"Apa-apaan ini, Pak! Kenapa Bapak jebloskan saya ke penjara. Padahal selama ini saya juga bekerja untuk Bapak!" "Bekerja? Kamu sama sekali tidak bekerja untuk saya. Tapi kamu menipu saya. Sekarang kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu. Kamu hampir membuat perusahaan saya bangkrut dengan tidak melakukan produksi barang dan kamu menyelundupkan uangnya. Dasar kamu maling!" kata Pak Rifat menunjuk Alif. Karena Pak Rifat adalah orang penting. Dia juga punya teman seorang aparat. Pak Rifat juga sudah melaporkan perbuatan Alif ke pihak yang berwajib. Datanglah Polisi untuk menangkap Alif. Pak Rifat sebelumnya sudah memberikan bukti-bukti kepada polisi kalau Alif seorang penjahat. Lelaki tambun bersama Mona sengaja menjebak Alif dan membuat dia mengaku di depan keluarganya. "Apa-apaan ini, Pak!" Mata Alif mendelik ketika melihat Polisi datang secara tiba-tiba. Dia tidak menyangka kalau Polisi datang kemari atas undangan Pak Rifat. Padahal dia berpikir untuk menyelesaikan masala
Setelah kejadian itu Miranti bercerita kepadaku kalau dia sudah ditalak Mas Alif. Dia ditalak Mas Alif saat mereka mengunjungi laki-laki itu di penjara. Miranti bersedih. Namun dia menerimanya dengan kepahitan. Hubungannya dari awal tidak baik dengan cara merebut suami orang dan ini adalah balasan yang setimpal yang dirasakannya atas perbuatannya. "Kamu serius mau pergi? Aku nggak masalah kalau kamu mau tinggal di sini dan merawat anak kamu di sini." "Tidak Sandrina. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kamu. Aku tahu mungkin kamu juga tidak suka kepadaku. Aku merasa risih juga karena perbuatanku yang sudah menyakiti kamu. Aku minta maaf sekali lagi sama kamu. Walaupun pertemanan kita tidak akan sama seperti dulu. Aku masih berharap kita berteman seadanya.""Ya, Semoga kamu dan anak kamu sehat. Kamu menemukan kebahagiaan di tempat yang baru. Aku hanya ingin kamu tidak menyalahgunakan kepercayaan orang lain untuk kepentinganmu. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaanmu di sana, Mir."
Ku Buat Kamu Miskin, Mas!**'Alhamdulillah, Positif.' Tak sengaja aku melihat story' dari Miranti, sahabatku. Aku tertegun, dia sudah menikah? Aku begitu penasaran, lalu aku nge-chat dia lewat aplikasi hijau. [Mir, Tega kamu, kamu nikah gak ngundang-ngundang aku.] Dia tidak menjawabnya. Karena penasaran aku kembali lagi melihat story' nya namun sudah di hapus oleh Miranti. [Maaf, Sand, mana mungkin aku gak ngundang kamu dalam pernikahan aku. Itu punya kakak Iparku.] Balasan pesan dari Miranti datang. [Aku kira kamu yang hamil, awas ya kalau menikah gak ngundang-ngundang aku, aku marah besar sama kamu.] [Beres, doakan segera bertemu pendamping hidup. Kapan kamu pulang. Kamu kok sibuk sekali, Sand?] [Beginilah, mumpung belum punya anak, aku lagi senang-senang nya bekerja. Suamiku juga mendukung pekerjaanku. Soal pulang kayaknya dalam Minggu ini.] [Semoga sukses, Sand.] Miranti menutup percakapan kami. Aku duduk di balkon, sudah seminggu aku ada di Malaysia menghadiri undanga
KU BUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 2** PoV Sandrina Aku merasa kecewa pada Mas Alif. Mengapa dia mempekerjakan Miranti sebagai sekretaris dan hanya diam saja padaku. Apakah dia tidak menghargai aku sebagai istrinya. Bukankah karena Papa derajat Mas Alif terangkat. Dia dulu nya hanya lelaki biasa. Pekerjaannya juga sebagai tukang photo Copy di kantor. Karena di nilai jujur oleh Papa, Mas Alif diangkat menjadi karyawan di Perusahaan. Mas Alif mulai kuliah lagi di malam hari agar jabatannya bisa naik dan Papa mendukungnya. Namun mengapa dia tega berbuat curang di belakangku. Apakah keinginan menguasai sedemikian besar? Padahal kami adalah suami istri. Aku membebaskan dia bekerja memajukan usaha Papa. Aku percaya sepenuhnya pada suamiku. Hatiku rasanya sakit. Aku tak sangka lelaki itu tega mengkhianati aku seperti ini. Miranti yang ku percaya tega merebut suamiku jika anak itu adalah anak Mas Alif. "Bu, apakah Ibu Sandrina baik-baik saja?" tanya Damar padaku. Aku menghela napas, bagaiman
