Share

AWAL PEMBALASAN

Penulis: Rara Qumaira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-13 08:28:14

BAB 2

AWAL PEMBALASAN

Setelah bersiap, Kienan segera berangkat ke kantor dengan diantar Pak Anton, sopir pribadi keluaganya.. Lalu lintas pagi ini padat merayap. Meskipun begitu, tetap tak menyurutkan langkah para anak manusia untuk mengais rezeki. Kienan memanfaatkan waktu untuk memejamkan mata sejenak.

Semalam, matanya tak dapat terpejam. Bayang-bayang penghianatan Akbar maaih terpampang nyata di pelupuk mata.

Tepat satu jam perjalanan, mereka telah sampai di kantor. Satpam yang melihatnya tampak terkejut.

"Selamat pagi, Bu Kienan!" sapa satpam tersebut.

"Selamat pagi, Pak!" sahutnya ramah.

Sepanjang jalan menuju ruangan direktur, para karyawan menunduk hormat menyapanya.

"Annisa, ke ruangan saya sekarang!" ucap Kienan kepada sekretaris Akbar.

"Baik, Bu!" jawab Annisa gugup.

Dia tidak menyangka, pagi ini ada kunjungan mendadak dari big bos.

Tok … tok … tok ….

"Masuk!" teriak Kienan dari dalam ruangan Akbar.

"Pak Akbar tidak masuk?" tanya Kienan.

"Tidak, Bu. Sudah tiga hari beliau tidak ke kantor."

"Kenapa?"

"Saya kurang tahu, Bu. Sebenarnya …." Annisa tidak meneruskan kalimatnya.

"Sebenarnya ada apa? Katakan saja!"

"Sebenarnya … beberapa bulan terakhir, Pak Akbar jarang masuk kantor."

"Apa? Bagaimana bisa? Lalu, bagaimana dengan semua urusan kantor?"

"Semuanya diserahkan kepada pak Wisnu, Bu," jawab Annisa ragu-ragu.

Kienan menghela nafas kasar.

"Umumkan kepada semua kepala divisi. Kita rapat tiga puluh menit lagi."

"Baik, Bu."

**********

"Mas, Kienan bagaimana?" tanya Rachel.

"Dia minta cerai," jawab Akbar.

"Lalu, kamu kabulkan?" tanya Rachel lagi.

"Iyalah. Mau bagaimana lagi. Memang itu maunya dia."

"Mas gak nyesel melepas dia?"

"Mas akan lebih menyesal kalau harus melepas kamu dan anak kita."

Rachel tersenyum penuh kemenangan. Dia bersandar di dada Akbar.

"Mas gak ngantor hari ini?" tanya Rachel lagi.

"Gaklah. Lagi males. Sudah ada yang menghandel, tenang saja."

"Enak banget yang jadi bos. Tinggal ongkang-ongkang saja, uang mengalir sendiri."

Akbar tertawa.

"Tentu saja! Semua ini nantinya buat kamu dan anak kita. Kamu mau minta apa pasti aku kasih."

"Terimakasih, sayang!" Cup. Rachel mengecup pipi Akbar.

"Sayang, bagaimana kalau hari ini kita belanja untuk kebutuhan anak kita?" usul Rachel.

"Boleh juga, tuh! Apa kamu gak capek jalan keliling mall dengan perut besar gitu?" tanya Akbar.

"Gak dong, sayang! Kan, demi anak kita! Aku ingin memilih sendiri pernik-pernik untuk dia!" ujar Rachel sembari mengelus perutnya.

"Ya udah, siap-siap dulu gih! Habis ini kita berangkat!"

"Siap,Bos!"

***********

Pagi ini, rapat akan segera dimulai. Seluruh kepala divisi sudah berkumpul.

"Selamat pagi semuanya!" sap Kienan kepada para staffnya.

"Selamat pagi, Bu!" jawab mereka serentak.

"Disini saya akan mengumumkan bahwa jabatan direktur mulai hari ini saya ambil alih. Semua laporan harus menggunakan tanda tangan saya, termasuk penarikan dana perusahaan. Sekarang, saya minta kalian menyiapkan laporan semua divisi selama tiga bulan terakhir. Saya tunggu di meja saya. Selamat pagi!"

Setelah selesai menyampaikan tujuannya, Kienan bergegas kembali ke ruangannya.

