Yumna kembali diajak suaminya untuk mengajar di masjid, hari ini memilih naik sepeda bersama karena motornya dibawa Mas Dika ke bengkel. Terlihat romantis dan sangat bahagia membuat Cybele yang melihat langsung terbakar api cemburu.Sejak kepergian Bu Wenda dua hari lalu, dia juga jadi bulan-bulanan tetangga lainnya karena sudah mau bekerja sama merebut suami orang. Cybele sedih, tetapi tidak pernah menyesal karena sudah menerima tawaran itu.Hari ini dia berencana untuk kembali mengusik kebahagiaan Yumna. Dia tidak mau melihat perempuan itu bahagia bersama Gus Hanan. Bagi Cybele, jika dirinya tidak bisa memiliki lelaki tampan itu, maka orang lain pun tidak boleh memilikinya.Dia sudah lengkap dengan buku iqra' yang dia bawa. Pendekatannya kali ini berbeda, dia harus menjadi musuh dalam selimut sebagaimana yang mereka lakukan dulu untuk mencari tahu dalang di balik perasaan Cybele.Dia dengan langkah anggun menuju masjid yang hampir dipenuhi oleh murid-murid. Cybele terlihat mirip sek
Sesampainya di rumah, Yumna langsung mengajak Gus Hanan bercerita. Dia membahas tentang Cybele yang sama sekali tidak pernah melirik ke kanan dan kiri, sangat fokus dengan materi yang Yumna bawakan.Bahkan ketika sedang menunggu tadi, dia sama sekali tidak membahas Gus Hanan dan ketika melihat lelaki itu, dia langsung menundukkan pandangan. Dia senang karena ternyata gadis itu serius dan semoga teguh dengan pendiriannya."Baguslah kalau dia begitu, menurut kamu emang dia sangat serius?'" Iya, Mas. Aku ngerasa dia berubah itu karena emang sadar sendiri ditambah Bu Wenda kan sudah tidak di sini, bisa jadi dia takut kalau terusir juga. Terlepas dari itu semua, intinya aku bahagia melihat Cybele seperti itu, Mas.""Dia bisa ngaji?""Iqra' tiga, padahal sebelumnya sangat tidak bisa. Aku kagum sama rasa percaya dirinya meskipun usia paling tua, bacaan quran paling dasar, tetapi rasa semangatnya tidak dikalahkan siapapun. Aku salut dan bahagia, Mas!""Jangan terlalu bahagia, kita belum tahu
Yumna pulang duluan tanpa menunggu suaminya karena selesai lebih dulu mengajar. Dia sengaja jalan kaki sekalian olahraga. Seandainya tidak perlu memasak, maka Yumna akan tinggal menunggui Gus Hanan.Dalam perjalanan, banyak pasang mata yang memandang padanya, tetapi Yumna tidak mau mengambil hati, dia tetap fokus melangkah ke depan sambil terus mengulang hafalan agar tidak salah tingkah."Yumna!"Perempuan itu menoleh karena mendengar seseorang memanggil namanya. Ternyata Mas Ilham. Tidak ingin namanya menjadi buah bibir lagi, maka Yumna mempercepat langkah sambil terus menoleh ke belakang karena takut dihalangi.Tiba-tiba dia tersungkur karena kakinya menabrak batu yang sebesar mangkuk. Ujung jari Yumna berdenyut nyeri, kakinya pun mengeluarkan darah terlihat dari noda merah di kos kaki krem itu.Dia berusaha bangkit, tetapi selalu gagal. Dia menangis menahan sakit sampai Mas Ilham berdiri di sampingnya. Lelaki itu malah mengulurkan tangan melihat yang lain hanya memandangi tanpa ad
Kaki Yumna yang masih sakit membuat Gus Hanan meminta semua murid kelas ula' qur'an untuk belajar di rumahnya saja. Sementara kursi dirapatkan ke tembok. Rasanya tidak mengapa karena kebanyakan dari mereka adalah anak remaja.Hanya satu yang perlu diwaspadai, adalah kehadiran Cybele. Jangan sampai dia malah masuk ke kamar atau tembus ke dapur hanya untuk melihat siatusi rumah dan menganggap dirinya calon istri Gus Hanan."Baiklah, sekarang kita lanjut pelajaran untuk siang hari adalah tajwid ya, Adek-adek. Ada yang sudah hafal materi sebelumya? Silakan angkat tangan!"Sebagian banyak dari mereka angkat tangan tak terkecuali Cybele yang semangat paling depan. Yumna mengangguk dan memberikan mereka jempol. Akan tetapi, sebelum memulai materi lanjutan, Yumna memberi izin untuk mereka bertanya seputar agama Islam.Tentu saja banyak yang angkat tangan lagi, tetapi Cybele yang Yumna tunjuk untuk diberikan kesempatan. Gadis itu tersenyum penuh misteri, lalu menghela napas."Apa sedikit boleh
