KU BUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 2
**
PoV Sandrina
Aku merasa kecewa pada Mas Alif. Mengapa dia mempekerjakan Miranti sebagai sekretaris dan hanya diam saja padaku. Apakah dia tidak menghargai aku sebagai istrinya.
Bukankah karena Papa derajat Mas Alif terangkat. Dia dulu nya hanya lelaki biasa. Pekerjaannya juga sebagai tukang photo Copy di kantor. Karena di nilai jujur oleh Papa, Mas Alif diangkat menjadi karyawan di Perusahaan. Mas Alif mulai kuliah lagi di malam hari agar jabatannya bisa naik dan Papa mendukungnya.
Namun mengapa dia tega berbuat curang di belakangku. Apakah keinginan menguasai sedemikian besar? Padahal kami adalah suami istri. Aku membebaskan dia bekerja memajukan usaha Papa. Aku percaya sepenuhnya pada suamiku.
Hatiku rasanya sakit. Aku tak sangka lelaki itu tega mengkhianati aku seperti ini. Miranti yang ku percaya tega merebut suamiku jika anak itu adalah anak Mas Alif.
"Bu, apakah Ibu Sandrina baik-baik saja?" tanya Damar padaku. Aku menghela napas, bagaimana mungkin aku baik-baik saja kalau aku di khianati.
"Ya, aku baik-baik saja, aku pasti perlu bantuan kamu untuk mengungkap kasus ini. Mengapa Mas Alif tega membuat bangkrut usaha Papa secara perlahan. Apa tujuan dan motifnya serta mengapa Miranti menjadi sekretarisnya? Semua itu perlu di jawab!" kataku menatapnya.
"Apa yang bisa saya lakukan kalau saya saja sudah di pecat oleh Pak Alif," katanya dengan lesu padaku.
"Pasti ada. Saya masih butuh bantuan kamu. Saya akan kabarkan lagi apa yang harus kamu lakukan karena datang tiba-tiba menuduh pada Mas Alif akan percuma. Dia pasti berkilah, bila dia berkhianat padaku maka caranya adalah menghancurkan dia secara perlahan. Miranti juga akan menyesal mengkhianati aku sebagai teman!" kataku dengan pandangan tajam ke satu arah. Dadaku bergemuruh hebat karena tak sangka kejadian yang tiba-tiba ini.
"Baik, Bu. Hubungi saja saya. Saya siap membantu kapanpun di butuhkan," katanya. Aku mengambil amplop di dalam tas lalu ku sodorkan ke Damar.
"Apa ini, Bu?" tanya nya.
"Ini biaya perjalanan kamu ke sini. Sekalian saya sudah pesankan hotel untukmu selama dua hari. Karena saya juga harus cari cara yang bagus mengungkap ini!"
"Tetapi, Bu …." Dia menolak secara halus. Aku dengan segera menjawabnya.
"Saya sudah berjanji dan kamu harus mengambilnya," kataku sedikit memaksa. Damar menghela napas lalu mengangguk.
**
Aku terduduk di balkon hotel memandang kota Kuala Lumpur di malam hari. Gemerlap lampu-lampu kota menghiasi jalanan dengan kendaraan yang berlalu lalang.
Gawai ku bergetar, panggilan dari Mas Alif. Aku tersenyum getir melihat namanya terpampang di gawaiku. SUAMIKU SAYANG, nama itu adalah nama Mas Alif yang ku tulis di list kontak dalam gawaiku. Setelah ini bisa di pastikan kalau aku akan segera menggantinya. SUAMI PENGKHIANAT, itu akan kuganti untuknya.
"Assalamu'alaikum," sapaku seperti biasa.
"Sand, kenapa kamu belum tanda tangan juga, Handphone kamu kemarin gak aktif. Ini penting, Sand!"
Mas Alif langsung to the point ke masalah utama. Seperti nya dia benar-benar mau membuat Perusahaan Papa bangkrut.
"Acaraku juga penting dan Handphone ku low, Mas. Kenapa mendesak sekali. Kamu hanya memikirkan tentang uang dan kepentingan mu. Apa hanya itu tujuanmu menghubungiku?"
