Share

RENCANA RACHEL

Penulis: Rara Qumaira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

BAB 6

RENCANA RACHEL

Setelah keluar dari rumah Kienan, Bu Ana dan Aira menuju rumah Rachel.

"Bu, kita kemana sekarang?"

"Kita ke rumah Rachel mengantar barang kakakmu, sekalian minta uang belanja," jawab Ibunya.

Aira mengarahkan mobilnya menuju rumah Rachel. Mobil itu pemberian Kienan saat Aira awal masuk kuliah. Saat itu, Aira merengek minta dibelikan mobil. Dengan segala upaya, Ibunya membujuk Kienan agar mau membelikannya.

Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di tujuan.

"Akbar!" teriak Ibunya begitu memasuki rumah.

"Ibu? Tumben kesini?" tanya Rachel.

Dia terkejut mendengar ribut-ribut di depan, jadi dia bergegas keluar.

"Memangnya gak boleh? Ini kan, rumah Akbar juga. Dia yang beli," jawab Bu Ana sewot. Dia segera duduk di ruang tengah.

"Kok gitu sih, Bu, jawabnya!? Aku kan, tanya baik-baik!" ujar Rachel.

"Bibi!" teriak Bu Ana.

Bi Murni tergopoh-gopoh berlari ke depan.

"Iya, Bu! Ada apa?"tanya bi Murni.

"Buatkan saya jus jeruk, sekalian bawakan camilan juga!" perintah Bu Ana.

"Baik, Bu!" jawab bi Murni.

"Aku juga, Bi! Aku jus alpukat ya!"

"Iya, Non!" Bi Murni segera undur diri ke belakang. Rachel hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan mertuanya.

"Akbar mana?" tanya Bu Ana.

"Ada apa, Bu?" sahut Akbar tiba-tiba muncul.

"Bener, kamu sudah talak Kienan?" tanya Ibunya tanpa basa-basi.

"Iya, Bu! Dia yang minta sendiri!" jawab Akbar santai.

"Kenapa kamu turutin, sih?" omel Ibunya.

"Dia gak mau Nerima Rachel, Bu. Aku gak mau lah, kalau harus kehilangan Rachel. Anak ini sudah aku tunggu lama. Gak mungkin aku sia-siain," jawab Akbar. Rachel tersenyum bangga mendengar jawaban Akbar.

"Apa gak sayang? Asetnya masih banyak, lho!"

"Sudah, Bu! Gak usah dipikirin! Semua udah aku pertimbangkan! Lagian, Ibu ngapain kesana?" tanya Akbar heran.

"Kamu lupa ini tanggal berapa? Ini waktunya ngasih jatah bulanan Ibu. Tak tungguin kok gak di transfer. Ya udah, Ibu samperin aja sekalian jalan-jalan!"

"Trus, dikasih?"

"Gaklah! Dia bilang, kamu udah talak dia, jadi dia nyuruh Ibu minta sama kamu."

"Jadi, Ibu kesini mau minta uang?" tanya Rachel.

"Iya. Biasanya jatah bulanan Kienan yang kasih, sekarang Ibu minta kesini."

"Berapa, Bu, biasanya?" tanya Rachel lagi.

"Untuk Ibu dua puluh juta, Aira sepuluh juta. Total tiga puluh juta."

Rachel terkejut.

"Banyak sekali, Bu?" tanyanya heran.

"Iyalah! Itu untuk kebutuhan rumah satu bulan! Ibu juga harus bayar arisan sana sini." Bu Ana memberi penjelasan.

"Untuk Aira kok sampe segitu? Itu untuk biaya kuliah sekalian, ya?"

"Gaklah! Itu uang jajan aja. Biaya kuliah lain lagi," sahut Aira.

"Kenapa? Kamu keberatan?" tanya mertuanya.

"Bukan begitu, Bu, hanya gak nyangka saja sebanyak itu."

"Itu belum seberapa. Kalo Ibu lagi pengen beli tas, baju atau perhiasan, biasanya ibu minta lagi sama Kienan, dan selalu dikasih. Jadi, kamu jangan pelit sama Ibu!" sahut mertuanya.

"Udah, Bar! Mana uangnya! Mau Ibu pake belanja!" lanjut ibu Akbar.

"Iya, Bu! Akbar ambilkan dulu!"

Akbar beranjak ke kamarnya diikuti Rachel.

Sesampainya di kamar, Akbar segera membuka brankas untuk mengambil uang tunai.

"Mas, kok banyak sekali sih, jatah bulanan untuk Ibu?" protes Rachel.

"Mau bagaimana lagi? Biasanya Ibu Nerima juga segitu."

"Tapi, jangan disamakan, dong! Kebutuhan kita kan, juga banyak. Apalagi, sebentar lagi kita punya anak."

"Tapi, aku gak enak kalau harus mengurangi jatah mereka."

"Udah, mana uangnya! Aku gak rela yang sebanyak ini kamu kasihkan cuma-cuma untuk mereka! Mending, untuk aku belanja!" Rachel segera merebut uang tersebut.

"Trus, mereka bagaimana?"

"Udah, aku yang atur. Ayo, turun!"

Mereka segera keluar dari kamarnya menuju tempat Ibu dan Aira menunggu.

"Bu, ini yang belanjanya! Dan, ini untuk Aira!" ujar Rachel sembari menyerahkan uang tersebut.

"Berapa ini? Kok, kayaknya sedikit," protes Ibu Akbar.

"Iya, nih! Kayaknya ini gak sampe sepuluh juta, deh!" sahut Aira, lalu menghitung uang tersebut.

"Mbak, punyaku cuma lima juta?" protes Aira.

"Iya, nih! Punya Ibu juga cuma sepuluh juta! Akbar! Kamu jangan bercanda, ya!" protes Ibunya.

"Maaf, Bu. Sekarang kan, aku istri mas Akbar. Jadi, uang mas Akbar aku yang pegang. Aku rasa, uang segitu sudah cukup kok buat sebulan!" jawab Rachel halus.

"Cukup dari mana? Ini buat belanja, bayar listrik air, belum arisan Ibu."

"Terserah Ibu bagaimana mengaturnya. Yang jelas, jatah dari aku segitu. Dicukup-cukupin ajalah, Bu!"

"Akbar! Jangan diam saja kamu!" teriak Ibunya.

"Maaf, Bu! Rachel benar! Lagian, sebentar lagi dia melahirkan! Kami butuh banyak biaya!" sahut Akbar.

"Kalau tahu begini, lebih baik jangan kamu ceraikan Kienan. Dia masih bisa sapi perah kita."

"Sudahlah, Bu! Jangan bawa-bawa Kienan! Bukankah dulu Ibu sendiri yang meminta aku mencari istri lagi?"

"Iya. Ibu kan, sudah pengen gendong cucu!"

"Lha iya itu! Ini Rachel sebentar lagi kasih ibu cucu! Gak usah bahas wanita mandul itu lagi!"

"Dia gak mandul, Bar!" sahut Ibunya lirih.

"Apa maksud Ibu? Bukankah selama ini Ibu sendiri yang mengatakan kalau dia mandul? Buktinya, aku baru sebentar dengan Rachel, dia langsung hamil."

"Tadi, pas ibu kesana, dia bilang sama Ibu kalau dia sedang hamil."

"Apa?" Akbar dan Rachel berteriak bersamaan.

"Ibu serius?" tanya Akbar memastikan.

"Dia bilangnya sih, gitu."

"Trus, ibu percaya? Bisa aja kan, dia ngomong kayak gitu, biar gak jadi diceraiin mas Akbar," sahut Rachel.

"Ibu tadi juga sempat kepikiran kayak gitu, cuma Kienan itu kan gak pernah bohong. Dia gak mungkin bohongin kita, apalagi untuk masalah seserius ini," sahut Ibu Akbar.

Akbar tampak berpikir.

"Bu, bagaimana kalau Kienan beneran hamil? Itu anakku, Bu!" ujar Akbar.

"Mas, jangan aneh-aneh, deh! Ini juga anakmu!" sahut Rachel sewot, lalu beranjak meninggalkan mereka.

Mereka bertiga memandang kepergian Rachel dengan perasaan yang entah. Sulit dijabarkan.

Setelah Rachel sudah benar-benar menghilang, ibu Akbar berucap,"Bar, bagaimana kalau Kienan beneran hamil? Apa kamu akan rujuk sama dia?"

Akbar mengacak rambutnya frustasi.

"Akbar gak tau, Bu. Yang jelas, kita harus memastikan apakah Kienan beneran hamil atau hanya pura-pura."

"Caranya?"

