Share

MEMBLOKIR KARTU MILIK AKBAR

Aвтор: Rara Qumaira
last update Последнее обновление: 2024-10-29 19:42:56

BAB 3

MEMBLOKIR KARTU MILIK AKBAR

Kienan bisa mengatakan hal itu merupakan kejanggalan karena menurut laporan Akbar selama ini, perusahaan sedang mengalami penurunan, sehingga mereka harus mengurangi pengeluaran, termasuk biaya model untuk iklan.

Tetapi,di laporan tersebut, ada biaya model iklan yang jumlahnya tiga kali lipat dari biasanya.

Kienan menghela napas kasar. Kalau seperti ini, perusahaannya bisa bangkrut.

Perusahaan tersebut adalah peninggalan orang tuanya. Dulu, mereka merintis semuanya dari nol. Dia masih ingat, saat itu ia berusia lima tahun saat papanya di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja.

Berbekal uang pesangon dan menjual sawah peninggalan kakek nenek Kienan, papanya merintis usaha sendiri. Jatuh bangun pernah mereka rasakan.

Saat Kienan kelas satu SMP, perusahaan milik papanya perlahan mulai merangkak. Sedikit demi sedikit, kehidupan ekonomi meningkat.

Melihat perjuangan berat orang tuanya dan dia sebagai anak satu-satunya, Kienan kuliah mengambil jurusan manajemen bisnis agar kelak bisa meneruskan bisnis papanya.

Orangtuanya meninggal karena kecelakaan, dua tahun setelah dia menikah. Sejak hari itu, Akbar yang biasanya menjadi wakil direktur, menggantikan posisi sang mertua. Sementara Kienan, dia hanya ingin menjadi ibu rumah tangga karena tanggung jawab kepada perusahaan sudah diambil alih oleh suaminya.

Kini, tanggung jawab itu kembali kepadanya. Sepertinya, melihat dari laporan para kepala divisi yang dia lihat sekilas tadi, perjuangannya akan berat. Dia membutuhkan tim yang kuat, solid, dan dapat dipercaya untuk memperbaiki semuanya.

Hal pertama yang dia lakukan adalah melakukan audit, seperti rencananya tadi. Setelah itu dia akan mengganti staf yang terlibat. Sepanjang hari ini, Kienan berkutat dengan berkas. Bahkan, dia makan siang tanpa meninggalkan ruangannya. Dia hanya meminta tolong kepada Annisa untuk membelikan makanan.

"Annisa, tolong belikan makan siang di restoran depan! Tolong belikan juga buah-buahan yang sudah dikupas buat cemilan!" ujar Kienan melalui interkom.

"Baik, Bu!" sahut Annisa.

Tak lama kemudian, Annisa datang membawa pesanannya. Sebenarnya, dia gak mood untuk makan. Namun, dia sadar, anak dalam kandungannya butuh asupan makanan.

Dia tidak boleh sakit. Dia harus sehat. Itu yang selau dia ucapkan dalam hati. Demi buah hatinya.

Tok … tok … tok ….

Pintu ruangannya diketuk.

"Silahkan masuk!" teriak Kienan dari dalam.

"Maaf, Bu, ada pak Firman ingin bertemu dengan Ibu!" ujar Annisa.

"Ow, iya. Suruh beliau masuk!"

Tak berselang lama, pak Firman masuk ke dalam ruangan Kienan.

"Bagaimana, pak Firman?" tanya Kienan setelah pak Firman duduk di depannya.

"Saya sudah memblokir semua kartu milik pak Akbar. Ini laporannya!" sahut pak Firman.

Kienan membuka berkas-berkas tersebut. Dia mendesah. Tagihan kartu kredit Akbar membengkak. Bahkan, ada pengeluaran senilai lima ratus juta untuk DP pembelian rumah.

Kienan memijit pelipisnya. Kepalanya semakin pusing.

"Baik, Pak! Terima kasih laporannya! Bagaimana dengan tim audit?" tanya Kienan.

"Saya sudah menghubungi mereka. Mereka akan datang besok pagi!" jawab pak Firman.

"Bagus. Terimakasih pak Firman atas bantuannya!"

"Sama-sama, Bu! Kalau begitu, saya permisi! Selamat sore!"

"Selamat sore, Pak!"

Setelah pak Firman berpamitan, Kienan pun segera beranjak pulang dengan setumpuk berkas. Dia akan melanjutkan pekerjaannya di rumah. Hari ini, tenaganya benar-benar terkuras.