Aku sengaja mematikan panggilan darinya. Rasa muak memenuhi dadaku. Apalagi teringat Miranti menjadi sekretarisnya. Mas Alif menghubungi ku lagi. Aku masih malas mengangkatnya, dia tak akan mendapatkan tanda tangan dariku.
[Maafkan aku, sayang. Tetapi tanda tangan kamu penting untuk kelangsungan Perusahaan kita kedepannya.]
Karena aku tak angkat Mas Alif berkirim pesan. Dia kembali menghubungi aku, aku mencoba tenang agar dia tak curiga karena secara perlahan Mas Alif akan aku tendang dari Perusahaan Papa.
"Apa maumu?" tanyaku dengan ketus.
"Maaf, sayang. Aku minta maaf jika mengabaikan kamu. Tetapi kalau Pabrik mau maju maka kita harus melakukan beberapa gebrakan. Aku hanya berpikir kemajuan Pabrik sampai lupa padamu. Aku tetap mencintaimu, semua ini kulakukan untuk kebaikan kita," katanya lembut di ujung telepon. Dia mau memajukan Pabrik? Yang ada membuat bangkrut.
"Karena aku marah maka kamu datang ke sini dua hari lagi menjemputku dan membawakan aku bunga serta kita bersama-sama jalan-jalan mengelilingi kota Kuala Lumpur, apa kamu bersedia?"
"Sand, kamu kan tahu aku sibuk, maafkan aku, sayang. Aku banyak pekerjaan di sini, dan gak bisa di tinggal. Mohon kamu bekerja sama dan tanda tangani saja dokumen itu, Sand," katanya menolakku.
"Oh, gitu jadi kamu gak bisa. Apa ada wanita lain yang mengisi hati kamu!"
"Enggak, sayang. Aku cuma sayang sama kamu. Tetapi emang pekerjaan aku banyak sekali!"
Aku mematikan lagi sambungan telepon. Semakin yakin kalau Mas Alif berkilah untuk menipuku. Beberapa kali dia menghubungi dan aku tak angkat.
Aku gelisah, ini tak bisa di biarkan. Mas Alif dan Miranti sepertinya ingin memperkaya diri. Aku mengambil gawaiku yang lain lalu menghubungi Saskia di bagian keuangan.
"Halo,"
"Ini Sandrina, saya minta sama kamu blokir semua rekening Perusahaan!"
"Tetapi, Bu!"
"Apa?"
"Bapak Alif, Bagaimana?"
"Siapa bos kamu? Dia apa aku? Perusahaan akan bangkrut kalau kamu takut sama dia. Lakukan perintahku karena aku memegang wewenang tertinggi untuk menyelamatkan Perusahaan peninggalan Papaku!"
"Baik, Bu!"
"Jangan kamu katakan padanya. Biar dia menyadari sendiri kalau rekening sudah terblokir!"
"Baik, Bu!" katanya patuh. Aku mematikan sambungan telepon. Ini sudah pada tahap gawat. Semoga Mas Alif belum memindahkan uangnya ke rekening pribadinya jadi uang Perusahaan masih aman.
Bersiap Mas Alif dan Miranti akan menerima kejutan dariku.
Bersambung.