KU BUAT KAMU MISKIN, MAS bag 3. **"Ada apa, Sand? Kamu sedang ada masalah?" tanya Mbak Fey, teman yang mengundangku untuk kolaborasi di even rancangannya. "Ada sedikit masalah, Mbak. Aku sepertinya besok harus pulang ke Indonesia karena harus menyelesaikan masalahku!" kataku padanya. Dia heran melihatku. "Tetapi acara kita masih berjalan, Sand. Melalui even ini rancangan mu bisa di terima. Apakah masalahmu sangat rumit?" Aku menghela napas. Entah mengapa di khianati Miranti dan Mas Alif, aku jadi tak mempercayai orang lain. Tetapi menghadapi sendiri maka aku tak akan bisa. Mbak Fey adalah desainer yang cukup terkenal. Dia tidak pelit berbagi Ilmu. Usianya jauh sekali di atas ku. Karena dukungan dari nya aku bisa di kenal cukup luas. Mbak Fey sudah seperti kakak ku sendiri. "Sand, masalah kamu pasti sangat rumit. Kamu bisa berbagi cerita ke Mbak, insya Allah bila mampu maka Mbak akan membantu," katanya. Ku pandangi wanita di depanku. Yang Kusuka darinya juga adalah sikap rendah
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 4**PoV Sandrina"Hai, Mir!" seruku ke temanku yang sedang duduk nyaman di kursi pimpinan. Dia terkaget melihat aku sudah ada di depan nya. "Sandrina, bukannya kamu di Malaysia!" katanya langsung berdiri. Dia merasa tak enak dan menundukkan pandangannya. "Kenapa kamu bisa masuk ke ruangan ini. Mir? Banyak hal yang terjadi selama sebulan ini ya. Aku memang gak mengecek Pabrik dan seminggu aku pergi ke Malaysia. Apa yang terjadi sehingga kamu bisa duduk nyaman di sini?" kataku dengan sinis padanya. Lalu aku berjalan dan menabrak bahunya untuk duduk di kursi yang tadi di dudukinya. "Sand, kamu jangan salah paham dulu ya. Aku ... Aku ...." Miranti tampak bingung dia berusaha keras mencari perkataan yang tepat. "Apa. Aku menunggu penjelasan!" sentakku menatapnya tajam. "Sand, aku sedang punya masalah keuangan. Mantan pacarku meninggalkan aku dan membuat aku berhutang. Aku gak tahu lagi mau bagaimana. Hingga aku melamar kerja di Perusahaan kamu. Mas Alif me
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 5. **Aku mematikan gawaiku, merasa muak pada Mas Alif. Semua masih misteri yang belum di jawab. Aku harus cari tahu siapa yang hamil dan ada hubungan apa dia dengan Miranti, karena aku hanya berfokus pada story' wa Miranti tempo hari. Mas Alif sepertinya belum puas. Dia beberapa kali menghubungi aku. Tetapi aku masih enggan menganggat nya. Lalu dia berkirim pesan padaku. [Sand, kamu marah sama aku ya, sayang. Aku salah, Sand. Dia menangis di kaki ku dan berkata sedang susah. Aku kasihan sama dia karena sahabat kamu. Miranti punya nilai bagus dan ku pertimbangkan dia jadi Sekretaris karena dia dekat dengan kamu juga, Sand.] Mas Alif mengirimi aku pesan. Entah mengapa aku tak percaya padanya. Dia beberapa kali menghubungi aku. "Apa!" "Sand, kenapa kamu masih marah sama aku, sayang. Udahlah marahnya, aku janji akan lebih perhatian sama kamu, Sand." "Oh, gitu. Aku sedang di kantor dan mengapa keuangan Pabrik anjlok. Kamu gimana sih ngurus Perusahaan pen