****************

"Sayang, kita belanja dimana, nih?" tanya Akbar kepada Rachel.

"Di mall Mahkota Raya saja. Lengkap. Jadi, gak perlu muter-muter," jawab Rachel.

"Oke, siap," jawab Akbar mantap.

Tiba-tiba, ponsel Akbar berbunyi.

"Halo, Pak Wisnu! Ada apa?" ujar Akbar.

"Pak Akbar, disini ada Bu Kienan. Beliau mengambil alih perusahaan dan memerintahkan semua kepala divisi untuk mengirim laporan tiga bulan terakhir," ujar suara di seberang sana.

"Biarkan saja, pak Wisnu! Biar dia pusing sendiri! Saya sudah lepas tangan," jawab Akbar enteng.

"Bagaimana jika kecurangan kita ketahuan, Pak? Saya tidak mau masuk penjara," ujar pak Wisnu.

"Tidak perlu takut, pak Wisnu! Tim audit perusahaan ada dipihak kita. Tinggal kasih uang saja, beres. Mereka tidak akan buka mulut."

"Baik, Pak, kalau begitu! Saya percaya dengan Bapak!"

Akbar memutus sambungan telepon.

"Pak Wisnu, ya?" tanya Rachel.

"Iya. Rupanya, Kienan bergerak cepat. Dia sudah mengambil alih perusahaan. Untungnya, aku lebih gesit. Ha …,"ujar Akbar sembari tertawa.

"Dia pasti kaget melihat kondisi perusahaannya," sahut Rachel.

"Biarin ajalah, dia pusing sendiri. Bagian kita, bersenang-senang. Ha …."

Mereka tertawa bersama menikmati keberhasilannya.

Tak lama berselang, mereka sudah sampai di Mall yang mereka tuju.

Rachel berbelanja banyak sekali. Mulai dari pakaian bayi, sepatu bayi, dan pernik-perniknya, boks bayi, kereta dorong, bahkan mainan-mainan juga mereka beli.

Menurut hasil USG, anak mereka berjenis kelamin perempuan. Rachel membeli semua pernak-pernik tersebut berwarna pink. Bahkan, kamar untuk anak mereka pun sudah disiapkan dengan nuansa princess Frozen.

Setelah merasa kelelahan berkeliling dan sudah cukup belanjanya, mereka menuju kasir.

"Totalnya empat puluh lima juta, Pak!" ujar si kasir.

Akbar menyerahkan kartu kreditnya.

Kasir tersebut menggesekkan kartu tersebut pada alat yang tersedia, tapi gagal.

"Maaf, Pak! Ada kartu lain?"tanyanya.

"Kenapa?" tanya Akbar heran.

"Maaf, Pak! Yang ini tidak bisa!"

Lalu, Akbar menyerahkan kartu lain.

"Maaf, Pak! Ada kartu lain lagi? Yang ini juga gak bisa!" ujar kasir itu lagi.

Akbar menggantinya dengan kartu lain. Tapi sayang, semua kartu yang dia punya tidak dapat digunakan.

"Kenapa, Mas?" tanya Rachel karena Akbar terlalu lama di meja kasir.

"Ini, sayang! Kartuku tidak ada yang bisa digunakan! Sepertinya, diblokir Kienan, deh! Pakai kartu kamu dulu, ya!"

Rachel menyerahkan kartunya ke kasir. Setelah menyelesaikan pembayaran, mereka segera keluar dari tempat tersebut.

"Mas, aku gak mau tahu, ya! Uangku harus kamu ganti! Harusnya kan, belanja kebutuhan anak kita itu kewajiban kamu!" oceh Rachel didalam mobil.

"Iya, sayang! Pasti aku ganti, kok! Tenang saja!"

"Kok bisa sih, mas, Kienan ngeblokir semua kartumu?"tanya Rachel heran.

"Iya. Kartu-kartu itu, dulu yang ngurus Kienan. Aku terima jadi saja."

"Trus, uangnya bagaimana? Kan, sayang!"

"Biarin ajalah! Gak seberapa kok! Gak sebanding dengan apa yang sudah aku ambil dari perusahaannya!" jawab Akbar sembari tersenyum.

Rachel pun turut tersenyum.

"Benar juga, ya!" Mereka tertawa bersama.

"Bagaimana bisnis karaoke mas?" tanya Rachel.