Aktivitas Yumna sebagai pengajar tetap untuk kelas ula' qur'an khusus putri masih terus berlanjut sampai sepekan. Dia selalu mengajar di rumah karena mengaku lebih aman dan nyaman. Pasalnya sejak dirinya jatuh di jalan itu, dia kembali menjadi buah bibir tetangga.Dia pikir dirinya akan sedikit tenang setelah kepergian Bu Wenda, nyatanya tidak. Entah siapa lagi yang menyebarkan berita bohong itu karena saat kejadian, dia juga tidak melihat Bu Arin dan kawan-kawannya.Kabar yang beredar adalah Yumna sengaja pulang duluan karena ada janji dengan lelaki lain, lalu pura-pura jatuh dijalanan agar bisa pulang bersama. Dia sudah menegur beberapa orang yang ikut terlibat, tetapi mereka saling menunjuk dan tidak mau mengaku kalau dirinya lah yang pertama kali menyebarkan.Yumna juga sudah mendesak Cybele untuk mengaku bahkan mengancamnya, tetapi dia malah bersumpah kalau dirinya tidak tahu apa-apa. "Mas, hari jumat kan kamu ndak ngajar. Mau ndak temani aku jalan-jalan di luar?""Kenapa mau ja
Gus Hanan menghampiri istrinya yang sedang duduk termenung di depan kamar, hatinya perih melihat perempuan yang selalu terlihat cantik itu malah menekuk wajah. Dia menghela napas mencoba memberi pengertian agar tidak lagi kesal atau sedih.Dia duduk di samping istrinya, lalu merangkul dengan mesra. Gus Hanan ingin menitikkan air mata karena mengingat beban yang ditanggung istrinya, tetapi dia tidak mau terlihat lemah.Meskipun Yumna tidak melawan mereka seperti perempuan lainnya yang dengan berani menampar orang lain, tetapi dia lah perempuan yang kuat. Dia kuat melalui semua masalah yang menekan mentalnya.Biar Gus Hanan bertanya pada dunia, apakah ada yang mau menggantikan posisi Yumna untuk menjalani kehidupan yang selalu penuh dengan ujian dan rintangan? Bahkan masalah seolah tidak membiarkan dirinya bernapas."Mas, apa ada manusia yang takdir bahagianya terbatas ada usia belasan?"Gus Hanan tersenyum. "Tidak. Semuanya akan bahagia di waktu yang tepat. Lihatlah anak pesantren, mer
Sesuai janji, maka hari sabtu mereka bertiga sudah ada di pantai yang lumayan jauh dari rumah sehingga harus menyewa tempat tinggal. Bu Dahlia sudah diajak, tetapi tidak mau melakukan perjalanan jauh dan memilih tinggal di rumah bersama Andin.Sebenarnya Gus Hanan maunya di Pantai Parangtritis saja, tetapi Yumna malah berpikir untuk ke Pantai Losari yang ada di Makassar karena mau mengambil gambar di masjid kubah 99.Mas Dika langsung setuju dan bersedia untuk menguras rekening juga demi sang adik. Untung saja dia pernah ke Makassar bersama Pak Fajar dulu untuk urusan bisnis dan mereka tinggal selama enam bulan."Mas, itu mahal, kan ke sana?" tanya Gus Hanan saat itu."Nggak apa-apa, Pak Fajar masih pernah mengirim uang ke rekening aku, Gus, jadi itu rezeki Yumna juga. Aku sengaja simpan selama ini jangan sampai ada kebutuhan mendesak dan ternyata memang ada."Sekarang, pesawat telah mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Mereka keluar menggunakan tangga pesawat, lalu melangk
Mereka benar-benar kelelahan. Padahal malam ini harusnya sesuai rencana kalau ingin menikmati keindahan malam di Pantai Losari, tetapi malah berakhir di tempat tidur. Yumna melirik ke suaminya yang masih sibuk memandangi ponsel sambil senyum-senyum.Rasa curiga langsung muncul, dia mengintip sampai beberapa menit dan terus tersenyum. Bukankah ketika tersenyum saat bermain ponsel berarti ada selingkuhan di sana?"Lagi apa, Mas?""Lagi liatin orang cantik." Gus Hanan menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Kedua ibu jari menari dengan gerakan cepat di papan keyboard.Yumna yang semula berbaring, langsung ikut bersandar di kepala ranjang. Matanya membola ketika melihat Gus Hanan mengedit foto menjadi video beriring rangkaian kata-kata indah. Siapa lagi yang mengajarinya?Sekitar dua menit menunggu, akhirnya video itu selesai dibuat. Gus Hanan menunjukkannya pada sang istri."Untukmu, Istriku. Terimakasih sudah menemaniku selama ini. Aku tidak tahu lagi bagaimana jika hidup t