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 6. **"Kamu hamil?" tanyaku. Dia secara cepat menggelengkan kepalanya. "Enggak, Sand. Kenapa kamu nuduh aku kayak gitu!" "Kamu barusan muntah-muntah kayak orang hamil!" sentakku padanya. Dia membalik badannya mengelap kasar wajahnya. "Emang yang muntah-muntah cuma orang hamil saja, aku gak enak badan karena masuk angin. Oh, aku lupa kamu gak pernah hamil jadi menganggap setiap orang yang muntah sudah pasti hamil!" Dia masih sempat menyudutkan ku karena sampai sekarang belum punya anak. "Anak adalah anugerah Tuhan. Lebih baik aku belum di kasih tetapi gak hamil di luar nikah mengandung anak haram. Kamu tahu gak, anak haram gak dapat apapun dari ayah biologisnya termasuk harta warisan!" Aku membalik ucapanku padanya. Wajah Miranti merah padam mendengar tutur kataku. "Apa maumu sebenarnya, Sand. Kenapa kamu menyudutkan aku?" "Kenapa kamu selalu merasa tersudut? Siapapun pasti akan curiga karena tiba-tiba kamu bekerja di sini dan menjadi sekretaris pula.
Setelah kejadian itu Miranti bercerita kepadaku kalau dia sudah ditalak Mas Alif. Dia ditalak Mas Alif saat mereka mengunjungi laki-laki itu di penjara. Miranti bersedih. Namun dia menerimanya dengan kepahitan. Hubungannya dari awal tidak baik dengan cara merebut suami orang dan ini adalah balasan yang setimpal yang dirasakannya atas perbuatannya. "Kamu serius mau pergi? Aku nggak masalah kalau kamu mau tinggal di sini dan merawat anak kamu di sini." "Tidak Sandrina. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kamu. Aku tahu mungkin kamu juga tidak suka kepadaku. Aku merasa risih juga karena perbuatanku yang sudah menyakiti kamu. Aku minta maaf sekali lagi sama kamu. Walaupun pertemanan kita tidak akan sama seperti dulu. Aku masih berharap kita berteman seadanya.""Ya, Semoga kamu dan anak kamu sehat. Kamu menemukan kebahagiaan di tempat yang baru. Aku hanya ingin kamu tidak menyalahgunakan kepercayaan orang lain untuk kepentinganmu. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaanmu di sana, Mir."
"Apa-apaan ini, Pak! Kenapa Bapak jebloskan saya ke penjara. Padahal selama ini saya juga bekerja untuk Bapak!" "Bekerja? Kamu sama sekali tidak bekerja untuk saya. Tapi kamu menipu saya. Sekarang kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu. Kamu hampir membuat perusahaan saya bangkrut dengan tidak melakukan produksi barang dan kamu menyelundupkan uangnya. Dasar kamu maling!" kata Pak Rifat menunjuk Alif. Karena Pak Rifat adalah orang penting. Dia juga punya teman seorang aparat. Pak Rifat juga sudah melaporkan perbuatan Alif ke pihak yang berwajib. Datanglah Polisi untuk menangkap Alif. Pak Rifat sebelumnya sudah memberikan bukti-bukti kepada polisi kalau Alif seorang penjahat. Lelaki tambun bersama Mona sengaja menjebak Alif dan membuat dia mengaku di depan keluarganya. "Apa-apaan ini, Pak!" Mata Alif mendelik ketika melihat Polisi datang secara tiba-tiba. Dia tidak menyangka kalau Polisi datang kemari atas undangan Pak Rifat. Padahal dia berpikir untuk menyelesaikan masala
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 60. **PoV Author. Alif sebenarnya ingin pergi dari sana karena situasinya tidak kondusif. Mereka semua berkumpul seperti ingin menyidang dirinya dan menyalahkan dirinya atas segala hal yang terjadi selama ini. Alif merasa posisinya tidak aman sekarang. Namun mau pergi juga tidak bisa. Tiba-tiba tangannya dipegangi oleh kedua Bodyguard Pak Rifat. Mereka membentak Alif. Laki-laki itu tak berkutik akhirnya dia menurut saja duduk seperti yang diinginkan mereka semua. Kedua Bodyguard tetap setia berada di sisi kanan dan kirinya. Alif beberapa kali berusaha melihat kesempatan untuk kabur Namun sepertinya tidak bisa. Dia terus di pegangi dengan kasar. Seketika dia saat ini pasrah, mereka semua duduk memandangi dirinya untuk bertanya macam-macam. "Ada apa ini, Mona? Kamu menyuruh aku datang ke tempat ini. Aku berpikir kita akan berbicara berdua di sini. Tapi aku nggak nyangka di sini banyak orang. Ada Sandrina dan yang lainnya kenapa kamu suruh aku datang kemari?