"Syukurlah, semakin lama pengunjungnya semakin banyak! Banyak pejabat dan pengusaha yang sering mampir!" jawab Akbar.

"Yang di Jalan Melati juga jalan?"

"Sejauh ini semua lancar dan aman. Jalan Melati, gang Anggrek, jalan A. Yani, dan gang Jeruk semua aman terkendali." Agung memberi penjelasan.

"Yang di belakang karaoke juga aman? Pernah ada sidak gak sih, mas, bisnis gituan?"

"Pernahlah, beberapa kali. Tinggal pinter-pinternya kita aja. Kita kan, punya pak Sanusi, jadi bisa dipastikan aman."

Rachel mengangguk-angguk tanda memgerti.

********

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, tim audit sudah sampai kantor bersama pak Firman. Mereka segera menuju ruangan milik Kienan.

"Siapa mereka, pak?" tanya Kienan kepada pak Firman.

"Mereka adalah tim audit dari perusahaan swasta, Bu!" jawab Pak Firman.

Kienan memandang mereka heran. Melihat hal itu, pak Firman meminta mereka menunggu di lobi kantor.

Setelah mereka keluar dari ruangan, pak Firman memberikan penjelasan.

"Mereka tim audit terbaik, Bu. Saya sudah membuktikan sendiri kemampuan mereka dan track record mereka juga bagus."

"Apa bapak yakin? Mereka masih muda,lho!" tanya Kienan heran.

"Saya yakin, Bu! Walaupun mereka masih muda,mereka sudah berpengalaman menyelesaikan berbagai kasus." Pak Firman memberi penjelasan.

"Apa mereka benar-benar bisa dipercaya? Ini menyangkut rahasia perusahaan, lho!"

"Seperti yang saya sampaikan tadi, track record mereka bagus. Mereka tidak akan mengecewakan Ibu."

"Baik. Saya percaya dengan bapak. Lakukan pemeriksaan secepatnya!"

"Baik, Bu! Permisi!"

Pak Firman segera meninggalkan ruangan Kienan. Dengan membawa surat kuasa dari sang big bos, dia mengarahkan tim audit untuk segera melakukan pemeriksaan.

Rombongan mereka berjalan tenang menuju divisi keuangan. Melihat rombongan tersebut, para karyawan sudah mulai kasak kusuk.

Mendengar ada kehebohan, Pak Wisnu segera keluar dari ruangan wakil direkturnya menemui mereka.

"Selamat pagi, pak Firman!" sapa pak Wisnu.

"Selamat pagi, Pak Wisnu! Apa kabar?" tanya pak Firman ramah.

"Siapa mereka?" tanya pak Wisnu tanpa basa-basi.

"Oh … mereka tim audit. Saya kesini mengantar mereka," jawab pak Firman tenang.

"Apa? Bagaimana bisa anda membawa orang luar untuk melakukan audit di perusahaan kita?" protes pak Wisnu.

Комментарии (4)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Rasainloh wisnu tikus2 perusahaan yg akan kena d phk semua nya termasuk Akbar
goodnovel comment avatar
Ahmad dae Rhobi
rasain km udah kuras abis aja kenan brengsek tuch c wisnu
goodnovel comment avatar
C.T
terlalu banyak pengulangan cerita, biar panjang ya?
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   TIM AUDIT

    BAB 4TIM AUDITMendengar ada kehebohan, Pak Wisnu segera keluar dari ruangan wakil direkturnya menemui mereka."Selamat pagi, pak Firman!" sapa pak Wisnu."Selamat pagi, Pak Wisnu! Apa kabar?" tanya pak Firman ramah."Siapa mereka?" tanya pak Wisnu tanpa basa-basi."Oh … mereka tim audit. Saya kesini mengantar mereka," jawab pak Firman tenang."Apa? Bagaimana bisa anda membawa orang luar untuk melakukan audit di perusahaan kita?" protes pak Wisnu."Maaf, pak Wisnu. Ini sudah kebijakan dari Bu Kienan. Beliau sudah memberikan surat perintah kepada mereka," jawab pak Firman. "Kenapa bukan orang-orang kita yang melakukannya? Perusahaan kita punya punya tim sendiri dan mereka lebih berpengalaman. Mereka hanya anak kemarin sore," protes pak Wisnu."Kalau mengenai hal itu, silahkan tanyakan Bu Kienan sendiri."Pak Wisnu mendengus kesal mendengar jawaban itu. Dia masih belum puas. "Maaf, pak Wisnu. Saya permisi! Masih ada hal lain yang harus saya kerjakan!" Pak Firman berpamitan kepada pa

    Последнее обновление : 2024-10-29
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   KIENAN PINGSAN

    BAB 5KIENAN PINGSAN"Kami akan melakukan penelusuran lebih lanjut. Dana tersebut ada yang ditarik tunai, ada juga yang masuk ke beberapa rekening. Beri kami waktu dua Minggu. Kalau tidak ada kendala, kita sudah bisa menemukan tersangkanya.""Baik, Pak Nizam. Saya percayakan masalah ini kepada Anda.""Baik, Bu! Terimakasih! Kalau begitu, saya permisi! Selamat siang!" Mereka berjabat tangan."Selamat siang, pak Nizam!" Kienan mengantar pak Nizam hingga ke pintu.Saat hendak membuka membuka pintu, tiba-tiba, kepalanya terasa pusing. Dia yang tidak siap, akhirnya terjatuh.Sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya, Kienan merasakan seseorang menangkap tubuhnya dan memanggil-manggil namanya. Setelah itu, semua menjadi gelap. Nizam membopong tubuh Kienan dan menidurkannya di sofa, kemudian memanggil Annisa. Tak lama kemudian, Annisa datang.Mereka berusaha menyadarkan Kienan dengan menepuk-nepuk pipinya dan memberi minyak kayu putih. Tak lama kemudian, perlahan Kienan mulai membuka ma

    Последнее обновление : 2024-10-29
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   RENCANA RACHEL

    BAB 6RENCANA RACHELSetelah keluar dari rumah Kienan, Bu Ana dan Aira menuju rumah Rachel."Bu, kita kemana sekarang?""Kita ke rumah Rachel mengantar barang kakakmu, sekalian minta uang belanja," jawab Ibunya. Aira mengarahkan mobilnya menuju rumah Rachel. Mobil itu pemberian Kienan saat Aira awal masuk kuliah. Saat itu, Aira merengek minta dibelikan mobil. Dengan segala upaya, Ibunya membujuk Kienan agar mau membelikannya.Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di tujuan."Akbar!" teriak Ibunya begitu memasuki rumah."Ibu? Tumben kesini?" tanya Rachel. Dia terkejut mendengar ribut-ribut di depan, jadi dia bergegas keluar. "Memangnya gak boleh? Ini kan, rumah Akbar juga. Dia yang beli," jawab Bu Ana sewot. Dia segera duduk di ruang tengah."Kok gitu sih, Bu, jawabnya!? Aku kan, tanya baik-baik!" ujar Rachel."Bibi!" teriak Bu Ana.Bi Murni tergopoh-gopoh berlari ke depan. "Iya, Bu! Ada apa?"tanya bi Murni."Buatkan saya jus jeruk, sekalian bawakan camilan juga!" perintah Bu An

    Последнее обновление : 2024-10-29
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   MENGAJUKAN GUGATAN CERAI

    BAB 7MENGAJUKAN GUGATAN CERAI (RATE 21+)Kienan dan pak Firman segera masuk ke dalam ruangan. "Ada apa bu Kienan memanggil saya? Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Pak Firman."Begini, Pak! Saya ingin mengajukan gugatan cerai. Apakah pak Firman bisa membantu saya?" tanya Kienan."Tentu, Bu! Apa Ibu sudah menyiapkan berkasnya?""Sudah, pak!" jawab Kienan sembari menyerahkan map berisi berkas-berkas.Pak Firman mengecek kelengkapan berkas tersebut.Tok ... tok… tok…."Masuk!" ucap Kienan."Ini, Bu, kopi dan tehnya!" ucap OB tersebut, lalu meletakkan di hadapan mereka. "Terimakasih, mas!""Sama-sama, Bu! Permisi!" OB tersebut meninggalkan ruangan."Bagaimana, Pak?""Ini sudah lengkap, Bu! Saya akan mengurusnya! Kalau boleh tahu, apa alasan gugatan perceraian ini?" tanya Pak Firman.Kienan menceritakan kejadian pertemuan mereka di rumah sakit dan talak dari Akbar. Pak Firman mengangguk tanda mengerti. "Alasan Ibu bisa diterima! Baik, Bu! Akan segera saya proses!" ujar Pak Firman."

