Yumna diam saja mendengar itu semua, lalu menyeka air matanya. Padahal Amel sudah senang karena sahabatnya bisa sedikit melawan dan membela diri, sekarang malah harus diam lagi.Detik selanjutnya Amel mendengar suara teriakan di luar memanggil nama Yumna. Mereka langsung meninggalkan Ozil dan memberinya cemilan serta menyalakan televisi, lalu berlari ke luar.Ternyata Bu Wenda datang sendiri dengan mimik muka marah. Perempuan tua itu sudah menguatkan mental untuk kembali setelah tahu kalau Amel ada di sana. Dia mendekati mereka yang sama sekali tidak ada rasa takut."Bu Wenda kalau mau buat keributan jangan sekarang, mood-ku sedang gak baik!" Yumna memperingatkan.Bu Wenda malah tertawa jahat. "Kenapa? Kamu takut? Asal kamu tahu ya, kemarin aku yang mengadu ke Gus Hanan dan tentu caranya berlebihan sampai bilang kalau kamu malah mencekik leherku dan menjambak rambut putriku. Bagus, kan?""Gus Hanan tidak marah, tuh. Lalu kenapa kalau Bu Wenda sudah mengadu? Aku tidak takut sama sekali
Keributan sepertinya semakin menjadi, Amel dan Yumna kembali berlari keluar. Tidak lupa untuk mengabari Mas Dika untuk izin dulu hari ini karena resikonya memang besar."Heh, jangan ngefitnah Bu Wenda dengan edit-edit foto ini. Bu Wenda mah gak mungkin selingkuh!" semprot salah seorang di antara mereka. Bu Wenda langsung mengacungkan jempol.Amel memutar otak, apa yang sudah terjadi sampai mereka semua tiba-tiba berpihak pada Bu Wenda padahal foto itu sudah jelas ada di tangan mereka. Lagi pula editan apa? Amel sama sekali tidak pernah melakukan itu.Yumna menajamkan pandangan sekalipun suara ribut masih mengganggu konsentrasinya. Dapat, dia langsung mendekat ke Amel. "Lihat tangan mereka memegang uang. Jangan-jangan disogok lagi. Kalau sejuta mah gak ada apa-apanya sama Bu Wenda, iya kan?""Benar, tapi gak berhasil kalau bahas itu. Apa aku tunjukin video atau percakapan mereka aja? Akun Facebook Bu Wenda kan masih di ponsel aku ini.""Udah, nekat aja!""Ibu-ibu yang baik, seperti yan
Cybele tidak mendengar yang penting bukan usiran dari Yumna. Dia merasa kalau posisinya dengan Amel adalah sama karena bukan penghuni ruman.Dia juga sangat kesal pada perempuan itu. Cybele tahu kalau Amel lah yang menyusun rencana untuk mengelabuinya dengan pura-pura diterima. Dia memang bodoh soal cinta, tetapi tentang tak-tik seperti itu dia kadang pandai membaca."Mbak, kenapa sih nggak mau banget aku nikah sama Gus Hanan? Sebenarnya kalau mbak izinkan, Gus Hanan pasti mau nikah sama aku. Lihat aku ini masih seger dan perawan, kurang apanya coba? Kita bisa kerjasama buat mengurus suami dan rumah. Bukannya manusia itu saling tolong menolong?""Cybele, aku gak ngizinin bukan karena nuduh kamu udah layu. Coba deh kamu pikir gimana kalau diduakan sama suami? Keputusanku sudah bulat dan gak ada kesempatan. Sorry kalau kemarin cuma PHP-in kamu soalnya mau memastikan siapa dalang di balik masalah ini karena gak mungkin ada orang asing tiba-tiba nekat menikah sama suamiku.""Aku akui suda
Cybele tidak menyerah, dia malah membalas Yumna dengan ikut mendorongnya. "Mbak boleh benci sama aku, tetapi apa gak kurang ajar kalau ngusir kayak gitu? Aku ini manusia bukan binatang!""Aku gak peduli. Tadi kamu kan yang sengaja mancing emosi aku, sekarang aku sudah marah dan gak mau ada kamu di sini. Pulang atau aku seret dari sini!""Katanya ngapal al-qur'an, kok bisa marah?" Bu Retno menimpali.Yumna menarik napas, dia berusaha mengontrol diri atau akan ditertawakan mereka. "Aku diam salah, marah salah juga. Emang ya netizen selalu ngerasa paling bener kayak kunci sorga itu ada di tangan dia. Aku juga manusia biasa, kadang salah bahkan banyak salahnya.""Miris banget anak zaman sekarang gak ada sopan santunnya. Padahal zaman dulu kita diajarin orang tua buat sopan ke siapa saja, diajarin buat jaga sikap gak teriak-teriak. Emang ya zaman sekarang makin hancur!""Bu Retno dulu diajarin nyinyir juga sama orang tuanya?"Bu Retno mendekat. "Coba ulang sekali lagi!""Cukup!" Bu Dahlia