Mona berkata miris. Teringat kembali kebohongan-kebohongan yang diberikan Alif kepadanya. Dengan bodohnya dia percaya kepada laki-laki yang sudah banyak menipunya. "Kamu ini bicara apa sih. Itu sama sekali nggak benar. Alif itu sangat baik lagi pula dia tidak sengaja. Mungkin karena ada sesuatu hal yang membuat dia berbohong." Bu Rifah meringis bingung. "Aku ingin bertanya kepadamu, Bu. Apakah benar dia Alif dan bukan Putra?!" tanya Mona kembali. "Itu ...." Bu Rifah bingung mau menjawab apa. "Jawab dong, Bu!" kali ini Miranti yang berbicara. Bu Rifah menatap Miranti jengkel. Mau ikut campur saja urusannya. "Nak, Mona. Ibu belum tahu pasti, apakah dia Alif atau Putra seperti yang kamu bicarakan. Cuma Ibu memang benar-benar harus melihat dia secara langsung untuk memperjelas. Apakah dia anak Ibu Alif atau bukan," ucap Bu Rifah. Wanita itu berusaha mencari jalan tengah. Baginya terserah Alif saja. Kalau mau mengaku Putra, demi uang dan harta maka dia tak masalah anaknya berbohong.
Hanya itu yang Mona katakan. Dia mematikan gawainya. Rasa sakit hatinya sudah begitu dalam. Dia tidak mau berbicara panjang lebar lagi kepada Alif. Teringat ucapan Papanya, Alif itu adalah laki-laki yang cerdik. Dia sangat pintar bermanis mulut dan kalau dia sudah bermanis mulut maka Mona masih bisa ditipunya dengan berbagai tipu daya dan bualan-bualan seorang lelaki untuk memanfaatkan dirinya. Alif adalah penipu ulung. Beberapa saat Mona berpikir. Akhirnya dia mendapatkan ide. Dia tahu di mana Panti asuhan Sandrina. Karena penasaran dengan Sandrina Mona sempat memata-matai Sandrina. Jadi dia tahu di mana butik Sandrina dan Panti asuhan Sandrina. Mona yakin kalau sore hari Sandrina dan suaminya ada di sana. Mona berpikir lagi. Tidak mungkin Sandrina tidak mengenal wanita bernama Miranti yang tadi merusak pernikahannya. Pasti Sandrina mengenalnya jadi Mona harus banyak berkomunikasi dengan Sandrina tentang Alif dan apa langkah selanjutnya yang akan diambilnya. Wanita itu kemudian kel
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 59. **POV AUTHOR. Sebelumnya Alif beberapa kali menghubungi Mona untuk menyampaikan permintaan maafnya tetapi Mona tidak mengangkat gawainya. Walaupun Mona tidak mematikan panggilannya karena dia mau melihat seberapa banyak Alif menghubunginya. Ternyata banyak sekali panggilan yang tak terjawab. "Sayang, Untuk apa kamu menangisi laki-laki yang menipu kamu. Belum apa-apa saja dia sudah membohongi kamu. Bagaimana kalau nanti kalian menikah dan pasti masih banyak sekali kebohongan dalam dirinya. Papa juga menyesal membantunya kalau seperti ini keadaannya." "Terus apa yang harus aku lakukan, Pa? Aku juga bingung. Aku mencintainya tapi dia sudah membohongi ku.""Sebenarnya ada yang ingin Papa katakan kepadamu. Kalau produksi barang kita banyak yang gak berjalan. Papa sudah menyuruh orang untuk menyelidiki. Ternyata Putra dalang dari semua ini. Perusahaan Papa mengalami kerugian yang tidak sedikit. Kerugian itu banyak. Papa nggak menyangka kalau dia melakukan in