    Последнее обновление : 2024-10-29
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SUAP

    BAB 8SUAP"Pak Nizam yang menolong saya tadi?" tanya Kienan.Nizam menangguk."Kebetulan tadi saya di lokasi kejadian," jawabnya.Kienan terdiam sambil mengelus perutnya."Kandunganku …?""Kandunganmu baik-baik saja. Hanya pesan Dokter, harus dijaga hati-hati.""Terimakasih banyak, Pak!"Kienan menghembuskan napas lega.Tok … tok … tok ….Pintu ruangan Kienan diketuk. Mereka berdua menoleh. Tampak Annisa disana."Selamat siang, pak Nizam! Maaf, jadi merepotkan Anda!" sapa Annisa. "Gak papa! Kebetulan saja saya di lokasi kejadian," jawab Pak Nizam. "Selamat siang, Bu Kienan! Bagaimana keadaan Ibu?" sapa Annisa.Kienan tersenyum."Maaf, Pak Nizam! Bu Kienan biar saya yang menemani. Sebentar lagi keluarganya juga akan datang. Terimakasih atas bantuannya tadi!" ucap Annisa."Baiklah! Kalau begitu, saya permisi! Selamat siang, Bu Kienan! Semoga cepat sehat kembali!""Terimakasih, Pak Nizam!"Pak Nizam meninggalkan kamar Kienan. Kini, tinggal mereka berdua. "Tadi, saya sudah menghubungi

    Последнее обновление : 2024-10-29
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SURAT PANGGILAN

    BAB 9SURAT PANGGILAN"Kata pak Nizam, disana nampak mobil tersebut parkir cukup lama sebelum mencoba menabrak Ibu. Semua sedang ditangani pihak kepolisian. Mereka yakin, ini percobaan pembunuhan. Semoga pelakunya segera ketemu.""Iya. Saya juga penasaran, siapa yang bisa begitu jahat sama saya."Tok … tok … tok ….Annisa bergegas membuka pintu. "Selamat pagi, Pak Nizam! Selamat pagi, Pak Firman!""Selamat pagi juga, bu Nissa!" ujar Pak Nizam sembari mengulas senyuman, lalu masuk ke dalam ruangan. "Selamat pagi, Bu Kienan!" ucap pak Nizam dan pak Firman bersamaan."Selamat pagi, Pak Nizam! Selamat pagi, pak Firman. Silahkan duduk! Nis, tolong mintakan kopi sama OB ya!""Iya, Bu!""Bagaimana, Pak hasil penyidikannya?" tanya Kienan setelah mereka duduk dihadapannya. "Untuk kasus tabrak lagi, pihak kepolisian mengalami jalan buntu. Mobil tersebut ternyata mobil curian. Jadi, mereka tidak bisa melacaknya. Tapi, mereka masih terus menyelidiki kasus itu," jawab pak Firman."Lalu, masalah

    Последнее обновление : 2024-10-29
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SIDANG MEDIASI

    BAB 10SIDANG MEDIASIBergegas dia bangkit dan kembali ke mobilnya. Sepanjang jalan,dia mencoba berpikir. Apa yang harus dia lakukan? Dia harus bisa mendapatkan hati Kienan lagi. Dia tidak mau dipenjara.Kring …Ponsel Akbar berbunyi. Segera, dia mengangkatnya."Halo … sayang kamu dimana?" tanya Rachel panik."Aku masih di jalan, sayang. Ini mau pulang. Ada apa? Kenapa kamu panik gitu?" jawab Rachel."Sayang … tolong … perut aku sakit banget!" ujar Rachel."Sayang … kamu tenang dulu, oke? Sebentar lagi aku sampai!"Akbar mengemudikan mobilnya dengan kencang. Beruntungnya, lalu lintas sedang lancar. Tak sampai setengah jam, dia sudah sampai di depan rumah. "Sayang! Rachel! Kamu dimana?" teriak Akbar.Bi Murni tergopoh-gopoh berlari ke depan."Maaf, Pak Akbar. Saya tadi sedang di belakang. Tidak mendengar Ibu memanggil saya." Bi Murni memberi penjelasan."Dimana Ibu sekarang?" tanya Akbar."Di kamarnya, Pak!"Akbar segera berlari ke kamar."Sayang … kamu gak papa?" tanya Akbar panik."