Kienan memijit pelipisnya. Dia merasa pusing. Di awal kehamilannya, bukannya mendapat perhatian dari suaminya, dia malah dihadapkan pada masalah besar.

Tok … tok … tok ….

"Masuk!" teriak Kienan.

Annisa masuk bersama seorang office boy.

"Bu, saya bawakan teh hangat. Sepertinya, ibu kurang sehat."

"Terimakasih, Nis."

"Sama-sama, Bu. Apa Ibu sudah sarapan? Apa mau saya pesankan makanan?" tawar Annisa.

"Tidak perlu. Duduklah, ada yang ingin saya tanyakan!"

Annisa duduk di kursi di hadapan Kienan.

"Ada apa, Bu?"

"Saya mau tanya. Tolong jawab jujur. Apa benar bapak sering tidak masuk kantor?" tanya Kienan.

"Iya, Bu!" jawab Annisa sambil menunduk.

"Apa akhir-akhir ini ada perempuan yang sering menemui bapak di kantor?" tanya Kienan lagi.

"Jangan takut. Jawab saja pertanyaan saya dengan jujur," imbuhnya.

"Sebenarnya, sudah cukup lama, Bu, wanita itu sering kesini," jawab Annisa ragu-ragu.

"Sejak kapan?"

"Sekitar enam bulan yang lalu."

"Apa yang dia lakukan disini?"

"Dia mengaku sebagai kekasih Bapak, Bu. Bapak melarang kami semua buka mulut, kalau tidak, kami akan kehilangan pekerjaan. Maafkan kami, Bu. Kami tidak berani memberitahu Ibu. Tapi, kami senang, hari ini Ibu datang ke kantor lagi," ujar Annisa masih sambil menunduk.

"Mulai sekarang, jangan takut. Tolong, laporkan semua hal yang berhubungan dengan bapak. Kamu tidak akn dipecat, karena perusahaan ini milik saya. Sebaliknya, kalau ketahuan kamu masih memihak padanya, aku tak segan-segan memecat kamu dengan tidak hormat. Mengerti kamu?"

"Iya, Bu. Saya mengerti. Mulai hari ini, saya akan menjadi tangan kanan Ibu."

"Bagus. Oya, apa bapak sering menarik uang perusahaan?" tanya Kienan lagi. Kienan merasa, pasti Akbar mengambil uang perusahaan untuk membiayai wanita itu.

"Iya, Bu. Akhir-akhir ini, Bapak lebih sering mengambil uang dari bendahara dalam jumlah yang tidak wajar. Jika tidak diberi, beliau akan marah-marah."

Kienan menghela nafas lelah.

"Tolong panggilkan pak Firman kemari!"

"Baik, Bu!"

Annisa segera undur diri dan kembali ke ruangannya. Tak lama kemudian, pak Firman sudah hadir di ruangan Kienan. Pak Firman merupakan pengacara perusahaan.

"Pak, tolong bantu saya untuk memblokir semua kartu kredit dan debit milik pak Akbar. Semuanya, tanpa kecuali."

"Baik, Bu. Ada lagi?"

"Iya. Carikan tim audit terbaik. Saya mau keuangan perusahaan diaudit."

"Kenapa bukan tim kita sendiri, Bu? Kita juga punya tim audit."

"Pak Akbar dan Pak Rama teman dekat. Saya curiga mereka terlibat."

"Baik, Bu. Akan segera saya laksanakan. Ada lagi, Bu?”

“Tidak. Saya rasa sementara sudah cukup. Kalau ada perlu lagi, saya akan memanggil Bapak,” sahut Kienan.

“Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi. Selamat siang!” pamit Pak Firman.

Tunggu saja, Mas. Pembalasan baru saja akan dimulai. Aku tidak akan membiarkan uang perusahaanku kau gunakan untuk menghidupi gund*kmu itu.

Aku pastikan, aku akan mengambil semua yang sudah kau curi dariku.

************************

"Pak, tolong bantu saya untuk memblokir semua kartu kredit dan debit milik pak Akbar. Semuanya, tanpa kecuali.”

"Baik, Bu. Ada lagi?"

"Iya. Carikan tim audit terbaik. Saya mau keuangan perusahaan di audit."