KU BUAT KAMU MISKIN, MAS bag 3. **"Ada apa, Sand? Kamu sedang ada masalah?" tanya Mbak Fey, teman yang mengundangku untuk kolaborasi di even rancangannya. "Ada sedikit masalah, Mbak. Aku sepertinya besok harus pulang ke Indonesia karena harus menyelesaikan masalahku!" kataku padanya. Dia heran melihatku. "Tetapi acara kita masih berjalan, Sand. Melalui even ini rancangan mu bisa di terima. Apakah masalahmu sangat rumit?" Aku menghela napas. Entah mengapa di khianati Miranti dan Mas Alif, aku jadi tak mempercayai orang lain. Tetapi menghadapi sendiri maka aku tak akan bisa. Mbak Fey adalah desainer yang cukup terkenal. Dia tidak pelit berbagi Ilmu. Usianya jauh sekali di atas ku. Karena dukungan dari nya aku bisa di kenal cukup luas. Mbak Fey sudah seperti kakak ku sendiri. "Sand, masalah kamu pasti sangat rumit. Kamu bisa berbagi cerita ke Mbak, insya Allah bila mampu maka Mbak akan membantu," katanya. Ku pandangi wanita di depanku. Yang Kusuka darinya juga adalah sikap rendah
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 4**PoV Sandrina"Hai, Mir!" seruku ke temanku yang sedang duduk nyaman di kursi pimpinan. Dia terkaget melihat aku sudah ada di depan nya. "Sandrina, bukannya kamu di Malaysia!" katanya langsung berdiri. Dia merasa tak enak dan menundukkan pandangannya. "Kenapa kamu bisa masuk ke ruangan ini. Mir? Banyak hal yang terjadi selama sebulan ini ya. Aku memang gak mengecek Pabrik dan seminggu aku pergi ke Malaysia. Apa yang terjadi sehingga kamu bisa duduk nyaman di sini?" kataku dengan sinis padanya. Lalu aku berjalan dan menabrak bahunya untuk duduk di kursi yang tadi di dudukinya. "Sand, kamu jangan salah paham dulu ya. Aku ... Aku ...." Miranti tampak bingung dia berusaha keras mencari perkataan yang tepat. "Apa. Aku menunggu penjelasan!" sentakku menatapnya tajam. "Sand, aku sedang punya masalah keuangan. Mantan pacarku meninggalkan aku dan membuat aku berhutang. Aku gak tahu lagi mau bagaimana. Hingga aku melamar kerja di Perusahaan kamu. Mas Alif me
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 5. **Aku mematikan gawaiku, merasa muak pada Mas Alif. Semua masih misteri yang belum di jawab. Aku harus cari tahu siapa yang hamil dan ada hubungan apa dia dengan Miranti, karena aku hanya berfokus pada story' wa Miranti tempo hari. Mas Alif sepertinya belum puas. Dia beberapa kali menghubungi aku. Tetapi aku masih enggan menganggat nya. Lalu dia berkirim pesan padaku. [Sand, kamu marah sama aku ya, sayang. Aku salah, Sand. Dia menangis di kaki ku dan berkata sedang susah. Aku kasihan sama dia karena sahabat kamu. Miranti punya nilai bagus dan ku pertimbangkan dia jadi Sekretaris karena dia dekat dengan kamu juga, Sand.] Mas Alif mengirimi aku pesan. Entah mengapa aku tak percaya padanya. Dia beberapa kali menghubungi aku. "Apa!" "Sand, kenapa kamu masih marah sama aku, sayang. Udahlah marahnya, aku janji akan lebih perhatian sama kamu, Sand." "Oh, gitu. Aku sedang di kantor dan mengapa keuangan Pabrik anjlok. Kamu gimana sih ngurus Perusahaan pen
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 6. **"Kamu hamil?" tanyaku. Dia secara cepat menggelengkan kepalanya. "Enggak, Sand. Kenapa kamu nuduh aku kayak gitu!" "Kamu barusan muntah-muntah kayak orang hamil!" sentakku padanya. Dia membalik badannya mengelap kasar wajahnya. "Emang yang muntah-muntah cuma orang hamil saja, aku gak enak badan karena masuk angin. Oh, aku lupa kamu gak pernah hamil jadi menganggap setiap orang yang muntah sudah pasti hamil!" Dia masih sempat menyudutkan ku karena sampai sekarang belum punya anak. "Anak adalah anugerah Tuhan. Lebih baik aku belum di kasih tetapi gak hamil di luar nikah mengandung anak haram. Kamu tahu gak, anak haram gak dapat apapun dari ayah biologisnya termasuk harta warisan!" Aku membalik ucapanku padanya. Wajah Miranti merah padam mendengar tutur kataku. "Apa maumu sebenarnya, Sand. Kenapa kamu menyudutkan aku?" "Kenapa kamu selalu merasa tersudut? Siapapun pasti akan curiga karena tiba-tiba kamu bekerja di sini dan menjadi sekretaris pula.
