Kaki Yumna yang masih sakit membuat Gus Hanan meminta semua murid kelas ula' qur'an untuk belajar di rumahnya saja. Sementara kursi dirapatkan ke tembok. Rasanya tidak mengapa karena kebanyakan dari mereka adalah anak remaja.Hanya satu yang perlu diwaspadai, adalah kehadiran Cybele. Jangan sampai dia malah masuk ke kamar atau tembus ke dapur hanya untuk melihat siatusi rumah dan menganggap dirinya calon istri Gus Hanan."Baiklah, sekarang kita lanjut pelajaran untuk siang hari adalah tajwid ya, Adek-adek. Ada yang sudah hafal materi sebelumya? Silakan angkat tangan!"Sebagian banyak dari mereka angkat tangan tak terkecuali Cybele yang semangat paling depan. Yumna mengangguk dan memberikan mereka jempol. Akan tetapi, sebelum memulai materi lanjutan, Yumna memberi izin untuk mereka bertanya seputar agama Islam.Tentu saja banyak yang angkat tangan lagi, tetapi Cybele yang Yumna tunjuk untuk diberikan kesempatan. Gadis itu tersenyum penuh misteri, lalu menghela napas."Apa sedikit boleh
Aktivitas Yumna sebagai pengajar tetap untuk kelas ula' qur'an khusus putri masih terus berlanjut sampai sepekan. Dia selalu mengajar di rumah karena mengaku lebih aman dan nyaman. Pasalnya sejak dirinya jatuh di jalan itu, dia kembali menjadi buah bibir tetangga.Dia pikir dirinya akan sedikit tenang setelah kepergian Bu Wenda, nyatanya tidak. Entah siapa lagi yang menyebarkan berita bohong itu karena saat kejadian, dia juga tidak melihat Bu Arin dan kawan-kawannya.Kabar yang beredar adalah Yumna sengaja pulang duluan karena ada janji dengan lelaki lain, lalu pura-pura jatuh dijalanan agar bisa pulang bersama. Dia sudah menegur beberapa orang yang ikut terlibat, tetapi mereka saling menunjuk dan tidak mau mengaku kalau dirinya lah yang pertama kali menyebarkan.Yumna juga sudah mendesak Cybele untuk mengaku bahkan mengancamnya, tetapi dia malah bersumpah kalau dirinya tidak tahu apa-apa. "Mas, hari jumat kan kamu ndak ngajar. Mau ndak temani aku jalan-jalan di luar?""Kenapa mau ja
Gus Hanan menghampiri istrinya yang sedang duduk termenung di depan kamar, hatinya perih melihat perempuan yang selalu terlihat cantik itu malah menekuk wajah. Dia menghela napas mencoba memberi pengertian agar tidak lagi kesal atau sedih.Dia duduk di samping istrinya, lalu merangkul dengan mesra. Gus Hanan ingin menitikkan air mata karena mengingat beban yang ditanggung istrinya, tetapi dia tidak mau terlihat lemah.Meskipun Yumna tidak melawan mereka seperti perempuan lainnya yang dengan berani menampar orang lain, tetapi dia lah perempuan yang kuat. Dia kuat melalui semua masalah yang menekan mentalnya.Biar Gus Hanan bertanya pada dunia, apakah ada yang mau menggantikan posisi Yumna untuk menjalani kehidupan yang selalu penuh dengan ujian dan rintangan? Bahkan masalah seolah tidak membiarkan dirinya bernapas."Mas, apa ada manusia yang takdir bahagianya terbatas ada usia belasan?"Gus Hanan tersenyum. "Tidak. Semuanya akan bahagia di waktu yang tepat. Lihatlah anak pesantren, mer
Sesuai janji, maka hari sabtu mereka bertiga sudah ada di pantai yang lumayan jauh dari rumah sehingga harus menyewa tempat tinggal. Bu Dahlia sudah diajak, tetapi tidak mau melakukan perjalanan jauh dan memilih tinggal di rumah bersama Andin.Sebenarnya Gus Hanan maunya di Pantai Parangtritis saja, tetapi Yumna malah berpikir untuk ke Pantai Losari yang ada di Makassar karena mau mengambil gambar di masjid kubah 99.Mas Dika langsung setuju dan bersedia untuk menguras rekening juga demi sang adik. Untung saja dia pernah ke Makassar bersama Pak Fajar dulu untuk urusan bisnis dan mereka tinggal selama enam bulan."Mas, itu mahal, kan ke sana?" tanya Gus Hanan saat itu."Nggak apa-apa, Pak Fajar masih pernah mengirim uang ke rekening aku, Gus, jadi itu rezeki Yumna juga. Aku sengaja simpan selama ini jangan sampai ada kebutuhan mendesak dan ternyata memang ada."Sekarang, pesawat telah mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Mereka keluar menggunakan tangga pesawat, lalu melangk