"Kenapa bukan tim kita sendiri, Bu? Kita juga punya tim audit."

"Pak Akbar dan Pak Rama teman dekat. Saya curiga mereka terlibat."

"Baik, Bu. Akan segera saya laksanakan. Ada lagi, Bu?”

“Tidak. Saya rasa sementara sudah cukup. Kalau ada perlu lagi, saya akan memanggil Bapak,” sahut Kienan.

“Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi. Selamat siang!” pamit Pak Firman.

Tunggu saja, Mas. Pembalasan baru saja akan dimulai. Aku tidak akan membiarkan uang perusahaanku kau gunakan untuk menghidupi gund*kmu itu.

Aku pastikan, aku akan mengambil semua yang sudah kau curi dariku.

Setelah pak Firman pergi, Kienan kembali berkutat dengan berkas-berkas dari sekretaris Akbar. Dia terlalu lama meninggalkan urusan kantor. Dia lebih suka berkutat dengan urusan rumah dan yayasan amal milik keluarganya, sehingga banyak berkas-berkas yang harus dia pelajari.

Setelah berkutat cukup lama dengan berkas-berkas tersebut, Kienan menyandarkan kepalanya di kursi. Dia merasa pening.

Tidak lama kemudian, berkas-berkas yang dia minta dari para kepala divisi datang. Melihat setumpuk berkas, kepalanya semakin pening.

Sebagai wanita hamil, apalagi kehamilan ini yang pertama dan sangat ditunggu-tunggu,dia ingin dimanja. Sayang, keadaannya sekarang sudah berbeda. Dia harus berjuang seorang diri.

Kalau seandainya orang tuanya masih ada, pasti dia punya tempat untuk berbagi. Mereka tidak akan membiarkan punya semata wayang mereka menanggung beban itu seorang diri. Tak terasa, air matanya menetes. Kienan merindukan orang tuanya.

Setelah cukup beristirahat, dia membuka berkas-berkas itu lagi. Hal pertama yang dia buka adalah berkas dari divisi keuangan.

Tepat seperti dugaannya, ada banyak kejanggalan. Ada pembelian sepuluh unit AC, lima belas komputer, pengambilan tunai dalam jumlah banyak, dan masih banyak lagi.

Kienan bisa mengatakan hal itu merupakan kejanggalan karena menurut laporan Akbar selama ini, perusahaan sedang mengalami penurunan, sehingga mereka harus mengurangi pengeluaran, termasuk biaya model untuk iklan.

Tetapi,di laporan tersebut, ada biaya model iklan yang jumlahnya tiga kali lipat dari biasanya.

Kienan menghela napas kasar. Kalau seperti ini, perusahaannya bisa bangkrut.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Dimas ceper
bagus deh suka buat ngisi waktu luang
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
modal MOKONDO selingkuh nggak ada otaknya PENCURI lagi
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
thor, kenapa di ulang² nihh ceritanya ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   MEMBLOKIR KARTU MILIK AKBAR

    BAB 3MEMBLOKIR KARTU MILIK AKBARKienan bisa mengatakan hal itu merupakan kejanggalan karena menurut laporan Akbar selama ini, perusahaan sedang mengalami penurunan, sehingga mereka harus mengurangi pengeluaran, termasuk biaya model untuk iklan. Tetapi,di laporan tersebut, ada biaya model iklan yang jumlahnya tiga kali lipat dari biasanya.Kienan menghela napas kasar. Kalau seperti ini, perusahaannya bisa bangkrut.Perusahaan tersebut adalah peninggalan orang tuanya. Dulu, mereka merintis semuanya dari nol. Dia masih ingat, saat itu ia berusia lima tahun saat papanya di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja. Berbekal uang pesangon dan menjual sawah peninggalan kakek nenek Kienan, papanya merintis usaha sendiri. Jatuh bangun pernah mereka rasakan.Saat Kienan kelas satu SMP, perusahaan milik papanya perlahan mulai merangkak. Sedikit demi sedikit, kehidupan ekonomi meningkat.Melihat perjuangan berat orang tuanya dan dia sebagai anak satu-satunya, Kienan kuliah mengambil jurusan man