Miranti terdiam mendengar sikap kasar Sandrina karena sebenarnya dia yakin Sandrina itu adalah teman yang baik. Namun memang dia yang sudah menghianati pertemanan mereka. Apalagi merebut suaminya dulu. Ini adalah karma atas perbuatan yang sudah dilakukannya. Wajar Sandrina marah kepadanya. Sekarang saja ketika melihat Mona merebut Alif dari dirinya, Miranti marah. Apalagi hal yang dirasakan Sandrina pernah dia lakukan dan dia menghianati temannya sendiri. "Bu tolong pergilah. Sandrina tidak suka Ibu ada di sini. Ini tempat Sandrina. Aku saja menumpang di sini dan karena kebaikan hatinya aku bisa merawat bayiku beberapa bulan di sini. Jadi aku minta ibu dan Ratmini pulang saja ke kampung atau kalian jumpai Mas Alif saja, calon istrinya yang kalian bilang kaya itu. Jumpai saja mereka. Tolong kalian pergi dari sini!" "Sekarang kamu enak sekali mengusir kami setelah kami datang dari kampung. Bagaimanapun saya harus bertemu Alif karena saya mau melihat sendiri apakah dia benar-benar Alif
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 58. **POV author. "Mir, kamu mau ke mana sekarang? Bukankah kamu juga gembel setelah lari dari rumah ibu kamu nggak punya tempat tinggal?" tanya Bu Rifah geram ke Miranti. "Ya, asal ibu tahu ya setelah lari dari rumah Ibu itu aku memang terlunta-lunta karena nggak punya keluarga lagi. Untuk pulang ke luar kota menjumpai abangku. Sama sekali aku tak ada biaya. Semua ini gara-gara mulut manis Mas Alif dan ibu tapi apa yang aku dapatkan di kampung sama sekali kesengsaraan!" "Terus, kalau kamu memang terlunta-luntas sekarang. Tapi kamu penampilannya udah jauh lebih bersih. Walaupun masih tetap saja kumuh. Kamu pasti punya tempat tinggal kan sekarang? Biarkan kami tinggal bersama kamu selama kami berada di kota. Kami juga nggak tahu kemana tujuan kami setelah Sandrina ngusir kami!" "Itu bukan urusanku, Bu! Sewa saja hotel. Kalian bisa tinggal di sana atau hubungi Mas Alif!" Bu Rifah mendengkus kesal mendengar ucapan Miranti. Mereka bingung sekarang. Padahal M
Setelah di ruangan ganti. Alif melepaskan tangan Ibunya secara kasar dan menatap tajam Miranti. Dia merasa kacau bukan main. Apakah semua kebohongannya harus berakhir sekarang? "Nak, kenapa kamu kasar banget sama Ibu!" "Udah berapa kali aku bilang kalau aku bukan Alif. Aku Putra!" kata Alif masih berusaha berbohong. "Ibu yakin kamu Alif. Kami bahagia sekali bertemu dengan kamu," lirih Bu Rifah. "Siapa yang suruh kalian datang ke sini?!" "Aku yang suruh, Mas. Aku sengaja menyuruh mereka datang untuk melihat kamu langsung. Mereka keluarga kamu dan pasti lebih mengenali! Kamu gak bisa membohongi aku juga karena aku tahu suamiku!" kata Miranti. Plak!Dengan cepat Alif langsung melayangkan tamparan keras ke wajah Miranti. Miranti terkaget apalagi dia sedang menggendong bayi. Sudut bibirnya. "Berani kamu gampar aku, Mas!" "Kamu jangan ikut campur urusanku!" Mata Alif berkilat marah. Saat itu Alif melirik Sandrina yang datang dengan Damar ke ruangan itu. "Mau apa kamu?!" kata Alif.