KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 10.**PoV Sandrina Aku sama sekali gak peduli mereka mau setuju atau tidak. Mas Alif mengeraskan rahangnya. Dia menatap aku dengan tak suka. "Sand, kamu tahu rekening Perusahaan yang kamu blokir itu di dalam masih ada uangku!" katanya. Aku tersenyum sinis padanya. Artinya, Mas Alif belum memindahkan uang nya ke rekening pribadinya. "Bukannya uang lebih dari 50 juta yang kamu berikan ke Ibu juga uang Perusahaan dan uang perhiasanku!" "Itu buat jatah Ibu karena aku belum mencairkan lagi dana selanjutnya di rekening Perusahaan sekaligus mengambil uang pribadiku. Jadi aku minta sama kamu bukalah blokiran itu, Sand!" katanya berharap aku mengubah keputusanku. "Syukur aku gak lapor kamu, Mas. Apa mau aku lapor kamu sebagai tindak pencucian uang. Biar saja gak ada bukti yang penting kamu di penjara. Apa kamu mau!" sentakku. Dia diam tak bisa berkata. "Gak usah banyak tingkah. Anggap ini kesalahanmu karena Perusahaan Papaku nyaris bangkrut. Aku akan mengatur
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 11**PoV Sandrina Aku sarapan pagi dengan lahap bersama Nisa. Anaknya sedang aktif berlari kesana-kemari. Baby sitter yang mengurus. Nisa membuatkan aku sarapan nasi goreng dengan telur dadar. "Duh, enak banget, Nis. Tapi aku gak enak sama Faiz. Kamu jadi tinggal di sini," kataku menyantap makanan nya. "Santai lah, Mbak. Aku juga nanti ketemu sama dia. Apa jadwal hari ini?" tanyanya. "Aku mau ngantor sebentar. Untuk sementara kamu di sini aja mempelajari situasi dan kondisi." "Sesuai arahan, Mbak. Kalau ada apapun pasti aku lapor!" ucapnya. Aku mengulas senyum ke Nisa. Kami melanjutkan sarapan. Mas Alif datang ke meja makan dan sepertinya sudah rapi. Aku heran melihatnya. "Kamu mau kemana, Mas?" "Mau ke kantor, lah!" serunya. "Gak perlu karena aku udah yang pegang kendali!" "Kamu gak bisa seenaknya, Sand. Aku masih pemimpin tertinggi!" kata Mas Alif menghentakkan sendok dengan keras. "Kamu jangan suka hati seperti itu, Mas. Kalau piring ini rusak ka
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 12. **POV Sandrina. "Perutku sakit, Mas," kata Miranti memegang perutnya yang sakit. Mas Alif terlihat panik. "Kenapa, Mir?" "Kamu pasti hamil?" tanyaku melihatnya dengan gusar. Dia memegang perutnya dengan kesakitan. "Sand, kita harus bawa Miranti ke Dokter!" ucap Mas Alif. Dia langsung menggendong Miranti karena sangat panik. Dia sama sekali gak peduli padaku. Menyebalkan, aku sampai sekarang gak tahu hubungan mereka. Bahkan photo yang di kirim Faiz belum aku tanyakan lebih lanjut. "Damar, kamu kerjakan saja pekerjaan yang sudah ada. Kalau ada sesuatu yang mendesak boleh lapor padaku," ucapku ke Damar. Dia mengangguk mematuhi. "Baik, Bu." katanya. Aku beranjak berjalan mengikuti Mas Alif. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Miranti. "Aku ikut!" ucapku padanya saat dia memasukkan wanita itu ke mobil. Mau tak mau mereka membiarkan aku ikut serta. Rasanya dadaku sesak melihat pemandangan ini. Mas Alif sangat perhatian dengan Miranti. Apa artinya aku
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS. 13.**PoV Sandrina. Mas Alif diam saat aku mengatakan itu. Dia tak terima sama sekali. Tetapi aku gak peduli dan tetap bersikeras akan menjual mobilnya. "Sand. Kenapa harus jual mobil. Apakah gak bisa lainnya. Itu mobil buat aku kemana-mana. Kamu udah ambil uang Ibu dan uangku juga di rekening Perusahaan kenapa masih mempersulit ku, Sand." Mas Alif mulai memelas padaku. Aku sama sekali tak terpengaruh. "Mas, keuangan Perusahaan sedang krisis. Kamu gak usah mempersulit ku. Kamu udah janji sama aku akan menuruti ku. Bagaimana aku bisa percaya padamu jika kamu seperti ini. Setelah stabil aku akan kembalikan lagi," kataku saja berpura-pura agar dia tak marah untuk saat ini. Mas Alif harus bekerja gratis padaku dan keluarganya akan merasakan pembalasan dariku terutama pagar makan tanaman ini, Miranti. "Ya sudah, aku anggap kamu paham, Mas. Aku akan ke kantor karena masih banyak sekali yang harus aku kerjakan!" seruku padanya. Aku beranjak keluar dari ruangan M
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 14. **PoV SandrinaRatmini datang membawa nampan berisi sirup. Dia dengan kasar meletakkannya. Aku menjadi kesal melihat tingkahnya. Gak tahu diri banget, sudah di kasi numpang namun sikapnya menyebalkan. "Gimana sih kamu. Kok gak ada es nya malas banget sih kamu. Banyak di kulkas es batu. Cepat pecahin dan bawa ke mari. Ibu-Ibu pasti haus, 'kan?" kataku dengan perubahan wajah yang signifikan ketika berbicara dengan Ratmini dan Ibu-Ibu arisan yang sedang melihat-lihat itu. "Iya, haus banget," jawab seorang Ibu. "Tetapi aku ...." "Jangan malas deh, dan jangan campur obat sakit perut juga. Setelah kamu buat maka kamu minum sedikit airnya supaya kalau sakit perut kamu lebih dulu yang merasakannya!" sentaknya padanya sambil mengulum senyum. Sudah di pastikan wajah Ratmini ketus dan tak senang. Dia mendumel sambil menghentakkan badannya kemudian berlalu dari kami. "Kamu gak boleh begitu menjelekkan adik ipar, Sand!" Ibu protes atas tindakanku. "Kan emang
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 15. **PoV Sandrina "Izinkan dia tinggal di rumah, Sand." Mas Alif berkata dengan nada lembut. Mataku sudah melotot mendengarnya. "Apa sebenarnya hubunganmu dengannya?" "Kenapa kamu bertanya itu?" Aku hanya tersenyum getir. Mengapa Mas Alif ini menganggap ku tak tahu apa-apa. "Siapa yang sahabatnya? Tetapi kamu sangat perhatian padanya. Apakah Miranti gundik kamu?" "Sand, cukup!" Dia membentakku sebentar lalu mengatur lagi napasnya. "Maafkan aku, Sand. Suami Miranti adalah temanku. Dia meninggalkan Miranti begitu saja dan aku merasa punya tanggung jawab karena yang menghamili dia temanku," katanya beralasan padaku. Well, cukup bagus alasannya. "Anak temanmu bukan anakmu?" "Jangan menuduh hal yang sama terus, Sand. Aku adalah suami kamu!" "Tetapi suami bisa saja jadi pengkhianat." Aku berkata tenang. "Sand. Apa salahnya membantu. Kenapa hubungan kalian jadi renggang. Padahal Miranti cerita kalau kalian adalah teman yang akrab. Dia kesusahan dan pat
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 16. **PoV Sandrina. Wanita itu masuk saja sambil memeluk Bu Rifah. Dia terlihat lesu karena baru saja keluar rumah sakit. "Miranti. Kamu kenapa?" "Aku gak bisa tinggal di kos lagi, Bu. Aku sebenarnya udah dua bulan gak bayar kos. Tetapi Ibu kos kali ini marah dan mengusir aku. Huhuhu …." Dia terisak dan mulai drama. "Udah kamu masuk aja dulu. Bagaimana kondisi kamu?" "Sudah membaik, Bu." Miranti duduk di bimbing Bu Rifah. "Sand, kamu ambilin Miranti teh hangat ya. Kasihan dia. Sekalian bawain cemilan yang kamu belanjain tadi," kata Bu Rifah menyuruhku. Aku tertawa getir mendengar ucapannya. Dia kira aku siapa? "Ibu nyuruh aku?" tanya ku dengan penekanan. Dia lalu sadar dan terdiam melihat wajah garang ku. Hu Rifah lalu mendengkus dan memanggil Ratmini. Tergopoh Ratmini datang. "Apa sih, Bu. Jangan teriak-teriak. Aku lagi masak nasi." "Kamu ambilin minuman buat Miranti!" perintah Ibu. Ratmini mencebik mendengar perintah. "Benar-benar kalian. Gak