KUBUAT KAMU MISKIN MAS BAG 7. **Aku sama sekali gak peduli dengan Ibu dan teriakannya. Aku tetap menaruh pakaian Mas Alif dalam plastik. Sekaligus sepatu, jam tangan dasi dan semuanya. Berani benar dia jual perhiasanku. "Kamu dengar gak, Sand. Kenapa kamu diam aja!" bentaknya lagi. "Ini rumah manusia bukan hutan. Bisa gak kalau bicara gak usah teriak. Lanjut aja cuci piring sana!" bentakku pada Ibu. "Terus kamu mau apakan seluruh pakaian itu. Nanti Alif pake baju apa?" "Enggak tahu bukan urusanku. Lagian kenapa dia jual perhiasan aku. Asal Ibu tahu ya harganya lebih mahal dari ini!" kataku dengan wajah datar. "Keterlaluan sekali kamu, Sand. Setan mana yang merasuki kamu sehingga pulang dari Malaysia sikap kamu berubah begini!" sentaknya melihatku dengan berkacak pinggang. "Aku gak terima karena Perusahaan Papaku nyaris bangkrut di tangan Mas Alif dan Miranti tanpa sepengetahuan aku jadi sekretaris. Ibu pasti tahu sesuatu, 'kan?" Wajah Bu Rifah, mertuaku pias aku katakan itu. A
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 8**PoV SandrinaIbu melihat aku gusar sambil menatap Ratmini. Pandangan ku lurus ke adik Ipar yang wajahnya di penuhi lebam itu. "Kenapa wajahmu?""Aku di pukul suamiku, kamu kan dengar aku bicara barusan!" katanya ketus padaku. Menyebalkan masih bisa berbicara ketus padaku. "Terus kamu ngomong surat tanah tadi maksudnya apa? Surat rumah kalian yang di kampung itu?" tanya ku. "Ya!" jawabnya sambil mencibir. "Ratmini!" Ibu mencubitnya. Dia meringis memegang pinggangnya yang di cubit Ibu. "Sakit, Bu!" ucapnya mengeluh sakit. Aku menatap heran mereka berdua. Ibu sepertinya tak ingin kedoknya terbongkar. "Sebentar, Ratmini, jadi tanah kalian gak di jual melainkan kamu simpan suratnya?" tanyaku. "Rencana mau di jual tetapi belum laku karena kamu kan tahu, Mbak. Di sana jauh dan kampung banget." "Oh, gitu. Kenapa Ibu kamu bilang tanah kalian di jual. Dasar pembohong. Artinya ini adalah uang perhiasanku dan uang Perusahaan, 'kan, Bu?" "Bukan. Itu uang Ibu?"
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS bag 9. **Aku dan Nisa serta baby sitter masuk ke rumah. Faiz mengizinkan dia tinggal bersamaku. Impian Nisa dari dulu ingin sepertiku belajar menjadi desainer tetapi dia hamil dan harus mengurus bayinya kala itu sehingga tak bisa ikut bekerja denganku. "Apa yang bisa ku kerjakan, Mbak?" "Gak ada. Kamu cuma perlu ngikutin aku, serta melihat-lihat apa yang mereka lakukan. Mas Alif tega menikam ku dari belakang maka aku akan buat dia dan keluarganya juga menderita secara perlahan terutama Miranti. Sahabatku saat kami SMA, sering bersama sampai dia sering pinjam pakaian aku terakhir dia mencuri Mas Alif dari aku!" ucapku memandang lurus. Nisa memegang tanganku. "Sabar, Mbak. Kasihan banget kamu harus menghadapi ini sendiri. Kamu kuat sekali. Patut aku menghormatimu, karena selain pintar kamu juga tegar!" "Aku juga akan bantu sebisanya, Mbak. Kamu saudaraku. Aku juga saudaramu, kapanpun perlu maka aku siap." "Makasih, Faiz." kataku padanya. Untuk sementara Ni
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 10.**PoV Sandrina Aku sama sekali gak peduli mereka mau setuju atau tidak. Mas Alif mengeraskan rahangnya. Dia menatap aku dengan tak suka. "Sand, kamu tahu rekening Perusahaan yang kamu blokir itu di dalam masih ada uangku!" katanya. Aku tersenyum sinis padanya. Artinya, Mas Alif belum memindahkan uang nya ke rekening pribadinya. "Bukannya uang lebih dari 50 juta yang kamu berikan ke Ibu juga uang Perusahaan dan uang perhiasanku!" "Itu buat jatah Ibu karena aku belum mencairkan lagi dana selanjutnya di rekening Perusahaan sekaligus mengambil uang pribadiku. Jadi aku minta sama kamu bukalah blokiran itu, Sand!" katanya berharap aku mengubah keputusanku. "Syukur aku gak lapor kamu, Mas. Apa mau aku lapor kamu sebagai tindak pencucian uang. Biar saja gak ada bukti yang penting kamu di penjara. Apa kamu mau!" sentakku. Dia diam tak bisa berkata. "Gak usah banyak tingkah. Anggap ini kesalahanmu karena Perusahaan Papaku nyaris bangkrut. Aku akan mengatur
