaHahah