"Sekarang kita harus ke rumah Cybele, tetapi itu Bu Arin harus ditegasi juga!" perintah Amel benar-benar menutup mata.Yumna sudah mulai berani membela diri sendiri maka harus Amel manfaatkan sebelum rasa takutnya kembali mendominasi. Mereka sudah tiba di warung mpok Asih karena di sana ada Bu Arin.Begitu sampai, Yumna tidak mau lagi berbasa-basi. Dia langsung duduk di bangku panjang itu. "Bu Arin aku peringatkan untuk tidak buat cerita hoax lagi. Aku sudah bosan kalian fitnah dan hina seenak hati. Kapan saja Bu Arin mengulanginya, maka aku akan menutup mata dan telinga, tidak peduli dan akan melapor ke polisi atas kasus pencemaran nama baik.""Maksud kamu apa sih?" Bu Arin menatap sinis pada Yumna yang tersenyum manis."Bu Arin harus pandai menjaga sikap atau aku akan bertindak lebih jauh!"Setelah itu Yumna langsung menarik tangan Amel karena melihat Bu Arin hanya diam tanpa perlawanan. Dia tahu kalau Bu Arin hanya ikut-ikutan pada pemimpin anggota kelompoknya.Mereka tiba di sebua
"Dek, tadi ada yang bilang kamu buat keributan di rumah Bu Wenda, Bu Arin sama Cybele?" Pertanyaan Gus Hanan menghentikan aktivitas Yumna yang baru saja hendak menarik selimut."Kata siapa, Mas?""Pokoknya ada lah. Jawab saja pertanyaan mas, tadi benar kamu buat keributan?"Yumna tersenyum merasa bersalah karena selama ini suaminya mengajarkan untuk bersabar. Kadang Yumna menyerah, tetapi selalu ditegaskan ulang."Mas sudah sering bilang, gak-apa kamu dianggap bodoh sama orang lain yang penting tidak mendebat mereka. Kamu lupa sama kalimat 'jadilah mencintai seperti matahari, bersedekah seperti sungai, menjaga aib seperti malam, tawadhu seperti debu dan marah seperti orang mati', kamu gak lupa kan maksudnya apa?""Mencintai seperti matahari artinya sekalipun tidak dilihat orang, dia tetap menerangi. Bersedekah seperti sungai artinya terus mengalir tanpa putus. Menjaga aib seperti malam artinya tidak ada orang yang tahu karena mata tidak bisa melihat objek di malam hari. Tawadhu sepert
"Bilang aja, Mas. Aku mah gak apa-apa."Gus Hanan menghela napas. Dia pun menceritakan mimpinya yang bertemu Syahdu di sebuah taman yang sangat indah, tetapi gadis itu malah tidak menyukainya karena terlalu banyak mata yang memandang kepada sang suami.Akhirnya dia menarik tangan Gus Hanan dan menjauh dari sana. Syahdu terlihat bahagia, pipinya merah merona dan langsung memeluk suaminya sekilas. Dia mengucapkan kata-kata rindu yang sangat romantis.Pergiku dengan bahagiaSebab mendengar bahasa rindu, darimuAdaku dengan senyumanBerharap mendamaikan hatimuAku merindu, ingin temuAku mencinta, ingin dicintaJangan mengira aku tidak adaSebab jiwaku bersemayam di hatimuSuamiku...Tetaplah berbahasa cinta dan rinduRengkuh bahagiamu dengan senyumAku tidak akan pernah hilang"Lalu dia berbisik, Mas, rindumu telah sampai dengan bahasa fatihah," lanjut Gus Hanan.Yumna menelan kesedihannya, lalu mengganti dengan senyuman. Perempuan itu sangat hebat membalut lukanya. Dia menepuk tangan Gu
Yumna diam saja mendengar itu semua, lalu menyeka air matanya. Padahal Amel sudah senang karena sahabatnya bisa sedikit melawan dan membela diri, sekarang malah harus diam lagi.Detik selanjutnya Amel mendengar suara teriakan di luar memanggil nama Yumna. Mereka langsung meninggalkan Ozil dan memberinya cemilan serta menyalakan televisi, lalu berlari ke luar.Ternyata Bu Wenda datang sendiri dengan mimik muka marah. Perempuan tua itu sudah menguatkan mental untuk kembali setelah tahu kalau Amel ada di sana. Dia mendekati mereka yang sama sekali tidak ada rasa takut."Bu Wenda kalau mau buat keributan jangan sekarang, mood-ku sedang gak baik!" Yumna memperingatkan.Bu Wenda malah tertawa jahat. "Kenapa? Kamu takut? Asal kamu tahu ya, kemarin aku yang mengadu ke Gus Hanan dan tentu caranya berlebihan sampai bilang kalau kamu malah mencekik leherku dan menjambak rambut putriku. Bagus, kan?""Gus Hanan tidak marah, tuh. Lalu kenapa kalau Bu Wenda sudah mengadu? Aku tidak takut sama sekali
Keributan sepertinya semakin menjadi, Amel dan Yumna kembali berlari keluar. Tidak lupa untuk mengabari Mas Dika untuk izin dulu hari ini karena resikonya memang besar."Heh, jangan ngefitnah Bu Wenda dengan edit-edit foto ini. Bu Wenda mah gak mungkin selingkuh!" semprot salah seorang di antara mereka. Bu Wenda langsung mengacungkan jempol.Amel memutar otak, apa yang sudah terjadi sampai mereka semua tiba-tiba berpihak pada Bu Wenda padahal foto itu sudah jelas ada di tangan mereka. Lagi pula editan apa? Amel sama sekali tidak pernah melakukan itu.Yumna menajamkan pandangan sekalipun suara ribut masih mengganggu konsentrasinya. Dapat, dia langsung mendekat ke Amel. "Lihat tangan mereka memegang uang. Jangan-jangan disogok lagi. Kalau sejuta mah gak ada apa-apanya sama Bu Wenda, iya kan?""Benar, tapi gak berhasil kalau bahas itu. Apa aku tunjukin video atau percakapan mereka aja? Akun Facebook Bu Wenda kan masih di ponsel aku ini.""Udah, nekat aja!""Ibu-ibu yang baik, seperti yan
Cybele tidak mendengar yang penting bukan usiran dari Yumna. Dia merasa kalau posisinya dengan Amel adalah sama karena bukan penghuni ruman.Dia juga sangat kesal pada perempuan itu. Cybele tahu kalau Amel lah yang menyusun rencana untuk mengelabuinya dengan pura-pura diterima. Dia memang bodoh soal cinta, tetapi tentang tak-tik seperti itu dia kadang pandai membaca."Mbak, kenapa sih nggak mau banget aku nikah sama Gus Hanan? Sebenarnya kalau mbak izinkan, Gus Hanan pasti mau nikah sama aku. Lihat aku ini masih seger dan perawan, kurang apanya coba? Kita bisa kerjasama buat mengurus suami dan rumah. Bukannya manusia itu saling tolong menolong?""Cybele, aku gak ngizinin bukan karena nuduh kamu udah layu. Coba deh kamu pikir gimana kalau diduakan sama suami? Keputusanku sudah bulat dan gak ada kesempatan. Sorry kalau kemarin cuma PHP-in kamu soalnya mau memastikan siapa dalang di balik masalah ini karena gak mungkin ada orang asing tiba-tiba nekat menikah sama suamiku.""Aku akui suda
Cybele tidak menyerah, dia malah membalas Yumna dengan ikut mendorongnya. "Mbak boleh benci sama aku, tetapi apa gak kurang ajar kalau ngusir kayak gitu? Aku ini manusia bukan binatang!""Aku gak peduli. Tadi kamu kan yang sengaja mancing emosi aku, sekarang aku sudah marah dan gak mau ada kamu di sini. Pulang atau aku seret dari sini!""Katanya ngapal al-qur'an, kok bisa marah?" Bu Retno menimpali.Yumna menarik napas, dia berusaha mengontrol diri atau akan ditertawakan mereka. "Aku diam salah, marah salah juga. Emang ya netizen selalu ngerasa paling bener kayak kunci sorga itu ada di tangan dia. Aku juga manusia biasa, kadang salah bahkan banyak salahnya.""Miris banget anak zaman sekarang gak ada sopan santunnya. Padahal zaman dulu kita diajarin orang tua buat sopan ke siapa saja, diajarin buat jaga sikap gak teriak-teriak. Emang ya zaman sekarang makin hancur!""Bu Retno dulu diajarin nyinyir juga sama orang tuanya?"Bu Retno mendekat. "Coba ulang sekali lagi!""Cukup!" Bu Dahlia
Amel sengaja tidak pulang sampai bertemu Gus Hanan dulu karena dia harus ikut menjelaskan kalau memang ada kesalahpahaman. Dia yang memutuskan untuk menunjukkan foto Bu Wenda dengan selingkuhannya, adalah masalah besar kalau Yumna yang tertuduh menyebarkan.Bagaimana pun nanti, Amel harus bertanggungjawab. Dia tidak akan bisa tenang kalau tahu kabar tentang fakta yang terus dibalik. Apalagi kalau Gus Hanan sudah lebih dulu dihasut Bu Wenda dan yang lain, kan bisa berabe masalah.Gus Hanan memang mudah percaya kepada istrinya, tetapi hati seseorang mudah berubah apalagi kalau misal hasutannya sambil bawa saksi palsu. Seperti kemarin yang Bu Wenda sengaja drama di depan Gus Hanan demi melihat Yumna dimarahi."Deru motor Gus Hanan kan itu?"Yumna mengangguk, dia meletakkan sepiring nasi yang ada di tangannya. Gus Hanan tidak langsung pulang waktu pukul sebelas siang tadi karena muridnya banyak yang hadir. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu karena semua orang memiliki banyak kesi
EXTRA PART!!!____Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.Air berkata kepada yang kotor, "Kemarilah." Maka yang kotor akan berkata, "Aku sungguh malu." Air berkata, "Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?Singa terlihat paling tampan ketika sedang mencari mangsa. Jualah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu. Jika Anda jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin Anda akan dipoles.Anda dilahirkan memiliki sayap, mengapa lebih memilih hidup merangkak. Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang. Kau harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melak
Bu Wenda terus berjoget ria sambil berteriak kalau dia adalah fans Yumna. Tidak ada yang mau menghentikan Bu Wenda yang semakin kehilangan kendali itu bahkan anaknya saja sudah menjauh ketika Nurul memberi isyarat."Kalian tahu? Aku sudah memfitnah Yumna mengatakan dia hamil, makanya Ilham memutus lamaran itu. Aku bilang dia mandul sampai stres dan keguguran. Kira-kira Yumna mau maafin aku nggak, ya? Ada yang tahu jawabannya?"Lagi, dia tertawa keras."Di sini ada yang bernama Yumna? Ah, aku rindu setengah mati kepada Yumna. Sebenarnya aku mengakui semua kesalahan itu dan mau meminta maaf, tetapi sudah keburu gengsi duluan. Andai tidak ada yang berdiri di sisi Yumna, aku pasti bisa meminta maaf sama dia. Aku malu karena ada Nurul, Amel dan suaminya.Kalian tahu kalau suami Yumna itu putra Kyai Sholeh? Makanya aku tidak suka kalau Yumna bahagia. Sekarang saja aku mau mencekik lehernya biar dia mati atau kita bawa bermain-main di taman. Aduh, Syahdu kasihan sekali karena dia harus menin
Hari selasa yang cerah ketika Gus Hanan baru pulang mengajar di masjid, Yumna langsung menariknya masuk kamar dengan wajah berseri-seri."Mas, hari ini ingat hari apa?""Hari selasa?"Yumna menggeleng. Gus Hanan mencoba menebak bahkan hampir sepuluh kali tebakan, tetapi belum juga berhasil. Dengan sedikit kesal, Yumna memberi tahu kalau hari ini Gus Hanan genap berusia 27 tahun."Ah iya, mas udah 27 tahun hari ini. Aduh, kok sampai lupa ya?""Daaaan ... aku punya hadiah ulang tahun buat Mas Hanan.""Hadiah? Qur'an? Kitab? Atau kecupan lagi kayak tahun kemarin?"Sekali lagi Yumna menggeleng. Gus Hanan menyerah tidak mampu menebak. Dia akhirnya memeluk sang istri, berusaha membujuk untuk langsung menunjukkan hadiah itu saja.Yumna mengurai pelukan suaminya, dia merogoh saku gamis dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih dan biru. "Aku hamil, Mas. Selamat, kamu akan menjadi ayah!""Alhamdulillah, kamu serius, Dek?"Yumna mengangguk, sesuatu yang sejuk mengalir membasahi pipinya. "Dan
Mereka sudah tiba, tetapi Amel tidak bisa singgah karena Ozil sudah mencarinya sejak tadi. Begitu mobil hitam itu sudah melaju pergi, seseorang kemudian menghampiri mereka berempat."Aku turut bahagia karena melihat Nurul kembali. Ternyata dia yang menyebar berita itu, tetapi aku yang harus diusir." Bu Wenda datang bersama anak gadisnya.Nurul melihat ponsel gadis itu menyalah, dia pun tersenyum tipis dan memberitahu Yumna lewat isyarat sementara Mas Dika dan Gus Hanan diminta masuk saja karena bisa menangani mereka berdua.Begitu tinggal mereka berempat saja di pinggir jalan, Nurul langsung mendekat ke gadis itu agar suaranya lebih jelas dalam rekaman. "Ya, aku yang menyebarkan berita itu. Gimana rasanya harus disalahkan padahal bukan kita yang melakukannya?""Kurang ajar!""Tidak, aku tidak kurang ajar Bu Wenda. Semua orang sudah tahu kalau dalang di balik semua masalah yang ada adalah Bu Wenda sendiri karena sangat iri pada Yumna. Kesalahan Bu Wenda kan bukan hanya gosip, tetapi su
Pada hari pernikahan Mas Ilham tepat hari sabtu, mereka semua berkumpul di rumah Yumna dengan baju seragam meskipun Amel dan Kevin beda motif asalkan warnanya sama. Mereka telat pesan atau mungkin sebut saja Nurul terlalu cepat memesan karena tidak mau ayahnya ingkar janji.Untuk ketiga perempuan itu semuanya membawa kado, sementara laki-laki mengantongi amplop saja. Mereka semua memakai baju yang hampir sama. Hari ini Nurul terlihat sangat cantik.Sebelum berangkat, dia meminum segelas air dulu untuk menenangkan diri. Luka dalam hatinya dibalut sedemikian rupa. Mereka berpasang-pasangan kecuali Mas Dika yang harus kembali memerankan perannya.Jika dulu dia pura-pura berpasangan dengan Yumna, sekarang bersama Nurul. Mas Dika tersenyum pada adiknya yang selama ini dia benci, tetapi kini mulai membuka hati untuk menerimanya."Nanti sama Mas Dika aja biar mereka mengira kamu juga punya pasangan. Pokoknya nanti jangan pernah masang muka sedih, harus mengalihkan pikiranmu dari Mas Ilham. J
Sesampainya di rumah, mereka berdua terkejut oleh kedatangan Amel. Sepertinya hari akan semakin panjang karena kedatangan Amel yang membawa banyak makanan. Sekalipun mereka sudah dewasa, tetapi yang namanya perempuan kadang bertingkah seperti anak-anak."Ozil mana, Mel?""Sama neneknya, dia gak mau ikut tadi karena keasyikan main sama sepupunya."Yumna mengangguk, dia senang sekali melihat banyak gorengan termasuk ayam geprek di depannya. Mereka kumpul di ruang tengah karena tidak mau diganggu oleh tamu. Hari yang menyenangkan setelah bertemu Mas Ilham.Masalah itu Yumna ceritakan pada Amel bukan untuk memancing amarahnya, tetapi seorang perempuan sangat sulit untuk menyimpan masalahnya sendiri apalagi jika sudah lama dan terbiasa saling berbagi cerita dengan sahabat."Mas Ilham kok bego banget, ya? Masa dia mau jatuh ke jurang yang sama?""Gak tahu tuh. Udah aku bilangin juga karena aku sebagai orang ketiga di masa lalu itu serius, nyeselnya sampe sekarang, nyeseknya sampe ke hati. A
"Ide apa, Mas?""Nah, sebagian perempuan kan kalau mendapat darah keluar lebih lima belas hari itu langsung menentukan bahwa 15 hari haid dan selebihnya istihadhoh, ya kan?"Yumna mengangguk."Nah, kamu adakan hari khusus untuk membahas masalah darah itu biar mereka yang tadinya bingung dan ragu, menjadi yakin dan tahu darah apa yang keluar itu. Mas tidak bisa ngejelasinnya karena nanti ada pertanyaan pasti malu untuk dipertanyakan. Nah kalau sesama perempuan kan enak. Gimana?""Ya boleh, Mas, tapi aku mau pahami ulang dulu dan latihan menjelaskan di depan kamu. Kalau ada salah-salah kan aku yang kena dosanya juga, Mas.""Woke siap, kalau gitu mas mau menyiapkan materi khutbah dulu buat hari jumat nanti. Kamu ngelakuin apa aja deh bebas."Yumna mengangguk cepat, dia lalu menemui Nurul di rumah ibunya karena merasa bosan dan jenuh sendirian. Makanya dia memiliki ide untuk menjual makanan saja daripada tidak ada kegiatan seperti sekarang toh lokasi di depan rumah lumayan luas apalagi ka
Di malam hari, Gus Hanan duduk dengan istrinya di meja makan padahal makanan sudah tidak terhidang lagi di sana. Lelaki itu menopang wajah dengan kedua tangannya karena merasa kurang komunikasi dengan para murid yang keluar begitu saja.Padahal seharusnya seorang guru harus menanyakan keadaan muridnya juga yang apabila tidak hadir atau malah memilih mengundurkan diri. Saat itu memang Gus Hanan bertanya, tetapi mereka hanya diam, lalu besoknya tidak ada kabar lagi."Mungkin bagusnya kala ngajar di rumah aja biar gak ada cerita miring lagi?""Jangan dulu, Mas. Kamu harus bicara sama panitia masjid dulu. Bisa jadi bukan mereka pelakunya, tetapi jamaah atau orang lain yang mau nama kamu buruk di mata semua orang, Mas. Baru satu orang, kan, yang ngomong kayak gitu?""Entah sejak kapan iuran pengajian itu diadakan. Mas jadi semaki kepikiran padahal selama ini ikhlas dan tidak pernah berpikir untuk memintai mereka bayaran walau sekali dalam setahun."Yumna juga bingung sendiri, ingin mencari
Pernyataan Cinta—Jalaluddin Rumi—Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-MuApakah maksud-Mu? Mana kutahu?Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selaluKukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-MuBagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusaMeskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat kasih aku jelas nyataAku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semiHingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi***Nurul tersadar dari kesedihannya setelah Yumna mengingatkan kalau dia harus memperbaiki hubungan dengan Allah agar rasa kecewa dari berharap lebih itu beringsut hilang.Dia menyeka air matanya, menelan kesedihan itu dan mengganti dengan senyuman. Nurul kembali merasakan bagaimana menjadi Yumna ketika harus ditinggalkan oleh orang yang sudah lama ditunggu untuk bersatu.Karma itu tidak ada, tetapi balasan atas perbuatan selalu ada. Nurul menyesal dan sekali lagi merintih memohon ma