Sesuai dengan perintah Nurul, pagi ini tepat pukul delapan Cybele datang dengan penuh keberanian. Dia mengetuk pintu rumah Yumna dan memintanya keluar. Nurul yang menyadari kedatangan Cybele segera memakai jilbab dan berlari ke luar.Setelah mata mereka beradu, Nurul langsung mengacungkan jempol ke Cybele sambil senyum-senyum. Yumna pun membuka pintu dan langsung ke luar begitu melihat Cybele datang."Tamu bukannya disuruh masuk malah diri sendiri yang keluar. Gak sopan banget kamu, Mbak!""Loh, iya, tuh. Kenapa kamu gak suruh Cybele masuk, Yum?" Nurul langsung menarik tangan Cybele dan masuk ke dalam rumah.Yumna yang melihat hanya melongo, lalu menyusul masuk. Dia sedikit kesal melihat Nurul dan Cybele terlihat bahagia sekali. Sementara Gus Hanan tidak mau keluar sejak tahu kalau yang datang adalah Cybele.Nurul membisikkan sesuatu di telinga Cybele, dia memintanya untuk lebih berani melawan Yumna. Gadis itu mengangguk dan langsung menatap penuh angkuh pada perempuan yang duduk di d
Mata Cybele berbinar-binar. Dia melihat tangan Gus Hanan merogoh saku baju kokonya dan mengeluarkan sebuah kotak panjang, lalu menyerahkannya untuk gadis itu."Aku harap kamu mau menerimanya. Bukalah!"Tangan Cybele langsung menyambar benda itu dan membukanya sambil merekahkan senyum. Gus Hanan menunduk. "Tolong terima itu dan pergilah dari sini. Aku tidak mau melihatmu lagi. Maaf karena sekali lagi kami memanfaatkanmu untuk membongkar kedokmu sendiri. Aku rasa uang itu cukup untukmu pergi dan tinggal jauh di luar kota. Semua yang kamu katakan tadi adalah kebohongan, Nurul bukan temanmu.""Apa?""Hanya cinta yang tulus yang selalu berakhir bahagia. Kamu memulainya dengan kepalsuaan, maka terimalah kekalahan itu."Hati Cybele tertohok, dia pikir Nurul adalah temannya. Rencananya gagal dan tidak ada harapan untuk bersama Gus Hanan. Dia mengangkat kepala dan menatap Nurul yang tersenyum padanya lantas berkata, "aku pernah melakukan kesalahan, membuat hati Yumna sakit dan aku tidak ingin
Begitu Gus Hanan pergi, Yumna langsung ke rumah ibunya. Dia juga penasaran apa yang Nurul lakukan di sana. Begitu sampai, ternyata mereka berdua sedang mengobrol tentang masa kecil Mas Dika.Yumna tidak ingin mengganggu sehingga melangkah cepat masuk ke kamar Mas Dika mencari album kemarin. Ah, ternyata album itu tergeletak manja di tempat tidur Mas Dika.Tangan kanan Yumna langsung meraih album itu dan membukanya perlahan. Yumna tampak bahagia sekali di semua foto yang ada. Bahkan ketika dirinya dipotret secara tidak sadar.Semua kenangan itu hanya akan menciptakan air mata du kemudian hari ketika semuanya akan menjadi mustahil untuk diulang. Yumna kembali membuka lembar selanjutnya dan melihat fotonya dengan Mas Dika."Sekarang kita sudah besar, Mas. Kita bukan anak kecil lagi dan aku selalu sayang sama kamu. Kelak, istrimu pasti beruntung memilikimu, anakmu akan bangga karena kamu adalah lelaki terbaik seperti ayah. Kamu yang penyayang dan perhatian pasti bisa membuat mereka senang
Tangis Nurul mereda setelah menangis hampir setengah jam, sekarang pun dia memilih langsung keramas untuk menyegarkan pikiran. Sementara itu, Yumna memandangi undangan pernikahan itu.Dia pernah mengira kalau namanya lah yang akan bersanding dengan nama Mas Ilham, tetapi kemudian digantikan oleh Nurul. Sekarang, sejarah kembali terulang, luka itu masih ada pada dua hati yang sama-sama pernah mengukir luka untuk Yumna."Kenapa, Yum?"Yumna mengangkat kepala mengalihkan pandangannya dari undangan tersebut. "Nggak apa, Bu. Andai bisa berandai tentang jodoh, bagusnya mereka balikan saja.""Sudah, jangan ingat hal seperti itu lagi, takutnya Nurul dengar dan sakit hati lagi."Yumna mengangguk sambil mengulas senyum. Sementara ibunya berlalu masuk dapur karena jam sudah menunjuk angka sebelas siang. Dia menegur Yumna tadi karena tidak mau anaknya mengingat luka masa lalu lagi.Sudah cukup banyak Yumna menderita. Bermula dari keluarga yang tidak kaya, Nurul, Syahdu, tetangga bahkan hampir saj
