Cybele tidak menyerah, dia malah membalas Yumna dengan ikut mendorongnya. "Mbak boleh benci sama aku, tetapi apa gak kurang ajar kalau ngusir kayak gitu? Aku ini manusia bukan binatang!""Aku gak peduli. Tadi kamu kan yang sengaja mancing emosi aku, sekarang aku sudah marah dan gak mau ada kamu di sini. Pulang atau aku seret dari sini!""Katanya ngapal al-qur'an, kok bisa marah?" Bu Retno menimpali.Yumna menarik napas, dia berusaha mengontrol diri atau akan ditertawakan mereka. "Aku diam salah, marah salah juga. Emang ya netizen selalu ngerasa paling bener kayak kunci sorga itu ada di tangan dia. Aku juga manusia biasa, kadang salah bahkan banyak salahnya.""Miris banget anak zaman sekarang gak ada sopan santunnya. Padahal zaman dulu kita diajarin orang tua buat sopan ke siapa saja, diajarin buat jaga sikap gak teriak-teriak. Emang ya zaman sekarang makin hancur!""Bu Retno dulu diajarin nyinyir juga sama orang tuanya?"Bu Retno mendekat. "Coba ulang sekali lagi!""Cukup!" Bu Dahlia
Amel sengaja tidak pulang sampai bertemu Gus Hanan dulu karena dia harus ikut menjelaskan kalau memang ada kesalahpahaman. Dia yang memutuskan untuk menunjukkan foto Bu Wenda dengan selingkuhannya, adalah masalah besar kalau Yumna yang tertuduh menyebarkan.Bagaimana pun nanti, Amel harus bertanggungjawab. Dia tidak akan bisa tenang kalau tahu kabar tentang fakta yang terus dibalik. Apalagi kalau Gus Hanan sudah lebih dulu dihasut Bu Wenda dan yang lain, kan bisa berabe masalah.Gus Hanan memang mudah percaya kepada istrinya, tetapi hati seseorang mudah berubah apalagi kalau misal hasutannya sambil bawa saksi palsu. Seperti kemarin yang Bu Wenda sengaja drama di depan Gus Hanan demi melihat Yumna dimarahi."Deru motor Gus Hanan kan itu?"Yumna mengangguk, dia meletakkan sepiring nasi yang ada di tangannya. Gus Hanan tidak langsung pulang waktu pukul sebelas siang tadi karena muridnya banyak yang hadir. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu karena semua orang memiliki banyak kesi
"Meskipun aku diam tenang bagai ikan, tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan."—Maulana Jalaluddin Rumi.~~~Lepas muraja'ah hafalan, Yumna langsung melipat pakaian yang sudah menumpuk di depan televisi. Hanya sekitar dua puluh lembar pakaian miliknya dan suami juga beberapa sarung sholat dan satu seprei.Hari ini benar-benar melelahkan karena tidak tidur siang, lalu sorenya malah semangat murajaah tanpa persiapan. Biasanya Yumna akan menyediakan dua pop ice rasa cokelat untuk diminum saat jeda setelah selesai satu juz."Mbak Yumna!" teriak Andin dengan memanjangkan huruf a sepanjang enam harakat. Dia langsung duduk di samping Yumna yang menatap terkejut. "Tahu kabar nggak?""Kabar apa, sih? Ngagetin tau. Masuk rumah gak ngucap salam kayak orang abis dikejar jodoh!""Nanti aja itu, Mbak, pas aku pulang. Intinya aku mau nyampein perkara penting sepenting-pentingnya!""Awas aja kalau nggak penting. Mau bilang apa?"Andin menarik napa panjang, lalu mengembuskan perlahan agar ketik
Yumna sudah memberikan keterangan, sementara Amel menyodorkan bukti. Bu Wenda yang melihat mereka menatap penuh kebencian. Dia tidak terima kalau diusir sementara merasa bukan dalang dari masalah yang ada.Seharusnya yang paling bersalah menurut Bu Wenda adalah Yumna sendiri karena dia tidak beruntung sehingga lamarannya dibatalkan oleh Mas Ilham dan menimbulkan banyak cerita miring."Bu Wenda, bukti dan saksi terlalu memberatkan Bu Wenda sehingga kami tidak percaya kalau Yumna terlibat dalam kasus pembunuhan Syahdu. Kami tentu tidak lebih pintar dari pihak polisi yang sudah memenjarakan pelaku tanpa menangkap Yumna.Jika sudah seperti ini, Bu Wenda tidak bisa mengelak lagi kalau Ibu yang sudah menyebar fitnah itu sehingga Gus Hanan dipecat dari imam. Hal ini merugikan banyak pihak yang seharusnya tidak Bu Wenda lakukan. Pencemaran nama baik itu seharusnya ditangani polisi, tetapi keluarga dari pihak Yumna memberi keringanan–"Bu Wenda berdiri sambil memukul meja. "Saya akan pergi sen