"Aku akan temui dia, Bu! Kalau benar dia hamil, aku gak mungkin ninggalin dia, Bu! Yang dikandungannya juga anakku. Anak yang sudah kami tunggu selama lima tahun," jawab Akbar.

Sementara itu, di kamarnya Rachel mondar-mandir gelisah.

"Gak. Kienan gak oleh hamil. Aku gak mau mas Akbar berubah pikiran dan kembali sama dia. Aku harus menyelidiki masalah ini." Rachel berbicara sendiri di dalam kamarnya.

Rachel meraih ponselnya.

"Halo, Gerry!"

"Halo, sayang! Tumben telepon! Kamu pasti kangen sama aku. Iya, kan?" sahut pria di ujung telepon.

"Gerry! Jangan bercanda kamu! Aku ada kerjaan buat kamu! Temui aku besok di tempat biasa!"

"Oke, sayang! Asal jangan lupa, bawakan aku uang!"

"Gak. Kemarin aku sudah memberi kamu dua puluh lima juta!" sahut Rachel.

"Itu,kan, kemarin, sayang! Uangnya udah habis dong, buat senang-senang!"

"Jangan gila kamu, Ger! Suamiku bisa curiga kalau aku sering-sering kasih kamu uang!"

"Ya … pinter-pinternya kamu lah cari alasan. Oke, sayang? See you!" Gerry memutuskan sambungan ponselnya sepihak.

Rachel pun segera menutup teleponnya. Dia begitu gelisah.

"Sial!"

*****************************************

Pagi ini, seperti biasa, Kienan telah bersiap pergi ke kantor.

"Bi, camilan yang saya minta sudah disiapkan?" tanya Kienan.

"Sudah, Bu! Sudah saya siapkan di kotak makan!"

"Terimakasih, Bi!"

"Iya, Bu! Sama-sama!"

Semalam, Kienan memang minta dibawakan bekal camilan buah kupas dan beberapa potong kue. Alhamdulillah, kehamilannya tidak menghalangi aktivitasnya. Dia hanya mengalami sedikit mual dan lemas. Selebihnya, aman.

Sesampainya di kantor, Kienan sudah ditunggu pak Firman.

"Selamat pagi, Bu Kienan!" sapa pak Firman.

"Selamat pagi, pak Firman! Mari, ke ruangan saya!"

"Baik, Bu!"

Mereka melangkah beriringan. Sepanjang jalan, para karyawan menyapa mereka. Kienan membalas sapaan mereka ramah.

"Annisa, tolong minta OB membuat kopi untuk pak Firman. Saya minta teh hangat saja!" ucap Kienan kepada sekretarisnya.

"Baik, Bu!”

Kienan dan pak Firman segera masuk ke dalam ruangan.

"Ada apa bu Kienan memanggil saya? Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Pak Firman.

"Begini, Pak! Saya ingin mengajukan gugatan cerai. Apakah pak Firman bisa membantu saya?" tanya Kienan.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Titie Murtie Weepee
ceritanya seru, wanita tangguh
goodnovel comment avatar
Titien Suhestini
keenan yang hebat dan kuat, wanita tangguh ga cengeng
goodnovel comment avatar
NK0812
aku sakit hati kerana tdk boleh beli kredit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   MENGAJUKAN GUGATAN CERAI

    BAB 7MENGAJUKAN GUGATAN CERAI (RATE 21+)Kienan dan pak Firman segera masuk ke dalam ruangan. "Ada apa bu Kienan memanggil saya? Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Pak Firman."Begini, Pak! Saya ingin mengajukan gugatan cerai. Apakah pak Firman bisa membantu saya?" tanya Kienan."Tentu, Bu! Apa Ibu sudah menyiapkan berkasnya?""Sudah, pak!" jawab Kienan sembari menyerahkan map berisi berkas-berkas.Pak Firman mengecek kelengkapan berkas tersebut.Tok ... tok… tok…."Masuk!" ucap Kienan."Ini, Bu, kopi dan tehnya!" ucap OB tersebut, lalu meletakkan di hadapan mereka. "Terimakasih, mas!""Sama-sama, Bu! Permisi!" OB tersebut meninggalkan ruangan."Bagaimana, Pak?""Ini sudah lengkap, Bu! Saya akan mengurusnya! Kalau boleh tahu, apa alasan gugatan perceraian ini?" tanya Pak Firman.Kienan menceritakan kejadian pertemuan mereka di rumah sakit dan talak dari Akbar. Pak Firman mengangguk tanda mengerti. "Alasan Ibu bisa diterima! Baik, Bu! Akan segera saya proses!" ujar Pak Firman."