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   TIM AUDIT

    BAB 4TIM AUDITMendengar ada kehebohan, Pak Wisnu segera keluar dari ruangan wakil direkturnya menemui mereka."Selamat pagi, pak Firman!" sapa pak Wisnu."Selamat pagi, Pak Wisnu! Apa kabar?" tanya pak Firman ramah."Siapa mereka?" tanya pak Wisnu tanpa basa-basi."Oh … mereka tim audit. Saya kesini mengantar mereka," jawab pak Firman tenang."Apa? Bagaimana bisa anda membawa orang luar untuk melakukan audit di perusahaan kita?" protes pak Wisnu."Maaf, pak Wisnu. Ini sudah kebijakan dari Bu Kienan. Beliau sudah memberikan surat perintah kepada mereka," jawab pak Firman. "Kenapa bukan orang-orang kita yang melakukannya? Perusahaan kita punya punya tim sendiri dan mereka lebih berpengalaman. Mereka hanya anak kemarin sore," protes pak Wisnu."Kalau mengenai hal itu, silahkan tanyakan Bu Kienan sendiri."Pak Wisnu mendengus kesal mendengar jawaban itu. Dia masih belum puas. "Maaf, pak Wisnu. Saya permisi! Masih ada hal lain yang harus saya kerjakan!" Pak Firman berpamitan kepada pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   KIENAN PINGSAN

    BAB 5KIENAN PINGSAN"Kami akan melakukan penelusuran lebih lanjut. Dana tersebut ada yang ditarik tunai, ada juga yang masuk ke beberapa rekening. Beri kami waktu dua Minggu. Kalau tidak ada kendala, kita sudah bisa menemukan tersangkanya.""Baik, Pak Nizam. Saya percayakan masalah ini kepada Anda.""Baik, Bu! Terimakasih! Kalau begitu, saya permisi! Selamat siang!" Mereka berjabat tangan."Selamat siang, pak Nizam!" Kienan mengantar pak Nizam hingga ke pintu.Saat hendak membuka membuka pintu, tiba-tiba, kepalanya terasa pusing. Dia yang tidak siap, akhirnya terjatuh.Sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya, Kienan merasakan seseorang menangkap tubuhnya dan memanggil-manggil namanya. Setelah itu, semua menjadi gelap. Nizam membopong tubuh Kienan dan menidurkannya di sofa, kemudian memanggil Annisa. Tak lama kemudian, Annisa datang.Mereka berusaha menyadarkan Kienan dengan menepuk-nepuk pipinya dan memberi minyak kayu putih. Tak lama kemudian, perlahan Kienan mulai membuka ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   RENCANA RACHEL

    BAB 6RENCANA RACHELSetelah keluar dari rumah Kienan, Bu Ana dan Aira menuju rumah Rachel."Bu, kita kemana sekarang?""Kita ke rumah Rachel mengantar barang kakakmu, sekalian minta uang belanja," jawab Ibunya. Aira mengarahkan mobilnya menuju rumah Rachel. Mobil itu pemberian Kienan saat Aira awal masuk kuliah. Saat itu, Aira merengek minta dibelikan mobil. Dengan segala upaya, Ibunya membujuk Kienan agar mau membelikannya.Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di tujuan."Akbar!" teriak Ibunya begitu memasuki rumah."Ibu? Tumben kesini?" tanya Rachel. Dia terkejut mendengar ribut-ribut di depan, jadi dia bergegas keluar. "Memangnya gak boleh? Ini kan, rumah Akbar juga. Dia yang beli," jawab Bu Ana sewot. Dia segera duduk di ruang tengah."Kok gitu sih, Bu, jawabnya!? Aku kan, tanya baik-baik!" ujar Rachel."Bibi!" teriak Bu Ana.Bi Murni tergopoh-gopoh berlari ke depan. "Iya, Bu! Ada apa?"tanya bi Murni."Buatkan saya jus jeruk, sekalian bawakan camilan juga!" perintah Bu An