Yumna kembali diajak suaminya untuk mengajar di masjid, hari ini memilih naik sepeda bersama karena motornya dibawa Mas Dika ke bengkel. Terlihat romantis dan sangat bahagia membuat Cybele yang melihat langsung terbakar api cemburu.Sejak kepergian Bu Wenda dua hari lalu, dia juga jadi bulan-bulanan tetangga lainnya karena sudah mau bekerja sama merebut suami orang. Cybele sedih, tetapi tidak pernah menyesal karena sudah menerima tawaran itu.Hari ini dia berencana untuk kembali mengusik kebahagiaan Yumna. Dia tidak mau melihat perempuan itu bahagia bersama Gus Hanan. Bagi Cybele, jika dirinya tidak bisa memiliki lelaki tampan itu, maka orang lain pun tidak boleh memilikinya.Dia sudah lengkap dengan buku iqra' yang dia bawa. Pendekatannya kali ini berbeda, dia harus menjadi musuh dalam selimut sebagaimana yang mereka lakukan dulu untuk mencari tahu dalang di balik perasaan Cybele.Dia dengan langkah anggun menuju masjid yang hampir dipenuhi oleh murid-murid. Cybele terlihat mirip sek
Sesampainya di rumah, Yumna langsung mengajak Gus Hanan bercerita. Dia membahas tentang Cybele yang sama sekali tidak pernah melirik ke kanan dan kiri, sangat fokus dengan materi yang Yumna bawakan.Bahkan ketika sedang menunggu tadi, dia sama sekali tidak membahas Gus Hanan dan ketika melihat lelaki itu, dia langsung menundukkan pandangan. Dia senang karena ternyata gadis itu serius dan semoga teguh dengan pendiriannya."Baguslah kalau dia begitu, menurut kamu emang dia sangat serius?'" Iya, Mas. Aku ngerasa dia berubah itu karena emang sadar sendiri ditambah Bu Wenda kan sudah tidak di sini, bisa jadi dia takut kalau terusir juga. Terlepas dari itu semua, intinya aku bahagia melihat Cybele seperti itu, Mas.""Dia bisa ngaji?""Iqra' tiga, padahal sebelumnya sangat tidak bisa. Aku kagum sama rasa percaya dirinya meskipun usia paling tua, bacaan quran paling dasar, tetapi rasa semangatnya tidak dikalahkan siapapun. Aku salut dan bahagia, Mas!""Jangan terlalu bahagia, kita belum tahu
Yumna pulang duluan tanpa menunggu suaminya karena selesai lebih dulu mengajar. Dia sengaja jalan kaki sekalian olahraga. Seandainya tidak perlu memasak, maka Yumna akan tinggal menunggui Gus Hanan.Dalam perjalanan, banyak pasang mata yang memandang padanya, tetapi Yumna tidak mau mengambil hati, dia tetap fokus melangkah ke depan sambil terus mengulang hafalan agar tidak salah tingkah."Yumna!"Perempuan itu menoleh karena mendengar seseorang memanggil namanya. Ternyata Mas Ilham. Tidak ingin namanya menjadi buah bibir lagi, maka Yumna mempercepat langkah sambil terus menoleh ke belakang karena takut dihalangi.Tiba-tiba dia tersungkur karena kakinya menabrak batu yang sebesar mangkuk. Ujung jari Yumna berdenyut nyeri, kakinya pun mengeluarkan darah terlihat dari noda merah di kos kaki krem itu.Dia berusaha bangkit, tetapi selalu gagal. Dia menangis menahan sakit sampai Mas Ilham berdiri di sampingnya. Lelaki itu malah mengulurkan tangan melihat yang lain hanya memandangi tanpa ad
Kaki Yumna yang masih sakit membuat Gus Hanan meminta semua murid kelas ula' qur'an untuk belajar di rumahnya saja. Sementara kursi dirapatkan ke tembok. Rasanya tidak mengapa karena kebanyakan dari mereka adalah anak remaja.Hanya satu yang perlu diwaspadai, adalah kehadiran Cybele. Jangan sampai dia malah masuk ke kamar atau tembus ke dapur hanya untuk melihat siatusi rumah dan menganggap dirinya calon istri Gus Hanan."Baiklah, sekarang kita lanjut pelajaran untuk siang hari adalah tajwid ya, Adek-adek. Ada yang sudah hafal materi sebelumya? Silakan angkat tangan!"Sebagian banyak dari mereka angkat tangan tak terkecuali Cybele yang semangat paling depan. Yumna mengangguk dan memberikan mereka jempol. Akan tetapi, sebelum memulai materi lanjutan, Yumna memberi izin untuk mereka bertanya seputar agama Islam.Tentu saja banyak yang angkat tangan lagi, tetapi Cybele yang Yumna tunjuk untuk diberikan kesempatan. Gadis itu tersenyum penuh misteri, lalu menghela napas."Apa sedikit boleh