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SUAP

    BAB 8SUAP"Pak Nizam yang menolong saya tadi?" tanya Kienan.Nizam menangguk."Kebetulan tadi saya di lokasi kejadian," jawabnya.Kienan terdiam sambil mengelus perutnya."Kandunganku …?""Kandunganmu baik-baik saja. Hanya pesan Dokter, harus dijaga hati-hati.""Terimakasih banyak, Pak!"Kienan menghembuskan napas lega.Tok … tok … tok ….Pintu ruangan Kienan diketuk. Mereka berdua menoleh. Tampak Annisa disana."Selamat siang, pak Nizam! Maaf, jadi merepotkan Anda!" sapa Annisa. "Gak papa! Kebetulan saja saya di lokasi kejadian," jawab Pak Nizam. "Selamat siang, Bu Kienan! Bagaimana keadaan Ibu?" sapa Annisa.Kienan tersenyum."Maaf, Pak Nizam! Bu Kienan biar saya yang menemani. Sebentar lagi keluarganya juga akan datang. Terimakasih atas bantuannya tadi!" ucap Annisa."Baiklah! Kalau begitu, saya permisi! Selamat siang, Bu Kienan! Semoga cepat sehat kembali!""Terimakasih, Pak Nizam!"Pak Nizam meninggalkan kamar Kienan. Kini, tinggal mereka berdua. "Tadi, saya sudah menghubungi

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SURAT PANGGILAN

    BAB 9SURAT PANGGILAN"Kata pak Nizam, disana nampak mobil tersebut parkir cukup lama sebelum mencoba menabrak Ibu. Semua sedang ditangani pihak kepolisian. Mereka yakin, ini percobaan pembunuhan. Semoga pelakunya segera ketemu.""Iya. Saya juga penasaran, siapa yang bisa begitu jahat sama saya."Tok … tok … tok ….Annisa bergegas membuka pintu. "Selamat pagi, Pak Nizam! Selamat pagi, Pak Firman!""Selamat pagi juga, bu Nissa!" ujar Pak Nizam sembari mengulas senyuman, lalu masuk ke dalam ruangan. "Selamat pagi, Bu Kienan!" ucap pak Nizam dan pak Firman bersamaan."Selamat pagi, Pak Nizam! Selamat pagi, pak Firman. Silahkan duduk! Nis, tolong mintakan kopi sama OB ya!""Iya, Bu!""Bagaimana, Pak hasil penyidikannya?" tanya Kienan setelah mereka duduk dihadapannya. "Untuk kasus tabrak lagi, pihak kepolisian mengalami jalan buntu. Mobil tersebut ternyata mobil curian. Jadi, mereka tidak bisa melacaknya. Tapi, mereka masih terus menyelidiki kasus itu," jawab pak Firman."Lalu, masalah

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SIDANG MEDIASI

    BAB 10SIDANG MEDIASIBergegas dia bangkit dan kembali ke mobilnya. Sepanjang jalan,dia mencoba berpikir. Apa yang harus dia lakukan? Dia harus bisa mendapatkan hati Kienan lagi. Dia tidak mau dipenjara.Kring …Ponsel Akbar berbunyi. Segera, dia mengangkatnya."Halo … sayang kamu dimana?" tanya Rachel panik."Aku masih di jalan, sayang. Ini mau pulang. Ada apa? Kenapa kamu panik gitu?" jawab Rachel."Sayang … tolong … perut aku sakit banget!" ujar Rachel."Sayang … kamu tenang dulu, oke? Sebentar lagi aku sampai!"Akbar mengemudikan mobilnya dengan kencang. Beruntungnya, lalu lintas sedang lancar. Tak sampai setengah jam, dia sudah sampai di depan rumah. "Sayang! Rachel! Kamu dimana?" teriak Akbar.Bi Murni tergopoh-gopoh berlari ke depan."Maaf, Pak Akbar. Saya tadi sedang di belakang. Tidak mendengar Ibu memanggil saya." Bi Murni memberi penjelasan."Dimana Ibu sekarang?" tanya Akbar."Di kamarnya, Pak!"Akbar segera berlari ke kamar."Sayang … kamu gak papa?" tanya Akbar panik."