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   MENGAJUKAN GUGATAN CERAI

    BAB 7MENGAJUKAN GUGATAN CERAI (RATE 21+)Kienan dan pak Firman segera masuk ke dalam ruangan. "Ada apa bu Kienan memanggil saya? Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Pak Firman."Begini, Pak! Saya ingin mengajukan gugatan cerai. Apakah pak Firman bisa membantu saya?" tanya Kienan."Tentu, Bu! Apa Ibu sudah menyiapkan berkasnya?""Sudah, pak!" jawab Kienan sembari menyerahkan map berisi berkas-berkas.Pak Firman mengecek kelengkapan berkas tersebut.Tok ... tok… tok…."Masuk!" ucap Kienan."Ini, Bu, kopi dan tehnya!" ucap OB tersebut, lalu meletakkan di hadapan mereka. "Terimakasih, mas!""Sama-sama, Bu! Permisi!" OB tersebut meninggalkan ruangan."Bagaimana, Pak?""Ini sudah lengkap, Bu! Saya akan mengurusnya! Kalau boleh tahu, apa alasan gugatan perceraian ini?" tanya Pak Firman.Kienan menceritakan kejadian pertemuan mereka di rumah sakit dan talak dari Akbar. Pak Firman mengangguk tanda mengerti. "Alasan Ibu bisa diterima! Baik, Bu! Akan segera saya proses!" ujar Pak Firman."

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SUAP

    BAB 8SUAP"Pak Nizam yang menolong saya tadi?" tanya Kienan.Nizam menangguk."Kebetulan tadi saya di lokasi kejadian," jawabnya.Kienan terdiam sambil mengelus perutnya."Kandunganku …?""Kandunganmu baik-baik saja. Hanya pesan Dokter, harus dijaga hati-hati.""Terimakasih banyak, Pak!"Kienan menghembuskan napas lega.Tok … tok … tok ….Pintu ruangan Kienan diketuk. Mereka berdua menoleh. Tampak Annisa disana."Selamat siang, pak Nizam! Maaf, jadi merepotkan Anda!" sapa Annisa. "Gak papa! Kebetulan saja saya di lokasi kejadian," jawab Pak Nizam. "Selamat siang, Bu Kienan! Bagaimana keadaan Ibu?" sapa Annisa.Kienan tersenyum."Maaf, Pak Nizam! Bu Kienan biar saya yang menemani. Sebentar lagi keluarganya juga akan datang. Terimakasih atas bantuannya tadi!" ucap Annisa."Baiklah! Kalau begitu, saya permisi! Selamat siang, Bu Kienan! Semoga cepat sehat kembali!""Terimakasih, Pak Nizam!"Pak Nizam meninggalkan kamar Kienan. Kini, tinggal mereka berdua. "Tadi, saya sudah menghubungi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SURAT PANGGILAN

    BAB 9SURAT PANGGILAN"Kata pak Nizam, disana nampak mobil tersebut parkir cukup lama sebelum mencoba menabrak Ibu. Semua sedang ditangani pihak kepolisian. Mereka yakin, ini percobaan pembunuhan. Semoga pelakunya segera ketemu.""Iya. Saya juga penasaran, siapa yang bisa begitu jahat sama saya."Tok … tok … tok ….Annisa bergegas membuka pintu. "Selamat pagi, Pak Nizam! Selamat pagi, Pak Firman!""Selamat pagi juga, bu Nissa!" ujar Pak Nizam sembari mengulas senyuman, lalu masuk ke dalam ruangan. "Selamat pagi, Bu Kienan!" ucap pak Nizam dan pak Firman bersamaan."Selamat pagi, Pak Nizam! Selamat pagi, pak Firman. Silahkan duduk! Nis, tolong mintakan kopi sama OB ya!""Iya, Bu!""Bagaimana, Pak hasil penyidikannya?" tanya Kienan setelah mereka duduk dihadapannya. "Untuk kasus tabrak lagi, pihak kepolisian mengalami jalan buntu. Mobil tersebut ternyata mobil curian. Jadi, mereka tidak bisa melacaknya. Tapi, mereka masih terus menyelidiki kasus itu," jawab pak Firman."Lalu, masalah