Setelah kejadian itu Miranti bercerita kepadaku kalau dia sudah ditalak Mas Alif. Dia ditalak Mas Alif saat mereka mengunjungi laki-laki itu di penjara. Miranti bersedih. Namun dia menerimanya dengan kepahitan. Hubungannya dari awal tidak baik dengan cara merebut suami orang dan ini adalah balasan yang setimpal yang dirasakannya atas perbuatannya. "Kamu serius mau pergi? Aku nggak masalah kalau kamu mau tinggal di sini dan merawat anak kamu di sini." "Tidak Sandrina. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kamu. Aku tahu mungkin kamu juga tidak suka kepadaku. Aku merasa risih juga karena perbuatanku yang sudah menyakiti kamu. Aku minta maaf sekali lagi sama kamu. Walaupun pertemanan kita tidak akan sama seperti dulu. Aku masih berharap kita berteman seadanya.""Ya, Semoga kamu dan anak kamu sehat. Kamu menemukan kebahagiaan di tempat yang baru. Aku hanya ingin kamu tidak menyalahgunakan kepercayaan orang lain untuk kepentinganmu. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaanmu di sana, Mir."
"Apa-apaan ini, Pak! Kenapa Bapak jebloskan saya ke penjara. Padahal selama ini saya juga bekerja untuk Bapak!" "Bekerja? Kamu sama sekali tidak bekerja untuk saya. Tapi kamu menipu saya. Sekarang kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu. Kamu hampir membuat perusahaan saya bangkrut dengan tidak melakukan produksi barang dan kamu menyelundupkan uangnya. Dasar kamu maling!" kata Pak Rifat menunjuk Alif. Karena Pak Rifat adalah orang penting. Dia juga punya teman seorang aparat. Pak Rifat juga sudah melaporkan perbuatan Alif ke pihak yang berwajib. Datanglah Polisi untuk menangkap Alif. Pak Rifat sebelumnya sudah memberikan bukti-bukti kepada polisi kalau Alif seorang penjahat. Lelaki tambun bersama Mona sengaja menjebak Alif dan membuat dia mengaku di depan keluarganya. "Apa-apaan ini, Pak!" Mata Alif mendelik ketika melihat Polisi datang secara tiba-tiba. Dia tidak menyangka kalau Polisi datang kemari atas undangan Pak Rifat. Padahal dia berpikir untuk menyelesaikan masala
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 60. **PoV Author. Alif sebenarnya ingin pergi dari sana karena situasinya tidak kondusif. Mereka semua berkumpul seperti ingin menyidang dirinya dan menyalahkan dirinya atas segala hal yang terjadi selama ini. Alif merasa posisinya tidak aman sekarang. Namun mau pergi juga tidak bisa. Tiba-tiba tangannya dipegangi oleh kedua Bodyguard Pak Rifat. Mereka membentak Alif. Laki-laki itu tak berkutik akhirnya dia menurut saja duduk seperti yang diinginkan mereka semua. Kedua Bodyguard tetap setia berada di sisi kanan dan kirinya. Alif beberapa kali berusaha melihat kesempatan untuk kabur Namun sepertinya tidak bisa. Dia terus di pegangi dengan kasar. Seketika dia saat ini pasrah, mereka semua duduk memandangi dirinya untuk bertanya macam-macam. "Ada apa ini, Mona? Kamu menyuruh aku datang ke tempat ini. Aku berpikir kita akan berbicara berdua di sini. Tapi aku nggak nyangka di sini banyak orang. Ada Sandrina dan yang lainnya kenapa kamu suruh aku datang kemari?