"Boleh, ini album foto waktu liburan ke Makassar." Mas Dika mengulurkan album foto itu dan langsung diterima baik oleh Nurul.Dia membukanya dengan pelan sekali dan mendapati foto Yumna, Gus Hanan dan Mas Dika di pantai yang belum pernah dipandang langsung oleh indra penglihatannya.Nurul sekali lagi merasa iri pada Yumna yang hampir sempurna kebahagiaannya. Dulu Yumna adalah gadis yang sengaja dia hancurkan dan sekarang malah dirinya yang sulit mendapat kebahagiaan.Album itu belum penuh, dia berharap kelak fotonya bisa ikut mengisi walau hanya selembar saja. Sebuah album yang sebenarnya memiliki kisah tersembunyi dan tidak semua orang mengetahuinya.Semua orang yang ada dalam album itu pernah menjadi musuh Nurul karena Gus Hanan pun sempat dibencinya. Nurul tahu kalau Gus Hanan yang selalu menolong Yumna ketika hampir disiksa oleh Bram.Nah, ketika fotonya ikut mengisi lembar album, maka lengkaplah sudah cerita itu agar mereka juga melihat bahwa inilah sosok yang pernah merusak suas
"Lah kok, sembarangan? Gus Qabil itu ustadz, anaknya Pak Kyai Sholeh, turunan orang baik. Emang kamu mau nikah sama tanjakan atau tikungan?"Nurul memejamkan mata mencoba bersabar dengan tingkah Yumna yang seolah mengejeknya dengan menyebut nama Gus Qabil. "Justru karena itu. Aku mana pantas sama beliau apalagi dengan kelakuan di masa lalu, Gus Qabil pasti ingat kalau aku si Pembuat Masalah itu.""Jangan melihat orang dari masa lalunya. Setiap orang bisa berubah, yang ahli maksiat jadi taat beribadah sementara ahli ibadah jadi sering melakukan maksiat. Gus Qabil pasti tahu itu, aku aja tahu.""Gak usah ngawur kamu, Yum." Nurul menyelesaikan pekerjaannya, kemudian melangkah cepat masuk rumah karena tidak mau terus disandingkan dengan Gus Qabil.Mencintai Gus Qabil sama saja mengukir luka di hati sendiri karena si Pungguk tidak akan pernah bisa memetik bulan. Nurul mendesah pelan karena lelah berpikir, dia menyadari kalau Yumna dulu seperti itu karena ulahnya.Sekali lagi, orang jahat m
Gus Qabil menepikan mobil mengantar adiknya pulang karena motor Gus Hanan dipinjam oleh pihak pesantren dulu untuk urusan yang sangat penting dan mendesak.Begitu turun dari mobil, mereka berdua baru menyadari kalau Bu Arin dan kawan-kawannya sedang berdiri di depan rumah Bu Dahlia. Ketika menajamkan pendengaran Gus Hanan langsung tahu kalau mereka membicarakan tentang Mas Ilham."Maaf, Bu, ini ada apa ya?""Nah, kebetulan banget ini suaminya datang," cetus salah satu dari mereka.Bu Arin langsung maju. "Begini ya, Gus. Istri Gus Hanan itu perlu diajari bagaimana menjadi istri yang baik. Masa sudah tujuh tahun menikah masih nangis begitu tahu Ilham datang bawa undangan pernikahan? Mentang-mentang dia belum pernah hamil, begitu?Ih, kalau aku sih amit-amit pertahanin hubungan pernikahan sama perempuan tukang selingkuh. Tuh si Yumna gak ada sadar dirinya, udah tahu mandul masih aja nyari umpan lain. Harusnya bersyukur karena Gus Hanan mau menjadikannya istri dan tidak ada niat mendua.A
Kebahagiaan yang ada pada Yumna berlangsung setiap hari, dia bahkan sangat semangat dalam mengajar. Tiada pernah lagi senyuman itu alpa terukir di bibirnya yang indah sekali pun Nurul masih menginap di rumah ibunya.Sekarang Yumna dan Gus Hanan berada di depan gundukan tanah bertuliskan nama Syahdu. Mereka belum pernah melupakan gadis yang pernah hadir dalam istananya sekalipun cukup meninggalkan luka."Mas, kenapa diam?"Gus Hanan menghela napas. Dia tidak mungkin berbohong pada istrinya. Sebenarnya lelaki itu sedikit merindukan Syahdu, makanya mengajak untuk ziarah. Kini dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terpaku di tempat.Memang sudah menjadi takdir gadis itu untuk menikah sebelum meninggal. Mengingat tingkah konyol Syahdu di detik-detik terakhir hidupnya membuat lelaki berpeci itu menunduk menyembunyikan senyum."Mas?"Ah ya, pipinya mungkin telah merona. Sebelum kembali mengangkat kepala, Gus Hanan berusaha mengingat hal-hal serius agar wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa