Beranda / Thriller / KUKU BU SAPTO / MEMASUKI RUMAH NANING

Share

MEMASUKI RUMAH NANING

Penulis: Raifiza27
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-31 00:19:18

"Aku masih ingat! Ini memang rumahnya. Dulu bagus, sekarang kayak enggak berpenghuni. Mana bekas terbakar gitu. Kalau hujan apa enggak masuk airnya, Nak?" tanya Mbok Yumna.

"Pastinya begitu, Mbok. Hampir separuh bangunan yang terbakar. Hahhhh ... bulu kudukku sampai merinding ini, Mas," resah Raisa.

"Ayo kita turun. Mumpung masih jam dua. Satu jam lagi Ashar 'kan?" 

"Iya, Mas Hamaz," sahut Raisa.

"Ayo agak cepat aja!" ajak Delon mengikuti langkah Hamaz. Raisa pun menggandeng Mbok Yumna. 

Kini, Mereka berempat telah berdiri di depan rumah Naning. Lebih tepatnya di luar pagar. Rumah ini benar-benar terlihat angker, suram, dan seperti tak berpenghuni.

Berulang kali Raisa menelan salivanya. Seketika dia merasakan tenggorokkan yang kering dan tercekat.

"Aku bisa merasakan aura yang hampir sama dengan rumah Bu Sapto," bisik Raisa.

"Iya, aku juga, Sa. Bahkan ini tuh kayak jauh lebih seram. Mungkin karena rumahnya yang sudah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUKU BU SAPTO   SEPERTI MAYAT HIDUP

    "Kalau begitu dzikir yang banyak. Takbir, takhmid, berulang-ulang Mbak! Jangan lepas!" tandas Hamaz.Namun, Raisa tetap saja merasa khawatir. Pandangannya selalu mengarah ke lantai dua. Ada keinginan yang besar untuk segera naik ke atas sana. Tapi ....Delon yang melihat Raisa langsug menarik pergelangan tangan gadis itu."Ayo, ikut masuk!"Raisa hanya manggut-mangut."Ke lantai duanya, bareng-bareng saja," bisik Delon."Iya."Selepas dari pandangan pada bunga di pintu. Hamaz mulai memutar handle pintu pelan-pelan. Tak bisa dikatakan lagi bagaimana perasaan mereka saat ini. Dada yang terus berdebar-debar. Dengan tenggorokan yang seolah kering mencekat.Kriiiieeeet!Suara pintu yang berderit membuat rasa mencekam semakin menjadi-jadi. Tangan Raisa pun tak melepas pergelangan tangan Mbok Yumna sama sekali.Langkah kaki Hamaz mulai menapaki kamar pengantin yang mulai terbuka. Aroma lembab dan busuk langsung men

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • KUKU BU SAPTO   PERTEMUAN KEMBALI

    Raisa yang semula berada di luar kamar, penasaran dengan kondisi Naning. Dia pun akhirnya kembali masuk. Langkahnya bergerak mendekat menuju ranjang. Berdiri di tengah antara Hamaz dan Delon. "Sudah enggak pengen muntah?" tanya Delon, melirik ke arah Raisa. "M-masih, Mas." Seraya menutupkan ujung jilbab pada hidungnya. Menutup aroma yang tak bisa untuk dikatakan baunya. Dari jarak satu meter. Gadis itu bisa melihat sosok Naning yanga kedua matanya masih bisa mengerjap. Seolah ingin mengenali siapa mereka yang datang saat ini. Rahangnya terlihat sangat kaku dengan mulut yang terus terbuka. Memperlihatkan gigi yang menguning. Bibirnya pun terlihat sangat kering, sampai hampir mengelupas. Seluruh tubuh Naning bergetar parah. Namun wanita itu masih bisa merespon kedatangan mereka. Jemarinya seperti hendak dia angkat, tapi tak kuasa. Mulutnya pun seperti hendak bicara sesuatu pada mereka. Namun yang ada hanya erangan kesakitan. "Bagaimana i

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • KUKU BU SAPTO   KAMAR MARIANA

    Mbok Yumna pun mengerti maksud mereka. Dia berjalan menyibak Delon dan Hamaz. Kini, kedua manusia yang pernah bertemu di masa lalu saling berhadapan."Mbak Naning! Ini aku Yumna. Sampean masih ingat sama aku?" Suara Mbok Yumna sedikit serak dan bergetar. Dari kedipan matanya, mereka bisa mengerti bila Naning masih mengingat Mbok Yumna.Jemari tangan Naning semakin bergetar kuat. Seakan ingin meraih tangan Yumna."Kenapa Mbak bisa kayak gini? Apa yang sebenarnya terjadi?"Sosok Naning menggeleng pelan-pelan. Dari kedua sudut matanya menetes buliran bening. Seolah menggambarkan dia saat ini sangat menderita."Mbak Naning habis ini kita bawa ke rumah sakit ya?"Wanita itu tetap saja menggeleng lemah. Dengan sigap dan cekatan. Mbok Yumna membersihkan tempat tidur Naning yang penuh dengan kotorannya sendiri. Dibantu oleh Raisa mencari pakaian dan sprai yang bersih."Nak, ambilkan air!" pinta Mbok Yumna."Saya lihat dulu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • KUKU BU SAPTO   SOSOK SEORANG GADIS

    Raisa berdiri di jendela dengan memandang ke arah beberapa rumah warga. Yang tepat berada di belakang rumah ini. "Sepertinya aku harus minta air sama salah satu rumah itu, Mas." "Ke belakang?" "Iya, kan deket." "Oke, aku temani kalau gitu." Tanpa memeriksa dengan detil. Raisa dan Delon kembali berjalan menuruni anak tangga. Sebelum keluar rumah, Raisa melongok ke arah kamar. Dan menyampaikan akan meminta air pada tetangga. "Apa ada rumah lain?" tanya Hamaz. "Ada Mas, beberapa di belakang rumah ini." "Oke, biar aku temani Mbok Yumna," sahut Hamaz. Raisa dan Delon pun berjalan ke arah luar. Mereka sedikit mengambil jalan pintas yang lebih cepat. Menyusuri jalan setapak yang berada di samping rumah. Dari kejauhan beberapa memandang aneh ke arah mereka dengan penuh kecurigaan. Melihat tanggapan mereka yang sinis. Raisa sudah menebar senyumnya. "Assalamualaikum, Bu, Pak. Permisi!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • KUKU BU SAPTO   WAKTU TERUS BERJALAN

    Raisa pun tersenyum senang saat lelaki ini mau menjawab salam mereka. Mereka berdua kembali menyusuri jalan setapak. Raisa mendongak ke arah lantai dua. Tepatnya pada arah jendela kamar Mariana. "Haaaahhh!" Hampir saja ember yang dibawanya jatuh dan tumpah. Segera Delon menyambarnya.Dan melihat ke arah Raisa yang memucat. "Ka-kamu ini kenapa sih, Sa?" "Aku melihatnya, Mas. Dia memang bener-bener ada di kamar itu!" "Dia siapa?" "Entahlah. Sosok gadis itu aku melihatnya. Mungkinkah itu Mariana?" Seketika Delon mendongak ke atas. Dia juga tak melihat siapa pun. Lalu menggeleng ke arah Raisa. "Enggak ada siapa-siapa, Sa." Kembali Raisa mendongak ke atas. Ternyata apa yang dikatakan oleh Delon itu benar adanya. Raisa sampai berdecak keheranan. "Aneh juga. Padahal aku benar-benar melihatnya lho." "Ya, udah. Kasihan Mbok Yumna sudah menunggu. Keburu mobil ambulan datang, Sa." Gadis itu mengikuti

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • KUKU BU SAPTO   SEPERTI BUKAN NANING

    "Aaaahhh!" Mbok Yumna hampir berteriak. Dia benar-benar terkejut dengan cengkeraman tangan Naning yang begitu kuat. Padahal sebelumnya untuk menggerakkan jemari tangan saja Nanin Tak mampu."Ka-kamu kenapa, Mbak Naning? Ini bikin tanganku sakit," desis Yumna.Sepertinya Naning tak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Yumna. Atau memang sengaja tidak mau mendengarkan. Perlahan jemari tangan Naning mulai bergerak pelan-pelan memutar. Ke arah yang berlawanan. Membuat Yumna semakin kesakitan. Sampai tubuh Yumna terduduk dengan kedua lutut di lantai."Aaaaraghhh ... Aaaarghhh!"Sontak erangan kesakitan Mbok Yumna membuat Raisa dan Hamaz melongok ke dalam. Mereka berdua sangat terkejut melihat kenyataan yang ada di depan kedua mata mereka. "Mbok Yumnaaa!" teriak Raisa yang langsung berlari kencang ke arahnya. Gadis itu segera mengangkat tubuh Mbok Yumna. Tapi, kala pandangannya mengarah pada tangan wanita tua itu. Raisa terbela

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • KUKU BU SAPTO   KEPERGIAN BU NANING

    Tanpa banyak bicara lagi. Hamaz mengeluarkan garam pemberian Abah Harun. Setelah mengambil sejumput. Hamaz taburkan ke wajah Naning.Dan saat mulutnya terbuka lebar. Dengan cepat Hamaz memasukkan garam ke dalam mulut Naning. Sampai membuat wanita itu tersedak. Tampaknya Naning kesakitan."Erghhhh ... erghhhh!""Mas Hamaz lihat!"Hamaz melihat ke arah tangan Raisa, yang menunjuk pada tangan Naning yang terlihat kembali seperti semula. Bersamaan dengan itu terdengar deru mobil yang mendekat. Seketika Delon berlari masuk ke dalam kamar."Mobil ambulannya sudah datang!" teriak Delon, yang semula bersemangat langsung terperanjat. "Mbok Yumna kenapa, Sa?" Dia pun melangkah cepat melihat luka bekas cakaran Naning yang cukup dalam."Nanti aja Mas ceritanya," sahut Raisa sembari membersihkan darah yang terus mengucur dari tangan keriput Mbok Yumna.Tak lama kedua lelaki juga mengikuti langkah Delon yang memasuki kamar."Mas, ambul

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • KUKU BU SAPTO   DI MANA RAISA (?)

    Mereka pun meninggalkan rumah Naning. Seketika Raisa merasakan seluruh tubuh yang merinding parah. Merasa ada yang memperhatikan. Raisa pun mendongak ke atas. Sontak kedua bola matanya membulat lebar."Mar ... lihat itu!" bisik Raisa sembari berdesis. Membuat Mbok Yumna ikut mendongak. Namun tak ada yang dia lihat."Mar siapa, Nak?""Ehhh ... Mar?" ulang Raisa. Dia baru tersadar kalau salah menyebut nama. "Maaf, Mbok. Saya juga enggak tau kenapa tiba-tiba menyebutkan nama itu."Sampai akhirnya mereka sampai di rumah warga. Lelaki tua yang ternyata bernama Samiran, tersenyum lebar saat mereka datang."Mari masuk, Mas!"Lelaki itu langsung masuk rumah. Sepertinya dia meminta pada sang istri untuk membuatkan minuman."Maaf, Pak sebelumnya. Kami ini mau numpang sholat," ujar Hamaz."Ohhh, ayo saya antar ke belakang ada mushola kecil. Tapi, bersih kok.""Sa, kamu di sini?""Iya, Mas. Masih belum bersih."Diteman

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02

Bab terbaru

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 3 ( TAMAT)

    "Minumlah dulu kalian! Biar tenang."Perkataan lelaki itu membuat Raisa mengerutkan dahi."Apa Abah tahu yang menimpa perjalanan kita pulang?"Lelaki itu hanya terkekeh. Lalu dia mengangguk pelan."Kenapa mereka masih mengganggu kita lagi, Bah?""Minumlah dulu. Biar nanti saya cerita."Mereka pun akhirnya minum teh dan kopi yang sudah disediakan. Raisa berulang kali mengembuskan napasnya. Air teh yang diminum serasa mampu membuat tubuhnya yang tadi dingin."Habiskan! Biar kalian lebih tenang. Karena mobil kalian sedang membawa sesuatu yang enggak lombo." (Lombo = tidak wajar)Terutama Raisa dan Delon terperanjat saat mendengar perkataan Abah Harun."Enggak lombo?" ulang Raisa."Iya, Mbak. Kalian ikutlah kemari!"Mereka bertiga mengikuti langkah Abah Harun keluar rumah. Menuju mobil Delon yang ringsek bagian depan."Tolong buka bagian belakangnya Mas Delon!""Baik, Bah."Setelah membuka

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 2

    "Perlu kita periksa lagi Mas Hamaz?""Udah ahhh, enggak usah! Perasaan aku enggak enak banget!" cetus Raisa melarang mereka turun lagi. "Kita jalan aja!"Pada akhirnya Hamaz dan Delon sepakat. Meneruskan perjalanan pulang yang penuh hambatan. Jalanan pun tampak lengang. Tak ada satu kendaraan yang terlihat. Hingga hidung Raisa terlihat bergerak-gerak. Seperti sedang mengendus sesuatu. Begitu juga Delon."Kalian bau enggak?" tanya Delon."Udah jalan aja Mas Hamaz!" pinta Raisa.Dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba mesin mobil mati lagi."Loh, Mas Hamaz. Kok berhenti?" teriak Raisa."Enggak tau juga nih, Mbak.""Biar aku ganti yang nyetir. Mas capek mungkin," sahut Delon. Keduanya bertukar posisi. Delon pun mencoba untuk menyalakan mobil lagi. Lalu menggeleng mengarah pada Raisa dan Hamaz."Tetep enggak bisa nyala," sahut Delon kesal.Tampak dia mencoba untuk terus menyalakan mobil.

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB

    Tak lama dari kabar Pak Karjo. HP Raisa berdenting. Ada pesan masuk yang langsung dibaca Raisa."Tumben suami Bu Hariyani SMS ya, Mas?""Coba kamu baca, Sa!""Iya, bentar!"Seketika tangan Raisa bergetar hebat. Saat membaca pesan itu.{Assalamualaikum, Mbak Raisa. Kami kabarkan berita duka, bahwa adik kami yang bernama Sunandar telah meninggal dunia. Mohon dimaafkan bila Almarhum mempunyai kesalahan}Raisa hanya bisa terbelalak dan terperangah."Ja-jadi ...?"Ketiganya pun tak menyangka. Bila Sunandarlah yang selama ini telah membunuh Mariana. Dan telah dijadikan Naning sebagai penggantinya."Itulah sebabnya Mbok Yumna mendatanginya. Untuk memperingatkan. Dan dia juga pernah mendatangi gunung ini 'kan?" Raisa mulai mengingat kembali rangkaian cerita yang mereka dapatkan dari sang istri kala itu."Dan dia menjadi sakit. Karena menolak apa yang diperintahkan oleh Naning. Ada kemungkinan memang dia ingin mengak

  • KUKU BU SAPTO   INFO PEMENANG GA

    "Jangan mengganggu! Kami hanya mengantarkan apa yang seharusnya pulang." Suara Hamaz sangat tegas. Terdengar suara tawa yang melengking. Kini, seperti berada di atas kepala mereka. Berputar-putar, membentuk sebuah bayangan kehitaman yang besar. Hamaz bergerak cepat. Dia menyiapkan butiran tasbih yanga masih berada dalam genggaman. "Ikuti langkah saya! Jangan emlihat ke mana-mana!" tegas Hamaz. Langkah Hamaz sedikit aneh. Dia berjalan berbelok-belok. Sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan. "Kenapa harus meloncat-loncat dan berbelok-belok?" protes Raisa. Hingga gadis itu tak bisa mengendalikan tubuhnya hingga terjatuh. Bruuukkk! Tubuh Raisa berguling-guling ke bawah, melewati Delon yang terpaku melihatnya. "Aaaaaarghhh!" Saat Delon tersadar. Dia langsung melompat tinggi dan mulai mengejar Raisa. "Raisaaa!" teriak keduanya spontan. Hamaz dan Delon bergerak cepat, mengejar t

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN 2

    "Sekali lagi maafkan kami. Bagaimana dengan benda lain?"Belum sampai ada jawaban. Hamaz sudah mengeluarkan beberapa butiran tasbih yang berada di telapak tangannya. Lalu menunjukkan pada sosok ular itu."Pergilah kalian! Aku tidak ingin benda itu menyentuh sosokku!"Aroma lebus dan anyir semakin kuat melesak rongga hidung mereka bertiga."Bolehkah kami lewat, Nyai?""Baiklah. Pergilah kalian! Andai ini bulan kawin, aku ingin kamu menjadi suami aku, Kang!" ujar wanita siluman itu.Sosok sang ular, terus melihat arah Delon, yang terus menundukkan kepalanya."Jangan, Nyai. Dia sudah tak perjaka lagi. Milik seorang dedemit juga."Kemudian, terdengar suara tawa yang mendesis serta melengking."Baiklah, Kang. Aku lepaskan dia! Walau aku tau dari baunya, dia masih perjaka," ucap siluman ular dengan meliukkan tubuh. Dan akhirnya pergi menghilang."Terima kasih, Nyai!"Seketika Delon bergidik keras. Kedua matanya m