Mona berkata miris. Teringat kembali kebohongan-kebohongan yang diberikan Alif kepadanya. Dengan bodohnya dia percaya kepada laki-laki yang sudah banyak menipunya. "Kamu ini bicara apa sih. Itu sama sekali nggak benar. Alif itu sangat baik lagi pula dia tidak sengaja. Mungkin karena ada sesuatu hal yang membuat dia berbohong." Bu Rifah meringis bingung. "Aku ingin bertanya kepadamu, Bu. Apakah benar dia Alif dan bukan Putra?!" tanya Mona kembali. "Itu ...." Bu Rifah bingung mau menjawab apa. "Jawab dong, Bu!" kali ini Miranti yang berbicara. Bu Rifah menatap Miranti jengkel. Mau ikut campur saja urusannya. "Nak, Mona. Ibu belum tahu pasti, apakah dia Alif atau Putra seperti yang kamu bicarakan. Cuma Ibu memang benar-benar harus melihat dia secara langsung untuk memperjelas. Apakah dia anak Ibu Alif atau bukan," ucap Bu Rifah. Wanita itu berusaha mencari jalan tengah. Baginya terserah Alif saja. Kalau mau mengaku Putra, demi uang dan harta maka dia tak masalah anaknya berbohong.
Hanya itu yang Mona katakan. Dia mematikan gawainya. Rasa sakit hatinya sudah begitu dalam. Dia tidak mau berbicara panjang lebar lagi kepada Alif. Teringat ucapan Papanya, Alif itu adalah laki-laki yang cerdik. Dia sangat pintar bermanis mulut dan kalau dia sudah bermanis mulut maka Mona masih bisa ditipunya dengan berbagai tipu daya dan bualan-bualan seorang lelaki untuk memanfaatkan dirinya. Alif adalah penipu ulung. Beberapa saat Mona berpikir. Akhirnya dia mendapatkan ide. Dia tahu di mana Panti asuhan Sandrina. Karena penasaran dengan Sandrina Mona sempat memata-matai Sandrina. Jadi dia tahu di mana butik Sandrina dan Panti asuhan Sandrina. Mona yakin kalau sore hari Sandrina dan suaminya ada di sana. Mona berpikir lagi. Tidak mungkin Sandrina tidak mengenal wanita bernama Miranti yang tadi merusak pernikahannya. Pasti Sandrina mengenalnya jadi Mona harus banyak berkomunikasi dengan Sandrina tentang Alif dan apa langkah selanjutnya yang akan diambilnya. Wanita itu kemudian kel
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 59. **POV AUTHOR. Sebelumnya Alif beberapa kali menghubungi Mona untuk menyampaikan permintaan maafnya tetapi Mona tidak mengangkat gawainya. Walaupun Mona tidak mematikan panggilannya karena dia mau melihat seberapa banyak Alif menghubunginya. Ternyata banyak sekali panggilan yang tak terjawab. "Sayang, Untuk apa kamu menangisi laki-laki yang menipu kamu. Belum apa-apa saja dia sudah membohongi kamu. Bagaimana kalau nanti kalian menikah dan pasti masih banyak sekali kebohongan dalam dirinya. Papa juga menyesal membantunya kalau seperti ini keadaannya." "Terus apa yang harus aku lakukan, Pa? Aku juga bingung. Aku mencintainya tapi dia sudah membohongi ku.""Sebenarnya ada yang ingin Papa katakan kepadamu. Kalau produksi barang kita banyak yang gak berjalan. Papa sudah menyuruh orang untuk menyelidiki. Ternyata Putra dalang dari semua ini. Perusahaan Papa mengalami kerugian yang tidak sedikit. Kerugian itu banyak. Papa nggak menyangka kalau dia melakukan in
