Mereka benar-benar kelelahan. Padahal malam ini harusnya sesuai rencana kalau ingin menikmati keindahan malam di Pantai Losari, tetapi malah berakhir di tempat tidur. Yumna melirik ke suaminya yang masih sibuk memandangi ponsel sambil senyum-senyum.Rasa curiga langsung muncul, dia mengintip sampai beberapa menit dan terus tersenyum. Bukankah ketika tersenyum saat bermain ponsel berarti ada selingkuhan di sana?"Lagi apa, Mas?""Lagi liatin orang cantik." Gus Hanan menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Kedua ibu jari menari dengan gerakan cepat di papan keyboard.Yumna yang semula berbaring, langsung ikut bersandar di kepala ranjang. Matanya membola ketika melihat Gus Hanan mengedit foto menjadi video beriring rangkaian kata-kata indah. Siapa lagi yang mengajarinya?Sekitar dua menit menunggu, akhirnya video itu selesai dibuat. Gus Hanan menunjukkannya pada sang istri."Untukmu, Istriku. Terimakasih sudah menemaniku selama ini. Aku tidak tahu lagi bagaimana jika hidup t
Yumna sibuk memainkan ponselnya ketika dalam perjalanan menuju Gowa. Suasana yang macet membuatnya sedikit sumpek dan ingin muntah sehingga mulutnya tidak berhenti mengunyah gula-gula.Dia terus berbalas pesan dengan Cybele yang bertanya-tanya banyak hal sementara yang lain sibuk mengobrol. Yumna hanya sesekali menanggapi karena harus membereskan Cybele dulu.Yumna : Iya, bilang sama yang lain kalau pengajian diliburkan dulu sampai waktu yang tidak ditentukan. Mungkin sekitar satu minggu paling lama. Sudah aku jelaskan kemarin juga, kan?Cybele : Iya, Mbak, tapi mereka ndak ada yang percaya dan malah terus datang ke rumah mbaknya. Melihat keramaian, tetangga yang lain pada kepo kan ada apa? Bahkan Bu Retno sudah mengira Mbak Yum sakit dan dirujuk. Emang benar lagi liburan, kok ndak ada fotonya di story?Dengan kesal, Yumna menyalakan kamera ponsel dan memotret dari samping. Cybele tetap tidak percaya dan dengan bodohnya, Yumna menurut. Dia mengirim fotonya sendiri yang ada di Masjid K
Sepulang dari makam Sultan Hasanuddin, mereka langsung pulang ke hotel untuk mengambil barang, setelah itu langsung cek out, menuju ke pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Makassar di Toko Oleh-Oleh Kota Daeng di Jalan Perintis Kemerdekaan di Sudiang.Di tempat itu lengkap dari makanan, minuman, baju dan segala macam oleh-oleh kerajinan dari Makassar. Harga terjangkau dengan banyak pilihan apalagi lokasinya dekat dengan bandara. Mas Kevin memang tidak pernah salah kalau memilih tempat.Mereka membeli baju yang ada tulisan Makassar supaya menjadi kenangan tersendiri. Mereka semua sibuk dan bisa jadi itu adalah yang pertama dan terakhir kali mereka bisa liburan bersama. Meskipun tidak seindah acara refreshing orang lain, tetap saja itu adalah momen paling berharga."Beliin buat ibu juga.""Nanti kita beli makanan juga, Mas, kita masukin ke tas biar aman."Setelah dari sana, waktu sangat cepat memisahkan mereka. Malam ini tiga sejoli itu memilih untuk lebih cepat ke bandara karena jam terba
Terlalu banyak yang datang dan pergi membuat luka dan senyum silih berganti menghampiri. Meskipun Yumna lelah, tetapi tidak boleh menunjukkannya pada Nurul apalagi mereka baru bertemu setelah tujuh tahun berlalu.Nurul sendiri masih merasa kikuk, seandainya ada Amel, pasti tidak akan seperti itu. Dia merasa iri pada Yumna yang bisa membawa masalahnya tanpa harus melakukan perbuatan jahat seperti yang dia lakukan dulu.Bukan hanya itu, Nurul bisa melihat bahwa tidak ada dendam di mata Yumna padahal awal mula segalanya berasa dari dia. Nurul bersyukur dan tidak menyesal kembali berkunjung ke Indonesia."Dengar-dengar, ada perempuan yang bernama Cybele mengusik kebahagiaanmu ya?""Iya, Nurul, tetapi itu dulu karena sekarang dia sudah sadar dan mau belajar ilmu agama. Masa lalunya kelam, dia terlalu banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Ketika diputuskan pacar malah menghabiskan malam dengan minum wine.""Aku boleh ketemu sama Cybele, nggak?""Kenapa?""Menurut pengalaman aku ya, kamu
