Share

Bab 8

Rutinitas pengantin baru usai. Aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini. Bahagiakah aku? Kurasa nggak begitu. Justru perasaan sedih lebih dominan dibandingkan bahagia yang hanya sesaat saja.

Tiap kali melihat Lala, tiap itu juga rasa bersalah pada Zilva semakin kuat. Mengingat senyumnya yang penuh luka itu justru semakin membuatku tersayat. Aku yang berjanji membuatnya bahagia, tapi aku juga yang justru menancapkan luka di hatinya.

Sesakit apapun itu, aku juga tak mungkin mengecewakan Lala dan mengabaikannya begitu saja di hari-hari pernikahanku dengannya. Seperti apapun jalannya, kini dia sudah sah menjadi istriku dan dia juga berhak atas hidupku. Momen ini tentu menjadi salah satu momen yang mendebarkan dan mungkin dia idamkan pasca akad itu.

Setelah shalat subuh berjamaah di masjid, aku kembali ke kamar. Mama sepertinya juga belum bangun. Entahlah, selama ini aku sudah berusaha menasehati mama untuk rutin melaksanakan kewajiban, tapi tetap saja subuh adalah salah satu waktu shal
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nurjanah Binti Gumri
ziĺa wanità shalihah
goodnovel comment avatar
Putri Leo
Dalih kewajiban,padahal langsung disosor jga,jgn blng cinta,klu pikiran ttp di selangkangan
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
tetap juga alasan kewajiban. g usah bilang cinta klu msh mendua. g bisa juga mengelak dari selangkangan lala kan? dimana2 laki2 itu munafik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status