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN

    Suasana semakin bertambah gelap. Kanan kiri jalan kecil, yang mereka lewati, hanya pepohonan lebat. Untunglah penerangan tiga ponsel sangat membantu mereka. Napas ketiganya mulai terengah-engah, menyusuri jalan setapak. Yang sepertinya jarang dilewati. "Mas, berhenti sebentar. Kelihatannya dekat, tapi aku capek banget," ujar Raisa. Mereka pun ikut berhenti dan beristirahat sebenatr. Dalam tas yang dibawa Raisa, dia mengeluarkan sebotol teh yang ternyata yang masih hangat. "Apa itu, Sa?" "Tadi dikasih Bu RT. Ya aku bawa saja 'kan? Lagian perut aku lapar." Hamaz dan Delon mengikuti Raisa yang duduk di bebatuan. Dengan lahap ketiganya makan pisang goreng. Tak ada suara lain, keculai kunyahan mereka. Dan suara binatang malam yang mengiringi malam ini. "Yuk! Kita lanjut!" ajak Hamaz. "Jalan ini betul-betul enggak ada penerangan sama sekali," celetuk Delon. "HPku dah lobat nih." "Kayaknya dikit lagi kok Ma

  • KUKU BU SAPTO   MENEMBUS HUTAN MENUJU GUNUNG K

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju gunung K. Tampak Hamaz mengambil alih kemudi. Dia melihat Delon yang amsih sering meringis karena kesaitan. begitu juga dengan Raisa yang tampak kelelahan."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam tadi?""Kita hampir mati dibunuh sosok makhluk itu, Mas.""Bagaimana ceritanya?""Tiba-tiba di hadapan kami itu banyak mayat yang bergelantungan. Tepat di atas kita Mas. Akhirnya kita ya lari ke kamar itu.""Kamar belakang?""Iya, Mas Hamaz.""Terus?"Raisa berhenti sebentar. Terkadang dia masih merasakan lehernya yang sakit."Sepertinya lukisan itu, gambar si sosok makhluk wanita iblis itu, Mas Hamaz.""Jadi dia yang menyuguhkan pesugihan pada Bapak Mariman?""Benar, Mas. Kalau penampakan saat normal, emang sangat cantik Mas. Tapi, sebenarnya wajah dia sangat mengerikan. Wajahnya hancur dan rusak. Baunya juga enggak enak lagi.""Menurut Raisa dan Mas Hamaz nih ya.

  • KUKU BU SAPTO   JASAD MARIANA

    Secepat kilat. Abah Harun kembali menyerang, dengan menyambar tubuh Wilujeng dan melemparkannya hingga terpental sangat jauh. Seketika membuat raut wajah wanita itu berubah mengerikan.Bibir yang sobek dari ujung ke ujung, hingga di bawah telinga. Belum lagi aroma busuk yang menguar begitu kuat."Hei!"Sosok itu memutar lehernya hingga menghadap ke arah lelaki itu. Kesempatan baik, tak disia-siakan. Abah Harun langsung melempar tasbih yang tersisa dua di tangannya."Nih, ambil!"Dengan gerakan sangat cepat dan penuh keyakinan. Wilujeng langsung terbang meluncur ke arah Abah Harun. Dengan menyiapkan hantaman maut miliknya."Allahu Akbar!"Terdengar alunan ayat-ayat doa dari bibir Abah Harun yang masih berdiri tenang. Membuat raut wajah Wilujeng mulai memerah, bagai terbakar bara api. Tubuhnya semakin tertekan oleh cengkeraman sinar butiran tasbih yang berada dalam genggaman tangan lelaki itu.Tubuh Wilujeng perlahan mulai

  • KUKU BU SAPTO   PERTEMPURAN - 2

    "Kau tak akan bisa menang melawan aku, Manusia. Ini duniaku. Singgasanaku. Kau mau berbuat apa? Aku pastikan kau akan kalah!!!" seru Nyai Wilujeng dengan keras.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu berubah-ubah. Dia sedang dalam keadaan murka.Kilatan cahaya seperti medan arus listrik, tergambar jelas diangkasa. Kian menyambar perbukitan yang ada di sekitar tempat ini."Petir itu akan terus berjalan mengejarmu lelaki tua? Dan, akan menuju arah sini!" ucap wanita itu, senang.Sekilas Abah Harun memeprhatikan gelegar dari petir yang menyambar. Sampai membuat terbakar beberapa titik. Saat Abah Harun berbalik, sosok wanita itu telah menghilang."Hemmm, aku harus mencarinya!"Lelaki paruh baya itu, langsung berlari walau tak mudah di tempat ini. Ilalang yang tingginya, seukuran manusia dewasa. Terasa bagai pagar yang menghalangi langkahnya berlari.Sejenak Abah Harun memejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk melesat sebaga

DMCA.com Protection Status