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SIDANG MEDIASI

    BAB 10SIDANG MEDIASIBergegas dia bangkit dan kembali ke mobilnya. Sepanjang jalan,dia mencoba berpikir. Apa yang harus dia lakukan? Dia harus bisa mendapatkan hati Kienan lagi. Dia tidak mau dipenjara.Kring …Ponsel Akbar berbunyi. Segera, dia mengangkatnya."Halo … sayang kamu dimana?" tanya Rachel panik."Aku masih di jalan, sayang. Ini mau pulang. Ada apa? Kenapa kamu panik gitu?" jawab Rachel."Sayang … tolong … perut aku sakit banget!" ujar Rachel."Sayang … kamu tenang dulu, oke? Sebentar lagi aku sampai!"Akbar mengemudikan mobilnya dengan kencang. Beruntungnya, lalu lintas sedang lancar. Tak sampai setengah jam, dia sudah sampai di depan rumah. "Sayang! Rachel! Kamu dimana?" teriak Akbar.Bi Murni tergopoh-gopoh berlari ke depan."Maaf, Pak Akbar. Saya tadi sedang di belakang. Tidak mendengar Ibu memanggil saya." Bi Murni memberi penjelasan."Dimana Ibu sekarang?" tanya Akbar."Di kamarnya, Pak!"Akbar segera berlari ke kamar."Sayang … kamu gak papa?" tanya Akbar panik."

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04

Bab terbaru

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   AKHIR YANG BAHAGIA

    BAB 13AKHIR YANG BAHAGIA"Ibu!" ujar Farel terkejut."Ngapain kamu di rumah perempuan itu? Ayo pulang!" sentak wanita bertubuh tambun tersebut."Aku hanya mengantar mereka pulang saja, Bu!" sahut Farel."Jangan banyak alasan, cepat pulang! Hei, Nana! Kamu itu sudah menikah. Bisa-bisanya kamu menggoda anakku. Kalau mau selingkuh, cari laki-laki lain, jangan anakku. Aku tidak rela!" sentak ibu Farel."Ibu, siapa yang menggoda sih? Aku hanya mengantar mereka. Lagi pula aku sendiri yang berinisiatif!" sahut Farel membela Nana."Jangan bela mereka. Ingat ya, ini peringatan terakhir. Jangan ganggu anakku lagi!" Usai mengatakan hal tersebet, wanita bertubuh tambun tersebut segera menyeret Farel meninggalkan rumah Nana. Tak diperdulikannya beberapa warga yang menonton kejadian tersebut."Ada apa, Na? Kok ibu dengar ribut-ribut!" tanya Bu Husna. "Tadi … ibunya Mas Farel kesini!" sahut Nana dengan mimik sedih. Bu Husna menghela nafas panjang sejenak. Bisa bisa menebak apa yang tejadi tadi. Di

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 12

    BAB 12BERTEMU KEMBALIDengan penuh percaya diri, pengendara tersebut segera turun dari motornya. Belum juga dia melepas helmnya, Nana sudah menghampiri dan melabraknya.“Hei, Mas, maksudnya apaan, menghalangi jalan kami? Mau pamr motor?” sentak Nana. Pria tersebut yang hendak melepaskan helmnya, menghentikan aksinya seketika. Dia menatap Nana dengan intens dari balik helm full facenya.“Kalau mau aksi keren-kerenan, jangan disini! Lagipula saya gak minat!” lanjut Nana.“Nana ... jangan kasar begitu! Maaf ya, Nak!” ujar Bu Husna merasa tidak enak.“Untuk apa Ibu minta maaf sama dia. Dia yang salah kok!” sahut Nana membela diri.“Iya, Bu, tidak apa-apa! Saya paham kok! Saya kan sudah hafal dengan sifatnya!” sahut pria tersebut. Nana terkesiap seketika. Suara itu, suara yang pernah sangat akrab di telinganya. Nana menatap pria tersebut dengan intens. Sayangnya, keberadaan helm yang masih dikenakan pria tersebut, membuatnya tidak bisa mengenali pria tersebut.Menyadari kebingungan wanita

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 11

    BAB 11DI KAMPUNGTok tok tok ....“Sebentar!” samar-samar, Nana mendengar sebuah sahutan dari dalam. Nana tersenyum tipis. Itu adalah suara yang selalu dia rindukan selama ini.“Nana! Masya Allah!” ujar wanita yang berusia hampir senja tersebut. Beliau menatap Nana dengan penuh haru.“Ibu!” ujar Nana dengan suara tercekat. Dia pun segera mencium punggung tangan wanita tersebut. Wanita tua tersebut membawa Nana ke dalam pelukannya.“Nana! Ibu kangen banget sama kamu!” ujarnya dengan air mata yang mulai membasahi pipi.“Nana juga kangen sama Ibu dan Bapak!” ujar Nana. Dia pun sudah tak dapat membendung air matanya lagi. Kerinduannya membuncah. Sejak menikah, ini pertama kalinya dia kembali menginjakkan kaki di rumah orang tuanya. Untuk beberapa lama, mereka saling berpelukan meluapkan kerinduan yang terpendam.“Kamu kok sendirian? Reno mana?” tanya wanita tersebut.“Em ... Mas Reno sedang sibuk, Bu. Jadi, gak bisa ngantar!” sahut Nana beralasan.“Bapak mana, Bu?” tanya Nana lagi.“Ba