Sesuai janji, Cybele datang setelah sholat asar. Dia mengikuti Gus Hanan dari belakang sekalipun dirinya tidak memakai kendaraan. Gus Hanan sendiri memilih untuk istirahat karena besok harus ke pesantren tanpa boleh izin lagi.Nurul yang melihat kedatangan Cybele tersenyum seolah dia tidak tahu apa-apa. Yumna akhirnya bisa melihat bagaimana jika dua ekor ular saling bertemu atau bahkan saling menggigit."Ini siapa, Mbak?""Ini ...." Yumna tampak berpikir karena dia lupa lebih tua mana antara dirinya dengan Nurul. Akan tetapi, akhirnya dia menjawab asal. "Adikku.""Adik? Kok aku gak pernah liat dia ya, Mbak?""Baru pulang dari Amrik."Cybele tersenyum menatap Nurul. Ketika mereka saling menjabat tangan dan memperkenalkan diri, Cybele berkata, "iya, sih, lebih mirip ke Mas Dika.""Jadi begini, untuk tiga hari ke depan kita masih libur dan baru dimulai pada hari ke empat sesuai jadwal, yaitu sabtu. Nah, hari sabtu itu harus menyetor hafalan sesuai yang aku tentukan di kelas ula'. Infokan
Sesuai dengan perintah Nurul, pagi ini tepat pukul delapan Cybele datang dengan penuh keberanian. Dia mengetuk pintu rumah Yumna dan memintanya keluar. Nurul yang menyadari kedatangan Cybele segera memakai jilbab dan berlari ke luar.Setelah mata mereka beradu, Nurul langsung mengacungkan jempol ke Cybele sambil senyum-senyum. Yumna pun membuka pintu dan langsung ke luar begitu melihat Cybele datang."Tamu bukannya disuruh masuk malah diri sendiri yang keluar. Gak sopan banget kamu, Mbak!""Loh, iya, tuh. Kenapa kamu gak suruh Cybele masuk, Yum?" Nurul langsung menarik tangan Cybele dan masuk ke dalam rumah.Yumna yang melihat hanya melongo, lalu menyusul masuk. Dia sedikit kesal melihat Nurul dan Cybele terlihat bahagia sekali. Sementara Gus Hanan tidak mau keluar sejak tahu kalau yang datang adalah Cybele.Nurul membisikkan sesuatu di telinga Cybele, dia memintanya untuk lebih berani melawan Yumna. Gadis itu mengangguk dan langsung menatap penuh angkuh pada perempuan yang duduk di d
Mata Cybele berbinar-binar. Dia melihat tangan Gus Hanan merogoh saku baju kokonya dan mengeluarkan sebuah kotak panjang, lalu menyerahkannya untuk gadis itu."Aku harap kamu mau menerimanya. Bukalah!"Tangan Cybele langsung menyambar benda itu dan membukanya sambil merekahkan senyum. Gus Hanan menunduk. "Tolong terima itu dan pergilah dari sini. Aku tidak mau melihatmu lagi. Maaf karena sekali lagi kami memanfaatkanmu untuk membongkar kedokmu sendiri. Aku rasa uang itu cukup untukmu pergi dan tinggal jauh di luar kota. Semua yang kamu katakan tadi adalah kebohongan, Nurul bukan temanmu.""Apa?""Hanya cinta yang tulus yang selalu berakhir bahagia. Kamu memulainya dengan kepalsuaan, maka terimalah kekalahan itu."Hati Cybele tertohok, dia pikir Nurul adalah temannya. Rencananya gagal dan tidak ada harapan untuk bersama Gus Hanan. Dia mengangkat kepala dan menatap Nurul yang tersenyum padanya lantas berkata, "aku pernah melakukan kesalahan, membuat hati Yumna sakit dan aku tidak ingin
Begitu Gus Hanan pergi, Yumna langsung ke rumah ibunya. Dia juga penasaran apa yang Nurul lakukan di sana. Begitu sampai, ternyata mereka berdua sedang mengobrol tentang masa kecil Mas Dika.Yumna tidak ingin mengganggu sehingga melangkah cepat masuk ke kamar Mas Dika mencari album kemarin. Ah, ternyata album itu tergeletak manja di tempat tidur Mas Dika.Tangan kanan Yumna langsung meraih album itu dan membukanya perlahan. Yumna tampak bahagia sekali di semua foto yang ada. Bahkan ketika dirinya dipotret secara tidak sadar.Semua kenangan itu hanya akan menciptakan air mata du kemudian hari ketika semuanya akan menjadi mustahil untuk diulang. Yumna kembali membuka lembar selanjutnya dan melihat fotonya dengan Mas Dika."Sekarang kita sudah besar, Mas. Kita bukan anak kecil lagi dan aku selalu sayang sama kamu. Kelak, istrimu pasti beruntung memilikimu, anakmu akan bangga karena kamu adalah lelaki terbaik seperti ayah. Kamu yang penyayang dan perhatian pasti bisa membuat mereka senang