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAGI 17.**PoV Sandrina.Aku sudah sangka kalau Mas Alif ada di dalam bersama Miranti. Dasar lelaki penipu, aku harus mengerjai mereka berdua. Rasanya terlalu cepat aku melabrak seperti ini. Mas Alif juga masih mengerjakan laporan produk di Perusahaan. Aku ingin produk kami sukses dulu dan dia tak mendapatkan apapun. Dia harus membayar semua nya dengan itu. Tok … Tok … Tok …. Aku mengetuk kamar Miranti. Aku sangat yakin dia terkejut mendengar suara ketukan pintuku. "Siapa?" tanya nya. "Ini aku. Aku mau masuk!" ucapku. Miranti pasti gusar dan aku terus saja mengetuk pintu itu. Beberapa lama dia membukanya. "Ada apa, Sand? Kamu belum tidur?" tanya nya dengan wajah pias. Aku melongok ke dalam kamarnya. "Kamu cari apa?" serunya menelan salivanya. Aku masuk saja sambil menyenggol kasar Miranti. Aku lalu duduk di tempat tidur Miranti yang ukurannya hanya untuk satu orang. Secara iseng aku menendang sisi kasur tetapi tak ada apapun di bawah. Dimana Mas Alif b
Setelah kejadian itu Miranti bercerita kepadaku kalau dia sudah ditalak Mas Alif. Dia ditalak Mas Alif saat mereka mengunjungi laki-laki itu di penjara. Miranti bersedih. Namun dia menerimanya dengan kepahitan. Hubungannya dari awal tidak baik dengan cara merebut suami orang dan ini adalah balasan yang setimpal yang dirasakannya atas perbuatannya. "Kamu serius mau pergi? Aku nggak masalah kalau kamu mau tinggal di sini dan merawat anak kamu di sini." "Tidak Sandrina. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kamu. Aku tahu mungkin kamu juga tidak suka kepadaku. Aku merasa risih juga karena perbuatanku yang sudah menyakiti kamu. Aku minta maaf sekali lagi sama kamu. Walaupun pertemanan kita tidak akan sama seperti dulu. Aku masih berharap kita berteman seadanya.""Ya, Semoga kamu dan anak kamu sehat. Kamu menemukan kebahagiaan di tempat yang baru. Aku hanya ingin kamu tidak menyalahgunakan kepercayaan orang lain untuk kepentinganmu. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaanmu di sana, Mir."
"Apa-apaan ini, Pak! Kenapa Bapak jebloskan saya ke penjara. Padahal selama ini saya juga bekerja untuk Bapak!" "Bekerja? Kamu sama sekali tidak bekerja untuk saya. Tapi kamu menipu saya. Sekarang kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu. Kamu hampir membuat perusahaan saya bangkrut dengan tidak melakukan produksi barang dan kamu menyelundupkan uangnya. Dasar kamu maling!" kata Pak Rifat menunjuk Alif. Karena Pak Rifat adalah orang penting. Dia juga punya teman seorang aparat. Pak Rifat juga sudah melaporkan perbuatan Alif ke pihak yang berwajib. Datanglah Polisi untuk menangkap Alif. Pak Rifat sebelumnya sudah memberikan bukti-bukti kepada polisi kalau Alif seorang penjahat. Lelaki tambun bersama Mona sengaja menjebak Alif dan membuat dia mengaku di depan keluarganya. "Apa-apaan ini, Pak!" Mata Alif mendelik ketika melihat Polisi datang secara tiba-tiba. Dia tidak menyangka kalau Polisi datang kemari atas undangan Pak Rifat. Padahal dia berpikir untuk menyelesaikan masala
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 60. **PoV Author. Alif sebenarnya ingin pergi dari sana karena situasinya tidak kondusif. Mereka semua berkumpul seperti ingin menyidang dirinya dan menyalahkan dirinya atas segala hal yang terjadi selama ini. Alif merasa posisinya tidak aman sekarang. Namun mau pergi juga tidak bisa. Tiba-tiba tangannya dipegangi oleh kedua Bodyguard Pak Rifat. Mereka membentak Alif. Laki-laki itu tak berkutik akhirnya dia menurut saja duduk seperti yang diinginkan mereka semua. Kedua Bodyguard tetap setia berada di sisi kanan dan kirinya. Alif beberapa kali berusaha melihat kesempatan untuk kabur Namun sepertinya tidak bisa. Dia terus di pegangi dengan kasar. Seketika dia saat ini pasrah, mereka semua duduk memandangi dirinya untuk bertanya macam-macam. "Ada apa ini, Mona? Kamu menyuruh aku datang ke tempat ini. Aku berpikir kita akan berbicara berdua di sini. Tapi aku nggak nyangka di sini banyak orang. Ada Sandrina dan yang lainnya kenapa kamu suruh aku datang kemari?