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   TERSANGKA

    BAB 11TERSANGKA"Aku akan menggunakan anak kami sebagai senjata.""Anak kalian? Dia beneran hamil?" "Iya, sayang! Kamu sabar dulu, ya! Aku pasti akan menikahi kamu secara resmi. Tapi, tidak dalam waktu dekat. Aku harus bisa mendapatkan hati Kienan dulu!""Iya, sayang! Aku ngerti, kok!" jawab Rachel sembari tersenyum.***********************************Satu Minggu berlalu. Kini, Rachel sudah pulang ke rumahnya. Hari ini adalah hari dimana Akbar seharusnya memenuhi undangan pihak kepolisian. Sayang, dia mangkir. Hari ini, Akbar ada janji temu dengan seorang pengacara."Selamat siang Pak Darmawan!""Selamat siang, Bapak Akbar! Silahkan duduk!" ujarnya. "Terimakasih, Pak Darmawan!""Bagaimana, Pak Akbar? Ada yang bisa saya bantu?""Iya, Pak! Begini!" Akbar menceritakan semua masalahnya. "Posisi Bapak cukup sulit! Maaf, saya tidak bisa membantu!" ujar Pak Darmawan."Tolonglah, Pak! Saya bisa membayar Bapak mahal,asalkan Bapak bisa membantu saya bebas dari segala tuduhan!" Akbar mulai

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   BURONAN

    BAB 12BURONAN"Bu Ana? Ada apa? Kok ada polisi segala? Trus, kalian mau kemana kok bawa-bawa koper segala?" tanya Bu Hindun, biang gosip di daerah mereka."Bukan urusanmu. Minggir! Kalian semua juga, bubar!" teriak Bu Ana."Hu …." Teriakan Bu Ana disambut sorakan oleh para warga. Banyak bisik-bisik tak sedap yang terdengar. Mereka memilih untuk tidak mendengarkan, dan swgwra meninggalkan tempat tersebut. "Rachel! Rachel! Bi Murni!" teriak mertuanya saat memasuki rumah Rachel."Ada apa sih,Bu? Kok teriak-teriak? Kayak di hutan saja," sahut Rachel sambil ngedumel."Kalian ngapain kesini bawa koper segala?" tanya Rachel sambil mengernnyit heran."Rumah kita disita polisi. Jadi, kami akan tinggal disini," jawab Aira."Apa? Kenapa harus disini?""Lalu kami harus kemana? Lagian, rumah ini yang beli juga Akbar. Jadi, kami juga punya hak atas rumah ini," jawab Bu Ana sewot."Bi, tolong bereskan kamar tamu! Mulai sekarang, kami akan tinggal di sini!" ujar Bu Ana kepada Bi Murni."Iya, Bu!

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SIDANG PERDANA

    BAB 13SIDANG PERDANA"Halo! Ra, ini Rachel ngajak Ibu makan siang di luar. Ikut gak?" tanya Bu Ana."Ikutlah, Bu! Mau makan siang dimana? Ntar aku langsung nyusul kesana," jawab Aira. "Ya sudah, ntar Ibu kirim lokasinya." Klik.Bu Ana menutup ponselnya.Setelah bersiap-siap, mereka segera berangkat. Satu j kemudian, mereka sudah sampai di restoran yang dituju. Tak lama kemudian, Aira ikut bergabung."Mbak, sering-sering traktir kita kayak gini, dong! Biar asyik!" ujar Aira."Kalau sering-sering gak bisa, Ra. Kamu tahu kan, kondisi kita sekarang. Gak ada pemasukan sama sekali. Ini mbak hanya mengandalkan uang tabungan," jawab Rachel."Benar juga! Trus, bagaimana langkah kita selanjutnya? Khanza masih kecil. Dia masih butuh banyak biaya," ujar Bu Ana."Rencana, saya akan kerja, Bu. Ini masih cari-cari lowongan. Jadi, saya minta tolong Ibu untuk merawat Khanza. Bagaimana?""Boleh juga rencana kamu, Chel. Gak apa-apa Ibu harus merawat Khanza. Lagian, dia itu kan cucu yang selama ini I