    Последнее обновление : 2024-10-29
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   TERSANGKA

    BAB 11TERSANGKA"Aku akan menggunakan anak kami sebagai senjata.""Anak kalian? Dia beneran hamil?" "Iya, sayang! Kamu sabar dulu, ya! Aku pasti akan menikahi kamu secara resmi. Tapi, tidak dalam waktu dekat. Aku harus bisa mendapatkan hati Kienan dulu!""Iya, sayang! Aku ngerti, kok!" jawab Rachel sembari tersenyum.***********************************Satu Minggu berlalu. Kini, Rachel sudah pulang ke rumahnya. Hari ini adalah hari dimana Akbar seharusnya memenuhi undangan pihak kepolisian. Sayang, dia mangkir. Hari ini, Akbar ada janji temu dengan seorang pengacara."Selamat siang Pak Darmawan!""Selamat siang, Bapak Akbar! Silahkan duduk!" ujarnya. "Terimakasih, Pak Darmawan!""Bagaimana, Pak Akbar? Ada yang bisa saya bantu?""Iya, Pak! Begini!" Akbar menceritakan semua masalahnya. "Posisi Bapak cukup sulit! Maaf, saya tidak bisa membantu!" ujar Pak Darmawan."Tolonglah, Pak! Saya bisa membayar Bapak mahal,asalkan Bapak bisa membantu saya bebas dari segala tuduhan!" Akbar mulai

    Последнее обновление : 2024-10-29

Latest chapter

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   AKHIR YANG BAHAGIA

    BAB 13AKHIR YANG BAHAGIA"Ibu!" ujar Farel terkejut."Ngapain kamu di rumah perempuan itu? Ayo pulang!" sentak wanita bertubuh tambun tersebut."Aku hanya mengantar mereka pulang saja, Bu!" sahut Farel."Jangan banyak alasan, cepat pulang! Hei, Nana! Kamu itu sudah menikah. Bisa-bisanya kamu menggoda anakku. Kalau mau selingkuh, cari laki-laki lain, jangan anakku. Aku tidak rela!" sentak ibu Farel."Ibu, siapa yang menggoda sih? Aku hanya mengantar mereka. Lagi pula aku sendiri yang berinisiatif!" sahut Farel membela Nana."Jangan bela mereka. Ingat ya, ini peringatan terakhir. Jangan ganggu anakku lagi!" Usai mengatakan hal tersebet, wanita bertubuh tambun tersebut segera menyeret Farel meninggalkan rumah Nana. Tak diperdulikannya beberapa warga yang menonton kejadian tersebut."Ada apa, Na? Kok ibu dengar ribut-ribut!" tanya Bu Husna. "Tadi … ibunya Mas Farel kesini!" sahut Nana dengan mimik sedih. Bu Husna menghela nafas panjang sejenak. Bisa bisa menebak apa yang tejadi tadi. Di

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 12

    BAB 12BERTEMU KEMBALIDengan penuh percaya diri, pengendara tersebut segera turun dari motornya. Belum juga dia melepas helmnya, Nana sudah menghampiri dan melabraknya.“Hei, Mas, maksudnya apaan, menghalangi jalan kami? Mau pamr motor?” sentak Nana. Pria tersebut yang hendak melepaskan helmnya, menghentikan aksinya seketika. Dia menatap Nana dengan intens dari balik helm full facenya.“Kalau mau aksi keren-kerenan, jangan disini! Lagipula saya gak minat!” lanjut Nana.“Nana ... jangan kasar begitu! Maaf ya, Nak!” ujar Bu Husna merasa tidak enak.“Untuk apa Ibu minta maaf sama dia. Dia yang salah kok!” sahut Nana membela diri.“Iya, Bu, tidak apa-apa! Saya paham kok! Saya kan sudah hafal dengan sifatnya!” sahut pria tersebut. Nana terkesiap seketika. Suara itu, suara yang pernah sangat akrab di telinganya. Nana menatap pria tersebut dengan intens. Sayangnya, keberadaan helm yang masih dikenakan pria tersebut, membuatnya tidak bisa mengenali pria tersebut.Menyadari kebingungan wanita