Mona berkata miris. Teringat kembali kebohongan-kebohongan yang diberikan Alif kepadanya. Dengan bodohnya dia percaya kepada laki-laki yang sudah banyak menipunya. "Kamu ini bicara apa sih. Itu sama sekali nggak benar. Alif itu sangat baik lagi pula dia tidak sengaja. Mungkin karena ada sesuatu hal yang membuat dia berbohong." Bu Rifah meringis bingung. "Aku ingin bertanya kepadamu, Bu. Apakah benar dia Alif dan bukan Putra?!" tanya Mona kembali. "Itu ...." Bu Rifah bingung mau menjawab apa. "Jawab dong, Bu!" kali ini Miranti yang berbicara. Bu Rifah menatap Miranti jengkel. Mau ikut campur saja urusannya. "Nak, Mona. Ibu belum tahu pasti, apakah dia Alif atau Putra seperti yang kamu bicarakan. Cuma Ibu memang benar-benar harus melihat dia secara langsung untuk memperjelas. Apakah dia anak Ibu Alif atau bukan," ucap Bu Rifah. Wanita itu berusaha mencari jalan tengah. Baginya terserah Alif saja. Kalau mau mengaku Putra, demi uang dan harta maka dia tak masalah anaknya berbohong.
Hanya itu yang Mona katakan. Dia mematikan gawainya. Rasa sakit hatinya sudah begitu dalam. Dia tidak mau berbicara panjang lebar lagi kepada Alif. Teringat ucapan Papanya, Alif itu adalah laki-laki yang cerdik. Dia sangat pintar bermanis mulut dan kalau dia sudah bermanis mulut maka Mona masih bisa ditipunya dengan berbagai tipu daya dan bualan-bualan seorang lelaki untuk memanfaatkan dirinya. Alif adalah penipu ulung. Beberapa saat Mona berpikir. Akhirnya dia mendapatkan ide. Dia tahu di mana Panti asuhan Sandrina. Karena penasaran dengan Sandrina Mona sempat memata-matai Sandrina. Jadi dia tahu di mana butik Sandrina dan Panti asuhan Sandrina. Mona yakin kalau sore hari Sandrina dan suaminya ada di sana. Mona berpikir lagi. Tidak mungkin Sandrina tidak mengenal wanita bernama Miranti yang tadi merusak pernikahannya. Pasti Sandrina mengenalnya jadi Mona harus banyak berkomunikasi dengan Sandrina tentang Alif dan apa langkah selanjutnya yang akan diambilnya. Wanita itu kemudian kel
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 59. **POV AUTHOR. Sebelumnya Alif beberapa kali menghubungi Mona untuk menyampaikan permintaan maafnya tetapi Mona tidak mengangkat gawainya. Walaupun Mona tidak mematikan panggilannya karena dia mau melihat seberapa banyak Alif menghubunginya. Ternyata banyak sekali panggilan yang tak terjawab. "Sayang, Untuk apa kamu menangisi laki-laki yang menipu kamu. Belum apa-apa saja dia sudah membohongi kamu. Bagaimana kalau nanti kalian menikah dan pasti masih banyak sekali kebohongan dalam dirinya. Papa juga menyesal membantunya kalau seperti ini keadaannya." "Terus apa yang harus aku lakukan, Pa? Aku juga bingung. Aku mencintainya tapi dia sudah membohongi ku.""Sebenarnya ada yang ingin Papa katakan kepadamu. Kalau produksi barang kita banyak yang gak berjalan. Papa sudah menyuruh orang untuk menyelidiki. Ternyata Putra dalang dari semua ini. Perusahaan Papa mengalami kerugian yang tidak sedikit. Kerugian itu banyak. Papa nggak menyangka kalau dia melakukan in