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   TERUSIR

    BAB 14TERUSIRMereka segera berangkat menuju lokasi sidang. Sesampainya disana, mereka berpapasan dengan Kienan."Kienan!" panggil mertuanya.Kienan menghentikan langkahnya. Dia biarkan Bu Anak melangkah menghampirinya."Ada apa, Bu?" tanya Kienan."Apa kamu tidak mau mempertimbangkan permintaan Ibu kemarin?" tanya Bu Ana."Bu, saya rasa penjelasan saya kemarin sudah jelas. Permisi!" ujar Kienan, lalu segera melangkahkan kakinya memasuki ruang sidang.Sidang perdana ini agendanya adalah pembacaan dakwaan dari penggugat. Sidang akan dilanjutkan Minggu depan dengan agenda pemanggilan saksi.Setelah selesai sidang, Bu Ana dan Aira segera pulang ke rumah. Sementara Rachel, dia izin ingin mengunjungi temannya."Bu, aku izin ke rumah teman dulu, ya! Katanya, dia mau nawarin kerjaan! Ibu dan Aira gak papa, kan, pulang naik taksi?""Ya sudah, gak papa. Khanza bagaimana?"" Nanti aku ambil setelah dari rumah temanku.""Ya sudah. Ayo, Ra!"Mereka segera meninggalkan gedung pengadilan. Sesampai

Bab terbaru

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   AKHIR YANG BAHAGIA

    BAB 13AKHIR YANG BAHAGIA"Ibu!" ujar Farel terkejut."Ngapain kamu di rumah perempuan itu? Ayo pulang!" sentak wanita bertubuh tambun tersebut."Aku hanya mengantar mereka pulang saja, Bu!" sahut Farel."Jangan banyak alasan, cepat pulang! Hei, Nana! Kamu itu sudah menikah. Bisa-bisanya kamu menggoda anakku. Kalau mau selingkuh, cari laki-laki lain, jangan anakku. Aku tidak rela!" sentak ibu Farel."Ibu, siapa yang menggoda sih? Aku hanya mengantar mereka. Lagi pula aku sendiri yang berinisiatif!" sahut Farel membela Nana."Jangan bela mereka. Ingat ya, ini peringatan terakhir. Jangan ganggu anakku lagi!" Usai mengatakan hal tersebet, wanita bertubuh tambun tersebut segera menyeret Farel meninggalkan rumah Nana. Tak diperdulikannya beberapa warga yang menonton kejadian tersebut."Ada apa, Na? Kok ibu dengar ribut-ribut!" tanya Bu Husna. "Tadi … ibunya Mas Farel kesini!" sahut Nana dengan mimik sedih. Bu Husna menghela nafas panjang sejenak. Bisa bisa menebak apa yang tejadi tadi. Di

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 12

    BAB 12BERTEMU KEMBALIDengan penuh percaya diri, pengendara tersebut segera turun dari motornya. Belum juga dia melepas helmnya, Nana sudah menghampiri dan melabraknya.“Hei, Mas, maksudnya apaan, menghalangi jalan kami? Mau pamr motor?” sentak Nana. Pria tersebut yang hendak melepaskan helmnya, menghentikan aksinya seketika. Dia menatap Nana dengan intens dari balik helm full facenya.“Kalau mau aksi keren-kerenan, jangan disini! Lagipula saya gak minat!” lanjut Nana.“Nana ... jangan kasar begitu! Maaf ya, Nak!” ujar Bu Husna merasa tidak enak.“Untuk apa Ibu minta maaf sama dia. Dia yang salah kok!” sahut Nana membela diri.“Iya, Bu, tidak apa-apa! Saya paham kok! Saya kan sudah hafal dengan sifatnya!” sahut pria tersebut. Nana terkesiap seketika. Suara itu, suara yang pernah sangat akrab di telinganya. Nana menatap pria tersebut dengan intens. Sayangnya, keberadaan helm yang masih dikenakan pria tersebut, membuatnya tidak bisa mengenali pria tersebut.Menyadari kebingungan wanita

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 11

    BAB 11DI KAMPUNGTok tok tok ....“Sebentar!” samar-samar, Nana mendengar sebuah sahutan dari dalam. Nana tersenyum tipis. Itu adalah suara yang selalu dia rindukan selama ini.“Nana! Masya Allah!” ujar wanita yang berusia hampir senja tersebut. Beliau menatap Nana dengan penuh haru.“Ibu!” ujar Nana dengan suara tercekat. Dia pun segera mencium punggung tangan wanita tersebut. Wanita tua tersebut membawa Nana ke dalam pelukannya.“Nana! Ibu kangen banget sama kamu!” ujarnya dengan air mata yang mulai membasahi pipi.“Nana juga kangen sama Ibu dan Bapak!” ujar Nana. Dia pun sudah tak dapat membendung air matanya lagi. Kerinduannya membuncah. Sejak menikah, ini pertama kalinya dia kembali menginjakkan kaki di rumah orang tuanya. Untuk beberapa lama, mereka saling berpelukan meluapkan kerinduan yang terpendam.“Kamu kok sendirian? Reno mana?” tanya wanita tersebut.“Em ... Mas Reno sedang sibuk, Bu. Jadi, gak bisa ngantar!” sahut Nana beralasan.“Bapak mana, Bu?” tanya Nana lagi.“Ba

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 10

    BAB 10FAKTA MENGEJUTKAN"Bapak kenal Pak Nizam?" tanya Nana bingung."Em … iya, Na. Dulu!" sahut Akbar dengan wajah bingung."Pak Akbar apa kabar sekarang?" tanya Nizam mengalihkan perhatian."Alhamdulillah baik, Pak Nizam! Silahkan duduk! Maaf, tempatnya kotor!" ujar Akbar."Tidak masalah, terima kasih!" ujar Nizam, lalu duduk di salah satu bangku pembeli. "Na, ini sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat saja. Lagipula, warung kan sepi. Sebentar lagi Bapak juga beberes!" ujar Akbar."Nana bantuin beberes aja ya, Pak?" sahut Nana."Tidak usah. Kamu istirahat saja!" ujar Akbar.Nana menghela nafas panjang."Baiklah kalau begitu. Pak Nizam, saya permisi dulu ya!" pamit Nana."Iya, silahkan!" sahut Nizam. Nana pun meninggalkan majikannya bersama Akbar."Jadi … ini kegiatan Pak Akbar setelah keluar dari penjara?" tanya Nizam."Iya, Pak. Sebenarnya, waktu itu beberapa kali saya mencoba melamar pekerjaan, tapi tidak ada yang mau menerima. Akhirnya, saya merintis jualan bakso ini!" sahut Akb

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 9

    BAB 9RENCANA MENGGUGATBeruntung, sebelum dia benar-benar terjatuh, Nizam meraih tubuhnya. Untuk beberapa saat, mereka saling bertatapan. Jantung Nana berdetak dengan kencang. Seumur-umur, baru kali ini dia berada pada jarak sedekat ini dengan majikannya.“Papa!” sebuah panggilan mengagetkan mereka. Nana segera berdiri dan Nizam pun melepaskan pelukannya.“Papa ngapain di dapur?” tanya Clara, putri Nizam.Nana berusaha bangkit dan berdiri tegak, sedangkan Nizam segera melepaskan pelukannya pada Nana. Suasana pun menjadi kikuk. “Em ... ini, tadi Nana jatuh. Kebetulan Papa pas disini. Kamu belum berangkat?” tanya Nizam pada putrinya. “Sebentar lagi, Pa!” sahut Clara seraya menatap Nana curiga.“Saya buatkan kopinya dulu, Pak!” pamit Nana.“Oh, iya! Saya tunggu di depan!” ujar Nizam.“Ayo, Sayang!” ajak Nizam pada Clara.“Papa gak kerja?” tanya Clara.“Ntar, berangkat agak siangan! Papa ada janji ketemu klien di dekat sini! Dari pada bolak-balik, mending berangkat ntar sekalian!”

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 8

    BAB 8TALAK“Cepat berikan uangnya!” perintah mertuanya.“Maaf, Bu, saya tidak bisa!” sahut Nana tegas.Narti yang merasa sangat geram, segera merampas tas Nana yang masih dipegangnya. Nana pun berusaha mempertahankan tanya sehingga terjadi aksi saling mendorong hingga akhirnya mereka berdua terjatuh. Nana menghembuskan nafas lega karena dia berhasil mempertahankan tasnya.“Ibu!” teriak Reno saat melihat Ibunya jatuh tersungkur.“Ibu tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.“Nana, apa yang kamu lakukan sama Ibu?” bentak Reno pada Nana. “Ren, istrimu sungguh durhaka, Ren! Dia sama sekali tidak menghargai Ibu!” ujar Narti seraya terisak.Reno menatap istrinya dengan geram. Reno segera membantu Ibunya bangkit dan duduk di sofa. “Ibu kenapa bisa jatuh gitu?” tanya Reno lagi.“Ibu didorong Nana, Ren! Ibu hanya mau pinjam uangnya sedikit untuk membeli obat!” ujar Narti.“Memangnya uang yang aku kasih kurang, Bu?” tanya Reno.“Uangnya sudah habis, Ren! Sudah Ibu gunakan untuk bayar kuliahnya Viv

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 7

    BAB 7MULAI BEKERJA"Bang, aku mau ngomong!" ujar Nana. Saat ini, mereka telah selesai makan malam dan sedang bersiap untuk tidur."Kalau masalah yang tadi pagi, aku gak bisa, Na. Uangku sudah habis. Lagian, benar kata Ibu, mereka kan orang tuamu,ngapain aku harus ikut repot?" sahut Reno cuek."Aku tahu, Bang. Makanya, sekarang aku mau minta izin!" sahut Nana."Izin apa?" tanya Reno penasaran."Aku ditawari pekerjaan di rumah mantan majikannya Mbak Siti. Kalau boleh, aku kerja disana!" ujar Nana. "Kerja apa?" tanya Reno."Jadi pembantu, Mas!" sahut Nana.Reno tersenyum sinis."Kamu memang pantasnya jadi babu!" sahut Reno.Nana menghela nafas panjang."Aku ingin membantu ekonomi orang tuaku, Mas. Kasihan,mereka itu sudah tua. Sudah seharusnya mereka beristirahat!" ujar Nana."Bagaimana dengan pekerjaan kamu disini?" tanya Reno."Aku akan mengerjakan sebelum dan setelah pulang bekerja, Mas! Mas Reno jangan khawatir! Aku tidak akan melalaikan kewajibanku!" ujar Nana lagi.Reno tampak se

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 5 DAN 6

    BAB 5TAMU TAK DIUNDANGNana pun segera melangkah ke depan dan membuka pintu. Saat pintu telah terbuka, Nana termangu menatap tamunya."Siapa, Na?" tanya Narti yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Nana menoleh menatap sang mertua, lalu sedikit menyingkir dari pintu."Prita! Tumben pagi-pagi sudah sampai sini! Ayo, masuk!" sapa Narti seraya tersenyum lebar."Iya, Bu, maaf mengganggu!" sahut Prita merasa tak enak. "Gak papa, ayo masuk!" sahut Narti.Dengan tersenyum lebar, Prita masuk ke dalam rumah. Nana mematung di tempatnya seraya menatap Prita. "Ngapain kamu bengong disitu? Sana, lanjutkan masaknya!" sentak Narti kepada Nana. Dengan terpaksa, Nana melangkah ke belakang dan melanjutkan aktivitasnya."Ada apa, Prit? Tumben pagi-pagi sudah main ke sini!" tanya Narti lagi."Iy, Bu. Semalam aku ketemu Bang Reno, katanya Nana sakit. Aku pikir pagi ini gak ada yang masak. Jadi, ini aku bawakan makanan untuk sarapan. Ternyata Nana sudah sembuh, ya!" ujar Prita."Aduh, jadi merepot

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 3 DAN 4

    BAB 3KEMARAHAN RENOPukul 17.00 WIB Mana terbangun dengan badan yang lebih segar. Usai membersihkan badan, Nana segera melangkah keluar sebelum mertuanya marah. Di ruang tengah, Nana melihat sang mertua tengah menangis sesenggukan di pelukan suaminya."Mas, Ibu kenapa?" tanya Nana heran. Reno menatap Nana nyalang."Apa yang kamu lakukan sama Ibu?" bentak Reno."Apa maksudmu, Mas? Aku tidak berbuat apa-apa!" sahut Nana."Tidak berbuat apa-apa? Ibu sampai nangis gini kamu bilang tidak berbuat apa-apa?" bentak Reno."Mas, aku beneran gak tahu! Aku aja baru bangun tidur!" sahut Nana membela diri."Nah, itu! Itu yang bikin Ibu nangis!" bentak Reno."Maksudnya bagaimana sih, Mas? Aku gak ngerti!" tanya Nana lagi."Masih bilang gak ngerti juga? Baik, aku jelaskan. Kamu biarkan Ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian, sementara kamu seharian hanya tidur-tiduran? Keterlaluan!" bentak Reno."Apa?" Nana menatap mertuanya bingung. Melihat sang mertua masih terisak, akhirnya Nana paham.

DMCA.com Protection Status