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 11

    BAB 11DI KAMPUNGTok tok tok ....“Sebentar!” samar-samar, Nana mendengar sebuah sahutan dari dalam. Nana tersenyum tipis. Itu adalah suara yang selalu dia rindukan selama ini.“Nana! Masya Allah!” ujar wanita yang berusia hampir senja tersebut. Beliau menatap Nana dengan penuh haru.“Ibu!” ujar Nana dengan suara tercekat. Dia pun segera mencium punggung tangan wanita tersebut. Wanita tua tersebut membawa Nana ke dalam pelukannya.“Nana! Ibu kangen banget sama kamu!” ujarnya dengan air mata yang mulai membasahi pipi.“Nana juga kangen sama Ibu dan Bapak!” ujar Nana. Dia pun sudah tak dapat membendung air matanya lagi. Kerinduannya membuncah. Sejak menikah, ini pertama kalinya dia kembali menginjakkan kaki di rumah orang tuanya. Untuk beberapa lama, mereka saling berpelukan meluapkan kerinduan yang terpendam.“Kamu kok sendirian? Reno mana?” tanya wanita tersebut.“Em ... Mas Reno sedang sibuk, Bu. Jadi, gak bisa ngantar!” sahut Nana beralasan.“Bapak mana, Bu?” tanya Nana lagi.“Ba

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 10

    BAB 10FAKTA MENGEJUTKAN"Bapak kenal Pak Nizam?" tanya Nana bingung."Em … iya, Na. Dulu!" sahut Akbar dengan wajah bingung."Pak Akbar apa kabar sekarang?" tanya Nizam mengalihkan perhatian."Alhamdulillah baik, Pak Nizam! Silahkan duduk! Maaf, tempatnya kotor!" ujar Akbar."Tidak masalah, terima kasih!" ujar Nizam, lalu duduk di salah satu bangku pembeli. "Na, ini sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat saja. Lagipula, warung kan sepi. Sebentar lagi Bapak juga beberes!" ujar Akbar."Nana bantuin beberes aja ya, Pak?" sahut Nana."Tidak usah. Kamu istirahat saja!" ujar Akbar.Nana menghela nafas panjang."Baiklah kalau begitu. Pak Nizam, saya permisi dulu ya!" pamit Nana."Iya, silahkan!" sahut Nizam. Nana pun meninggalkan majikannya bersama Akbar."Jadi … ini kegiatan Pak Akbar setelah keluar dari penjara?" tanya Nizam."Iya, Pak. Sebenarnya, waktu itu beberapa kali saya mencoba melamar pekerjaan, tapi tidak ada yang mau menerima. Akhirnya, saya merintis jualan bakso ini!" sahut Akb

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 9

    BAB 9RENCANA MENGGUGATBeruntung, sebelum dia benar-benar terjatuh, Nizam meraih tubuhnya. Untuk beberapa saat, mereka saling bertatapan. Jantung Nana berdetak dengan kencang. Seumur-umur, baru kali ini dia berada pada jarak sedekat ini dengan majikannya.“Papa!” sebuah panggilan mengagetkan mereka. Nana segera berdiri dan Nizam pun melepaskan pelukannya.“Papa ngapain di dapur?” tanya Clara, putri Nizam.Nana berusaha bangkit dan berdiri tegak, sedangkan Nizam segera melepaskan pelukannya pada Nana. Suasana pun menjadi kikuk. “Em ... ini, tadi Nana jatuh. Kebetulan Papa pas disini. Kamu belum berangkat?” tanya Nizam pada putrinya. “Sebentar lagi, Pa!” sahut Clara seraya menatap Nana curiga.“Saya buatkan kopinya dulu, Pak!” pamit Nana.“Oh, iya! Saya tunggu di depan!” ujar Nizam.“Ayo, Sayang!” ajak Nizam pada Clara.“Papa gak kerja?” tanya Clara.“Ntar, berangkat agak siangan! Papa ada janji ketemu klien di dekat sini! Dari pada bolak-balik, mending berangkat ntar sekalian!”

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 8

    BAB 8TALAK“Cepat berikan uangnya!” perintah mertuanya.“Maaf, Bu, saya tidak bisa!” sahut Nana tegas.Narti yang merasa sangat geram, segera merampas tas Nana yang masih dipegangnya. Nana pun berusaha mempertahankan tanya sehingga terjadi aksi saling mendorong hingga akhirnya mereka berdua terjatuh. Nana menghembuskan nafas lega karena dia berhasil mempertahankan tasnya.“Ibu!” teriak Reno saat melihat Ibunya jatuh tersungkur.“Ibu tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.“Nana, apa yang kamu lakukan sama Ibu?” bentak Reno pada Nana. “Ren, istrimu sungguh durhaka, Ren! Dia sama sekali tidak menghargai Ibu!” ujar Narti seraya terisak.Reno menatap istrinya dengan geram. Reno segera membantu Ibunya bangkit dan duduk di sofa. “Ibu kenapa bisa jatuh gitu?” tanya Reno lagi.“Ibu didorong Nana, Ren! Ibu hanya mau pinjam uangnya sedikit untuk membeli obat!” ujar Narti.“Memangnya uang yang aku kasih kurang, Bu?” tanya Reno.“Uangnya sudah habis, Ren! Sudah Ibu gunakan untuk bayar kuliahnya Viv