Miranti terdiam mendengar sikap kasar Sandrina karena sebenarnya dia yakin Sandrina itu adalah teman yang baik. Namun memang dia yang sudah menghianati pertemanan mereka. Apalagi merebut suaminya dulu. Ini adalah karma atas perbuatan yang sudah dilakukannya. Wajar Sandrina marah kepadanya. Sekarang saja ketika melihat Mona merebut Alif dari dirinya, Miranti marah. Apalagi hal yang dirasakan Sandrina pernah dia lakukan dan dia menghianati temannya sendiri. "Bu tolong pergilah. Sandrina tidak suka Ibu ada di sini. Ini tempat Sandrina. Aku saja menumpang di sini dan karena kebaikan hatinya aku bisa merawat bayiku beberapa bulan di sini. Jadi aku minta ibu dan Ratmini pulang saja ke kampung atau kalian jumpai Mas Alif saja, calon istrinya yang kalian bilang kaya itu. Jumpai saja mereka. Tolong kalian pergi dari sini!" "Sekarang kamu enak sekali mengusir kami setelah kami datang dari kampung. Bagaimanapun saya harus bertemu Alif karena saya mau melihat sendiri apakah dia benar-benar Alif
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 58. **POV author. "Mir, kamu mau ke mana sekarang? Bukankah kamu juga gembel setelah lari dari rumah ibu kamu nggak punya tempat tinggal?" tanya Bu Rifah geram ke Miranti. "Ya, asal ibu tahu ya setelah lari dari rumah Ibu itu aku memang terlunta-lunta karena nggak punya keluarga lagi. Untuk pulang ke luar kota menjumpai abangku. Sama sekali aku tak ada biaya. Semua ini gara-gara mulut manis Mas Alif dan ibu tapi apa yang aku dapatkan di kampung sama sekali kesengsaraan!" "Terus, kalau kamu memang terlunta-luntas sekarang. Tapi kamu penampilannya udah jauh lebih bersih. Walaupun masih tetap saja kumuh. Kamu pasti punya tempat tinggal kan sekarang? Biarkan kami tinggal bersama kamu selama kami berada di kota. Kami juga nggak tahu kemana tujuan kami setelah Sandrina ngusir kami!" "Itu bukan urusanku, Bu! Sewa saja hotel. Kalian bisa tinggal di sana atau hubungi Mas Alif!" Bu Rifah mendengkus kesal mendengar ucapan Miranti. Mereka bingung sekarang. Padahal M
Setelah di ruangan ganti. Alif melepaskan tangan Ibunya secara kasar dan menatap tajam Miranti. Dia merasa kacau bukan main. Apakah semua kebohongannya harus berakhir sekarang? "Nak, kenapa kamu kasar banget sama Ibu!" "Udah berapa kali aku bilang kalau aku bukan Alif. Aku Putra!" kata Alif masih berusaha berbohong. "Ibu yakin kamu Alif. Kami bahagia sekali bertemu dengan kamu," lirih Bu Rifah. "Siapa yang suruh kalian datang ke sini?!" "Aku yang suruh, Mas. Aku sengaja menyuruh mereka datang untuk melihat kamu langsung. Mereka keluarga kamu dan pasti lebih mengenali! Kamu gak bisa membohongi aku juga karena aku tahu suamiku!" kata Miranti. Plak!Dengan cepat Alif langsung melayangkan tamparan keras ke wajah Miranti. Miranti terkaget apalagi dia sedang menggendong bayi. Sudut bibirnya. "Berani kamu gampar aku, Mas!" "Kamu jangan ikut campur urusanku!" Mata Alif berkilat marah. Saat itu Alif melirik Sandrina yang datang dengan Damar ke ruangan itu. "Mau apa kamu?!" kata Alif.