Mereka benar-benar kelelahan. Padahal malam ini harusnya sesuai rencana kalau ingin menikmati keindahan malam di Pantai Losari, tetapi malah berakhir di tempat tidur. Yumna melirik ke suaminya yang masih sibuk memandangi ponsel sambil senyum-senyum.Rasa curiga langsung muncul, dia mengintip sampai beberapa menit dan terus tersenyum. Bukankah ketika tersenyum saat bermain ponsel berarti ada selingkuhan di sana?"Lagi apa, Mas?""Lagi liatin orang cantik." Gus Hanan menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Kedua ibu jari menari dengan gerakan cepat di papan keyboard.Yumna yang semula berbaring, langsung ikut bersandar di kepala ranjang. Matanya membola ketika melihat Gus Hanan mengedit foto menjadi video beriring rangkaian kata-kata indah. Siapa lagi yang mengajarinya?Sekitar dua menit menunggu, akhirnya video itu selesai dibuat. Gus Hanan menunjukkannya pada sang istri."Untukmu, Istriku. Terimakasih sudah menemaniku selama ini. Aku tidak tahu lagi bagaimana jika hidup t
Yumna sibuk memainkan ponselnya ketika dalam perjalanan menuju Gowa. Suasana yang macet membuatnya sedikit sumpek dan ingin muntah sehingga mulutnya tidak berhenti mengunyah gula-gula.Dia terus berbalas pesan dengan Cybele yang bertanya-tanya banyak hal sementara yang lain sibuk mengobrol. Yumna hanya sesekali menanggapi karena harus membereskan Cybele dulu.Yumna : Iya, bilang sama yang lain kalau pengajian diliburkan dulu sampai waktu yang tidak ditentukan. Mungkin sekitar satu minggu paling lama. Sudah aku jelaskan kemarin juga, kan?Cybele : Iya, Mbak, tapi mereka ndak ada yang percaya dan malah terus datang ke rumah mbaknya. Melihat keramaian, tetangga yang lain pada kepo kan ada apa? Bahkan Bu Retno sudah mengira Mbak Yum sakit dan dirujuk. Emang benar lagi liburan, kok ndak ada fotonya di story?Dengan kesal, Yumna menyalakan kamera ponsel dan memotret dari samping. Cybele tetap tidak percaya dan dengan bodohnya, Yumna menurut. Dia mengirim fotonya sendiri yang ada di Masjid K
Sepulang dari makam Sultan Hasanuddin, mereka langsung pulang ke hotel untuk mengambil barang, setelah itu langsung cek out, menuju ke pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Makassar di Toko Oleh-Oleh Kota Daeng di Jalan Perintis Kemerdekaan di Sudiang.Di tempat itu lengkap dari makanan, minuman, baju dan segala macam oleh-oleh kerajinan dari Makassar. Harga terjangkau dengan banyak pilihan apalagi lokasinya dekat dengan bandara. Mas Kevin memang tidak pernah salah kalau memilih tempat.Mereka membeli baju yang ada tulisan Makassar supaya menjadi kenangan tersendiri. Mereka semua sibuk dan bisa jadi itu adalah yang pertama dan terakhir kali mereka bisa liburan bersama. Meskipun tidak seindah acara refreshing orang lain, tetap saja itu adalah momen paling berharga."Beliin buat ibu juga.""Nanti kita beli makanan juga, Mas, kita masukin ke tas biar aman."Setelah dari sana, waktu sangat cepat memisahkan mereka. Malam ini tiga sejoli itu memilih untuk lebih cepat ke bandara karena jam terba
Terlalu banyak yang datang dan pergi membuat luka dan senyum silih berganti menghampiri. Meskipun Yumna lelah, tetapi tidak boleh menunjukkannya pada Nurul apalagi mereka baru bertemu setelah tujuh tahun berlalu.Nurul sendiri masih merasa kikuk, seandainya ada Amel, pasti tidak akan seperti itu. Dia merasa iri pada Yumna yang bisa membawa masalahnya tanpa harus melakukan perbuatan jahat seperti yang dia lakukan dulu.Bukan hanya itu, Nurul bisa melihat bahwa tidak ada dendam di mata Yumna padahal awal mula segalanya berasa dari dia. Nurul bersyukur dan tidak menyesal kembali berkunjung ke Indonesia."Dengar-dengar, ada perempuan yang bernama Cybele mengusik kebahagiaanmu ya?""Iya, Nurul, tetapi itu dulu karena sekarang dia sudah sadar dan mau belajar ilmu agama. Masa lalunya kelam, dia terlalu banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Ketika diputuskan pacar malah menghabiskan malam dengan minum wine.""Aku boleh ketemu sama Cybele, nggak?""Kenapa?""Menurut pengalaman aku ya, kamu