Miranti terdiam mendengar sikap kasar Sandrina karena sebenarnya dia yakin Sandrina itu adalah teman yang baik. Namun memang dia yang sudah menghianati pertemanan mereka. Apalagi merebut suaminya dulu. Ini adalah karma atas perbuatan yang sudah dilakukannya. Wajar Sandrina marah kepadanya. Sekarang saja ketika melihat Mona merebut Alif dari dirinya, Miranti marah. Apalagi hal yang dirasakan Sandrina pernah dia lakukan dan dia menghianati temannya sendiri. "Bu tolong pergilah. Sandrina tidak suka Ibu ada di sini. Ini tempat Sandrina. Aku saja menumpang di sini dan karena kebaikan hatinya aku bisa merawat bayiku beberapa bulan di sini. Jadi aku minta ibu dan Ratmini pulang saja ke kampung atau kalian jumpai Mas Alif saja, calon istrinya yang kalian bilang kaya itu. Jumpai saja mereka. Tolong kalian pergi dari sini!" "Sekarang kamu enak sekali mengusir kami setelah kami datang dari kampung. Bagaimanapun saya harus bertemu Alif karena saya mau melihat sendiri apakah dia benar-benar Alif
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 58. **POV author. "Mir, kamu mau ke mana sekarang? Bukankah kamu juga gembel setelah lari dari rumah ibu kamu nggak punya tempat tinggal?" tanya Bu Rifah geram ke Miranti. "Ya, asal ibu tahu ya setelah lari dari rumah Ibu itu aku memang terlunta-lunta karena nggak punya keluarga lagi. Untuk pulang ke luar kota menjumpai abangku. Sama sekali aku tak ada biaya. Semua ini gara-gara mulut manis Mas Alif dan ibu tapi apa yang aku dapatkan di kampung sama sekali kesengsaraan!" "Terus, kalau kamu memang terlunta-luntas sekarang. Tapi kamu penampilannya udah jauh lebih bersih. Walaupun masih tetap saja kumuh. Kamu pasti punya tempat tinggal kan sekarang? Biarkan kami tinggal bersama kamu selama kami berada di kota. Kami juga nggak tahu kemana tujuan kami setelah Sandrina ngusir kami!" "Itu bukan urusanku, Bu! Sewa saja hotel. Kalian bisa tinggal di sana atau hubungi Mas Alif!" Bu Rifah mendengkus kesal mendengar ucapan Miranti. Mereka bingung sekarang. Padahal M
Setelah di ruangan ganti. Alif melepaskan tangan Ibunya secara kasar dan menatap tajam Miranti. Dia merasa kacau bukan main. Apakah semua kebohongannya harus berakhir sekarang? "Nak, kenapa kamu kasar banget sama Ibu!" "Udah berapa kali aku bilang kalau aku bukan Alif. Aku Putra!" kata Alif masih berusaha berbohong. "Ibu yakin kamu Alif. Kami bahagia sekali bertemu dengan kamu," lirih Bu Rifah. "Siapa yang suruh kalian datang ke sini?!" "Aku yang suruh, Mas. Aku sengaja menyuruh mereka datang untuk melihat kamu langsung. Mereka keluarga kamu dan pasti lebih mengenali! Kamu gak bisa membohongi aku juga karena aku tahu suamiku!" kata Miranti. Plak!Dengan cepat Alif langsung melayangkan tamparan keras ke wajah Miranti. Miranti terkaget apalagi dia sedang menggendong bayi. Sudut bibirnya. "Berani kamu gampar aku, Mas!" "Kamu jangan ikut campur urusanku!" Mata Alif berkilat marah. Saat itu Alif melirik Sandrina yang datang dengan Damar ke ruangan itu. "Mau apa kamu?!" kata Alif.