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 7

    BAB 7MULAI BEKERJA"Bang, aku mau ngomong!" ujar Nana. Saat ini, mereka telah selesai makan malam dan sedang bersiap untuk tidur."Kalau masalah yang tadi pagi, aku gak bisa, Na. Uangku sudah habis. Lagian, benar kata Ibu, mereka kan orang tuamu,ngapain aku harus ikut repot?" sahut Reno cuek."Aku tahu, Bang. Makanya, sekarang aku mau minta izin!" sahut Nana."Izin apa?" tanya Reno penasaran."Aku ditawari pekerjaan di rumah mantan majikannya Mbak Siti. Kalau boleh, aku kerja disana!" ujar Nana. "Kerja apa?" tanya Reno."Jadi pembantu, Mas!" sahut Nana.Reno tersenyum sinis."Kamu memang pantasnya jadi babu!" sahut Reno.Nana menghela nafas panjang."Aku ingin membantu ekonomi orang tuaku, Mas. Kasihan,mereka itu sudah tua. Sudah seharusnya mereka beristirahat!" ujar Nana."Bagaimana dengan pekerjaan kamu disini?" tanya Reno."Aku akan mengerjakan sebelum dan setelah pulang bekerja, Mas! Mas Reno jangan khawatir! Aku tidak akan melalaikan kewajibanku!" ujar Nana lagi.Reno tampak se

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 5 DAN 6

    BAB 5TAMU TAK DIUNDANGNana pun segera melangkah ke depan dan membuka pintu. Saat pintu telah terbuka, Nana termangu menatap tamunya."Siapa, Na?" tanya Narti yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Nana menoleh menatap sang mertua, lalu sedikit menyingkir dari pintu."Prita! Tumben pagi-pagi sudah sampai sini! Ayo, masuk!" sapa Narti seraya tersenyum lebar."Iya, Bu, maaf mengganggu!" sahut Prita merasa tak enak. "Gak papa, ayo masuk!" sahut Narti.Dengan tersenyum lebar, Prita masuk ke dalam rumah. Nana mematung di tempatnya seraya menatap Prita. "Ngapain kamu bengong disitu? Sana, lanjutkan masaknya!" sentak Narti kepada Nana. Dengan terpaksa, Nana melangkah ke belakang dan melanjutkan aktivitasnya."Ada apa, Prit? Tumben pagi-pagi sudah main ke sini!" tanya Narti lagi."Iy, Bu. Semalam aku ketemu Bang Reno, katanya Nana sakit. Aku pikir pagi ini gak ada yang masak. Jadi, ini aku bawakan makanan untuk sarapan. Ternyata Nana sudah sembuh, ya!" ujar Prita."Aduh, jadi merepot

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 3 DAN 4

    BAB 3KEMARAHAN RENOPukul 17.00 WIB Mana terbangun dengan badan yang lebih segar. Usai membersihkan badan, Nana segera melangkah keluar sebelum mertuanya marah. Di ruang tengah, Nana melihat sang mertua tengah menangis sesenggukan di pelukan suaminya."Mas, Ibu kenapa?" tanya Nana heran. Reno menatap Nana nyalang."Apa yang kamu lakukan sama Ibu?" bentak Reno."Apa maksudmu, Mas? Aku tidak berbuat apa-apa!" sahut Nana."Tidak berbuat apa-apa? Ibu sampai nangis gini kamu bilang tidak berbuat apa-apa?" bentak Reno."Mas, aku beneran gak tahu! Aku aja baru bangun tidur!" sahut Nana membela diri."Nah, itu! Itu yang bikin Ibu nangis!" bentak Reno."Maksudnya bagaimana sih, Mas? Aku gak ngerti!" tanya Nana lagi."Masih bilang gak ngerti juga? Baik, aku jelaskan. Kamu biarkan Ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian, sementara kamu seharian hanya tidur-tiduran? Keterlaluan!" bentak Reno."Apa?" Nana menatap mertuanya bingung. Melihat sang mertua masih terisak, akhirnya Nana paham.

DMCA.com Protection Status