Amel sengaja tidak pulang sampai bertemu Gus Hanan dulu karena dia harus ikut menjelaskan kalau memang ada kesalahpahaman. Dia yang memutuskan untuk menunjukkan foto Bu Wenda dengan selingkuhannya, adalah masalah besar kalau Yumna yang tertuduh menyebarkan.Bagaimana pun nanti, Amel harus bertanggungjawab. Dia tidak akan bisa tenang kalau tahu kabar tentang fakta yang terus dibalik. Apalagi kalau Gus Hanan sudah lebih dulu dihasut Bu Wenda dan yang lain, kan bisa berabe masalah.Gus Hanan memang mudah percaya kepada istrinya, tetapi hati seseorang mudah berubah apalagi kalau misal hasutannya sambil bawa saksi palsu. Seperti kemarin yang Bu Wenda sengaja drama di depan Gus Hanan demi melihat Yumna dimarahi."Deru motor Gus Hanan kan itu?"Yumna mengangguk, dia meletakkan sepiring nasi yang ada di tangannya. Gus Hanan tidak langsung pulang waktu pukul sebelas siang tadi karena muridnya banyak yang hadir. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu karena semua orang memiliki banyak kesi
"Meskipun aku diam tenang bagai ikan, tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan."—Maulana Jalaluddin Rumi.~~~Lepas muraja'ah hafalan, Yumna langsung melipat pakaian yang sudah menumpuk di depan televisi. Hanya sekitar dua puluh lembar pakaian miliknya dan suami juga beberapa sarung sholat dan satu seprei.Hari ini benar-benar melelahkan karena tidak tidur siang, lalu sorenya malah semangat murajaah tanpa persiapan. Biasanya Yumna akan menyediakan dua pop ice rasa cokelat untuk diminum saat jeda setelah selesai satu juz."Mbak Yumna!" teriak Andin dengan memanjangkan huruf a sepanjang enam harakat. Dia langsung duduk di samping Yumna yang menatap terkejut. "Tahu kabar nggak?""Kabar apa, sih? Ngagetin tau. Masuk rumah gak ngucap salam kayak orang abis dikejar jodoh!""Nanti aja itu, Mbak, pas aku pulang. Intinya aku mau nyampein perkara penting sepenting-pentingnya!""Awas aja kalau nggak penting. Mau bilang apa?"Andin menarik napa panjang, lalu mengembuskan perlahan agar ketik
Yumna sudah memberikan keterangan, sementara Amel menyodorkan bukti. Bu Wenda yang melihat mereka menatap penuh kebencian. Dia tidak terima kalau diusir sementara merasa bukan dalang dari masalah yang ada.Seharusnya yang paling bersalah menurut Bu Wenda adalah Yumna sendiri karena dia tidak beruntung sehingga lamarannya dibatalkan oleh Mas Ilham dan menimbulkan banyak cerita miring."Bu Wenda, bukti dan saksi terlalu memberatkan Bu Wenda sehingga kami tidak percaya kalau Yumna terlibat dalam kasus pembunuhan Syahdu. Kami tentu tidak lebih pintar dari pihak polisi yang sudah memenjarakan pelaku tanpa menangkap Yumna.Jika sudah seperti ini, Bu Wenda tidak bisa mengelak lagi kalau Ibu yang sudah menyebar fitnah itu sehingga Gus Hanan dipecat dari imam. Hal ini merugikan banyak pihak yang seharusnya tidak Bu Wenda lakukan. Pencemaran nama baik itu seharusnya ditangani polisi, tetapi keluarga dari pihak Yumna memberi keringanan–"Bu Wenda berdiri sambil memukul meja. "Saya akan pergi sen
Yumna kembali diajak suaminya untuk mengajar di masjid, hari ini memilih naik sepeda bersama karena motornya dibawa Mas Dika ke bengkel. Terlihat romantis dan sangat bahagia membuat Cybele yang melihat langsung terbakar api cemburu.Sejak kepergian Bu Wenda dua hari lalu, dia juga jadi bulan-bulanan tetangga lainnya karena sudah mau bekerja sama merebut suami orang. Cybele sedih, tetapi tidak pernah menyesal karena sudah menerima tawaran itu.Hari ini dia berencana untuk kembali mengusik kebahagiaan Yumna. Dia tidak mau melihat perempuan itu bahagia bersama Gus Hanan. Bagi Cybele, jika dirinya tidak bisa memiliki lelaki tampan itu, maka orang lain pun tidak boleh memilikinya.Dia sudah lengkap dengan buku iqra' yang dia bawa. Pendekatannya kali ini berbeda, dia harus menjadi musuh dalam selimut sebagaimana yang mereka lakukan dulu untuk mencari tahu dalang di balik perasaan Cybele.Dia dengan langkah anggun menuju masjid yang hampir dipenuhi oleh murid-murid. Cybele terlihat mirip sek