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 10

    BAB 10FAKTA MENGEJUTKAN"Bapak kenal Pak Nizam?" tanya Nana bingung."Em … iya, Na. Dulu!" sahut Akbar dengan wajah bingung."Pak Akbar apa kabar sekarang?" tanya Nizam mengalihkan perhatian."Alhamdulillah baik, Pak Nizam! Silahkan duduk! Maaf, tempatnya kotor!" ujar Akbar."Tidak masalah, terima kasih!" ujar Nizam, lalu duduk di salah satu bangku pembeli. "Na, ini sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat saja. Lagipula, warung kan sepi. Sebentar lagi Bapak juga beberes!" ujar Akbar."Nana bantuin beberes aja ya, Pak?" sahut Nana."Tidak usah. Kamu istirahat saja!" ujar Akbar.Nana menghela nafas panjang."Baiklah kalau begitu. Pak Nizam, saya permisi dulu ya!" pamit Nana."Iya, silahkan!" sahut Nizam. Nana pun meninggalkan majikannya bersama Akbar."Jadi … ini kegiatan Pak Akbar setelah keluar dari penjara?" tanya Nizam."Iya, Pak. Sebenarnya, waktu itu beberapa kali saya mencoba melamar pekerjaan, tapi tidak ada yang mau menerima. Akhirnya, saya merintis jualan bakso ini!" sahut Akb

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 9

    BAB 9RENCANA MENGGUGATBeruntung, sebelum dia benar-benar terjatuh, Nizam meraih tubuhnya. Untuk beberapa saat, mereka saling bertatapan. Jantung Nana berdetak dengan kencang. Seumur-umur, baru kali ini dia berada pada jarak sedekat ini dengan majikannya.“Papa!” sebuah panggilan mengagetkan mereka. Nana segera berdiri dan Nizam pun melepaskan pelukannya.“Papa ngapain di dapur?” tanya Clara, putri Nizam.Nana berusaha bangkit dan berdiri tegak, sedangkan Nizam segera melepaskan pelukannya pada Nana. Suasana pun menjadi kikuk. “Em ... ini, tadi Nana jatuh. Kebetulan Papa pas disini. Kamu belum berangkat?” tanya Nizam pada putrinya. “Sebentar lagi, Pa!” sahut Clara seraya menatap Nana curiga.“Saya buatkan kopinya dulu, Pak!” pamit Nana.“Oh, iya! Saya tunggu di depan!” ujar Nizam.“Ayo, Sayang!” ajak Nizam pada Clara.“Papa gak kerja?” tanya Clara.“Ntar, berangkat agak siangan! Papa ada janji ketemu klien di dekat sini! Dari pada bolak-balik, mending berangkat ntar sekalian!”

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 8

    BAB 8TALAK“Cepat berikan uangnya!” perintah mertuanya.“Maaf, Bu, saya tidak bisa!” sahut Nana tegas.Narti yang merasa sangat geram, segera merampas tas Nana yang masih dipegangnya. Nana pun berusaha mempertahankan tanya sehingga terjadi aksi saling mendorong hingga akhirnya mereka berdua terjatuh. Nana menghembuskan nafas lega karena dia berhasil mempertahankan tasnya.“Ibu!” teriak Reno saat melihat Ibunya jatuh tersungkur.“Ibu tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.“Nana, apa yang kamu lakukan sama Ibu?” bentak Reno pada Nana. “Ren, istrimu sungguh durhaka, Ren! Dia sama sekali tidak menghargai Ibu!” ujar Narti seraya terisak.Reno menatap istrinya dengan geram. Reno segera membantu Ibunya bangkit dan duduk di sofa. “Ibu kenapa bisa jatuh gitu?” tanya Reno lagi.“Ibu didorong Nana, Ren! Ibu hanya mau pinjam uangnya sedikit untuk membeli obat!” ujar Narti.“Memangnya uang yang aku kasih kurang, Bu?” tanya Reno.“Uangnya sudah habis, Ren! Sudah Ibu gunakan untuk bayar kuliahnya Viv

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 7

    BAB 7MULAI BEKERJA"Bang, aku mau ngomong!" ujar Nana. Saat ini, mereka telah selesai makan malam dan sedang bersiap untuk tidur."Kalau masalah yang tadi pagi, aku gak bisa, Na. Uangku sudah habis. Lagian, benar kata Ibu, mereka kan orang tuamu,ngapain aku harus ikut repot?" sahut Reno cuek."Aku tahu, Bang. Makanya, sekarang aku mau minta izin!" sahut Nana."Izin apa?" tanya Reno penasaran."Aku ditawari pekerjaan di rumah mantan majikannya Mbak Siti. Kalau boleh, aku kerja disana!" ujar Nana. "Kerja apa?" tanya Reno."Jadi pembantu, Mas!" sahut Nana.Reno tersenyum sinis."Kamu memang pantasnya jadi babu!" sahut Reno.Nana menghela nafas panjang."Aku ingin membantu ekonomi orang tuaku, Mas. Kasihan,mereka itu sudah tua. Sudah seharusnya mereka beristirahat!" ujar Nana."Bagaimana dengan pekerjaan kamu disini?" tanya Reno."Aku akan mengerjakan sebelum dan setelah pulang bekerja, Mas! Mas Reno jangan khawatir! Aku tidak akan melalaikan kewajibanku!" ujar Nana lagi.Reno tampak se

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 5 DAN 6

    BAB 5TAMU TAK DIUNDANGNana pun segera melangkah ke depan dan membuka pintu. Saat pintu telah terbuka, Nana termangu menatap tamunya."Siapa, Na?" tanya Narti yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Nana menoleh menatap sang mertua, lalu sedikit menyingkir dari pintu."Prita! Tumben pagi-pagi sudah sampai sini! Ayo, masuk!" sapa Narti seraya tersenyum lebar."Iya, Bu, maaf mengganggu!" sahut Prita merasa tak enak. "Gak papa, ayo masuk!" sahut Narti.Dengan tersenyum lebar, Prita masuk ke dalam rumah. Nana mematung di tempatnya seraya menatap Prita. "Ngapain kamu bengong disitu? Sana, lanjutkan masaknya!" sentak Narti kepada Nana. Dengan terpaksa, Nana melangkah ke belakang dan melanjutkan aktivitasnya."Ada apa, Prit? Tumben pagi-pagi sudah main ke sini!" tanya Narti lagi."Iy, Bu. Semalam aku ketemu Bang Reno, katanya Nana sakit. Aku pikir pagi ini gak ada yang masak. Jadi, ini aku bawakan makanan untuk sarapan. Ternyata Nana sudah sembuh, ya!" ujar Prita."Aduh, jadi merepot

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 3 DAN 4

    BAB 3KEMARAHAN RENOPukul 17.00 WIB Mana terbangun dengan badan yang lebih segar. Usai membersihkan badan, Nana segera melangkah keluar sebelum mertuanya marah. Di ruang tengah, Nana melihat sang mertua tengah menangis sesenggukan di pelukan suaminya."Mas, Ibu kenapa?" tanya Nana heran. Reno menatap Nana nyalang."Apa yang kamu lakukan sama Ibu?" bentak Reno."Apa maksudmu, Mas? Aku tidak berbuat apa-apa!" sahut Nana."Tidak berbuat apa-apa? Ibu sampai nangis gini kamu bilang tidak berbuat apa-apa?" bentak Reno."Mas, aku beneran gak tahu! Aku aja baru bangun tidur!" sahut Nana membela diri."Nah, itu! Itu yang bikin Ibu nangis!" bentak Reno."Maksudnya bagaimana sih, Mas? Aku gak ngerti!" tanya Nana lagi."Masih bilang gak ngerti juga? Baik, aku jelaskan. Kamu biarkan Ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian, sementara kamu seharian hanya tidur-tiduran? Keterlaluan!" bentak Reno."Apa?" Nana menatap mertuanya bingung. Melihat sang mertua masih terisak, akhirnya Nana paham.

DMCA.com Protection Status